Part 31👊

2.9K 276 33
                                    

🦩🦩🦩

























"Makasih om Gyu"

Taeby melambaikan tangannya pada Mingyu yang sudah mengantaranya. Tadi tidak sengaja keduanya bertemu di jalan saat Taeby menunggu taxi.

Seharusnya tadi pagi dia langsung pulang bersama oma saja daripada repot sendiri seperti ini. Memikul tas yang cukup besar berisikan pakaiannya, cukuplah dipakai seminggu.

Membuka pintu pagar dengan semangat, didepannya sudah disambut anjing lucu jenis pomeranian coklat berbulu semakin tebal, menggoyangkan ekornya tanda menyambut tuannya.

"Halo sayang"

Menggendongnya menuju teras, tas berisi pakaiannya dia simpan asal. Ini tempat biasa oma dan opanya duduk menