🦩🦩🦩
Jeongguk menahan diri untuk tidak meneriaki orang dijalanan yang menghalangi jalannya. Belum lagi kemacetan dan ibu-ibu bar-bar yang sein kiri belok kanan. Melewati titik macet di jalan Daan Mogot membuatnya bernafas lega.
Dia sudah memaksa Ayu untuk segera turun dari mobilnya daripada dia tinggalkan ditengah jalan tol nanti. Walau dia tidak tega dengan wanita itu akan tetapi urusannya kali ini jauh lebih penting darinya.
Taeby tidak memberinya kabar sejak tadi, sungguh dia sangat khawatir. Bagaimana kalau dia kenapa-napa, bagaimana kalau dia sakit? Bagaimana kalau dia tidak dirumah mama di Tangerang?
Setelah sampai didepan rumah dia tidak langsung masuk. Melihat sepasang sepatu yang dikenalnya bertengger didepan teras rumah mama membuatnya merasa sedikit lega.
Sepuluh menit waktu yang dia habiskan didalam mobil untuk berpikir. Haruskah dia masuk dan menemui anaknya atau dia langsung balik ke rumahnya setelah menempuh jarak yang memakan waktu hampir dua jam karena macet.
Setidaknya dia bisa lega mengetahui anaknya berada ditempat yang aman. Dia akan memberinya waktu untuk berpikir, dia yakin Taeby sebegitu marahnya saat ini hingga dia memilih kabur.
"Tapi saya kangen"
Ujarnya lagi setelah berdebat sedikit dengan pemikirannya. Berjalan melalui pintu samping yang langsung tembus dapur. Mengetuk pintunya pelan sebelum mama menyambutnya. Mama tentu saja tidak kaget dengan hal itu, anaknya selalu seperti ini dari dulu, menyusul Taeby seakan mereka akan menahannya disana untuk waktu yang lama.
Wajahnya terlihat kelelahan, wajahnya sangat berantakan. Mama menyuruhnya duduk dan dia menggeleng.
"Ma Gguk capek, tidur bentar boleh yah ma" mengecup pipi mama yang sedang menyiapkan makan malam.
"Ya sudah sana"
Membuka pintu kamarnya yang sudah lama dia tinggalkan. Aroma parfum yang begitu soft milik sang anak tercium dihidungnya, tapi pemilik parfum itu tidak menampakkan dirinya.
Membuka kamar mandi namun Taeby tidak ada juga. Kemana dia?
Hidung Jeongguk mencoba mengendus bau kamar mandi yang kini terganti dengan bau rokok. Dia semakin mendekat untuk memastikan jika indra penciumannya tidak salah.
Lebih dari lima puntung rokok berada di tempat sampah yang sedari dulu memang selalu mama siapkan. Memijat pelipisnya karena dia semakin pusing, semoga pelakunya bukan Taeby.
Dan jikapun itu bukan dia lalu siapa? Papa? Tidak mungkin karena papa sudah jarang merokok sejak dilarang kakak sepupunya, dokter disalah satu rumah sakit di Bali.
Dia keluar dari kamar mandi dan menemukan anaknya yang kini mengapit batang rokok dikedua belah bibirnya. Keduanya sama-sama kaget, namun begitu Taeby tidak berniat menyembunyikan rokoknya dari papanya. Setelahnya dia berjalan santai kedalam kamar mandi sembari menyalahkan rokoknya.
Jika saja dia sedang tidak berantem dengan papanya maka sekarang dia bingung harus berkata apa. Baguslah saat ini keadaan keduanya menguntungkan baginya.
Tidak ada raut takut sekalipun diwajah saat menemukan papanya mengeraskan rahangnya, tidak lupa tatapan tajam yang dengan gampangnya mengeluarkan air matanya hanya karena tatapan tajamnya itu. Tapi lihatlah sekarang, siapa yang peduli?
Taeby menghisap rokoknya dalam damai di dalam kamar mandi yang sudah ditutupnya, entahlah dia sangat ingin melawan kali ini, dia akan mencobanya sekali saja.
Ketukan pintu kamar mandi tidak dia pedulikan "Taeby, keluar sebentar"
Taeby tersenyum menatap wajahnya dikaca sambil tersenyum remeh, entah apa tujuannya. Yang pasti dia sekarang tidak mempedulikan apapun. Sebelum rokoknya terhisap habis maka tidak akan ada seorangpun yang bisa menganggunya menikmati nikotin yang akhir-akhir ini menemaninya.
Saat dia keluar dari kamar mandi, dia menemukan papa duduk di sisi ranjang dengan kedua tangan dilipat didepan dadanya. Taeby mendekatinya, mata keduanya bertemu untuk waktu yang lama sembari kaki kecil itu semakin mendekat.
Tatapan keduanya sama-sama menyimpan amarah, Taeby tidak mau kalah, diapun ingin menunjukkan betapa dirinya membenci pria dewasa didepannya kini.
Tersenyum sinis saat kedua tangan kekar itu mulai merentang untuk meminta pelukan, tangan yang selama ini menghangatkan tubuhnya kala dia merasa dingin, tangan yang selalu ada untuk membantunya dan juga tangan yang sudah menamparnya.
Taeby semakin mendekat, dia mengambil hpnya tepat disampingnya papanya, tidak butuh waktu dia keluar kamar meninggalkan papanya itu.
"Oma, Teby mau PS dulu" mengecup pipi omanya sebelum keluar rumah.
"Jangan lama ya sayang, oma nunggu kamu untuk makan malam ya" ujar oma sambil menggoreng pete dan jengkol kesukaan dia dan suaminya itu. "Sayang rokoknya dikurangi ya"
Taeby meneguk ludahnya, merasa bersalah karena dia ketahuan merokok. Oma selalu melarangnya untuk merokok mengingat opa mengidap banyak penyakit karena barang kecil itu, untungnya akhir-akhir ini opa menurut jika dilarang.
"Maaf ya oma, janji gak banyak-banyak"
Setelahnya pergi dengan motor vespa milik papanya yang sudah lama tidak dipakai. Sedikit kesusahan untuk menyalakannya, namun pada akhirnya mesinnya bisa menyala, tanpa menunggu lama dia melesat menghilang menuju warnet digang sebelah.
Dia tidak mengenal siapapun karena teman-teman masa kecilnya sudah pindah kota semua. Tidak apa, ini saatnya mencari teman baru.
Sementara didalam kamar Jeongguk masih tidak berkutik. Menatap pintu kamar yang sudah tertutup rapat dengan tatapan kosong.
Apa yang baru dilihatnya, apa yang baru saja anaknya lakukan? Selama ini dia dan teman-temannya sengaja tidak merokok didepan Taeby agar dia tidak mengenal rokok. Tapi lihat sekarang, dia bahkan sudah terlihat mahir menghisap rokoknya.
Sejak kapan dia begitu? Dan kenapa baru sekarang Jeongguk tahu hal itu? Sejujurnya dia tidak ingin memikirkan hal itu karena kini kepalanya seperti ada yang mencopotnya dengan paksa.
Dia benar-benar pusing. Selain kurang istirahat, kelelahan, sekarang dia mendapati anaknya merokok, dan yang paling menyakitkan adalah anaknya bahkan tidak menyapanya sama sekali.
Membaringkan tubuhnya dikasur, mencoba menutup matanya, semoga setelah dia bangun semuanya kembali seperti semula.
Siapa yang menyangka dalam diam seperti itu dia mengeluarkan air matanya. Anak kecil yang dulu tiba-tiba ada didepan apartemennya, anak kecil yang selalu merepotkannya, anak kecil yang tumbuh dengan tingkah ajaibnya karena ajaran sesat teman-temannya.
Anak kecil yang selalu manja, merengek meminta ini dan itu, anak kecil yang dulu ingin dibuangnya, berubah menjadi anak kecil yang menjadi bagian dari nafasnya, bagian terpenting hidupnya. Dan sekarang anak kecil itu ingin memberontak, tidak apa-apa dulu pun dia seperti Taeby. Sesekali memberontak tidak masalah bukan? Wajar saja, anak laki-laki melawan dengan cara seperti itu.
Drrrt drrrrt
Panggilan video dari Ayu biasanya membantu untuk situasi seperti ini. Tapi tidak untuk saat ini, dia melempar hpnya menjauh.
Pikirannya terlalu banyak untuk saat ini. Otaknya seperti kabel yang melilit satu sama lain, kepalanya seperti diinjak sesuatu, rasanya sangat berat.
"Maafkan papa"
•jassint•
Udah cukup menyiksa belum nih🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA-ABLE & BOSS BABY
FanfictionTentang bagaimana susahnya Jeongguk mengurus bayi kecilnya. "Baiklah Taeby kau mau apa? Kau lapar mau bakso tikus atau mau diganti popoknya?" Teriaknya frustasi. Dia mirip seperti wanita dengan baby blues syndrom. Kadang dia marah, tertawa tidak jel...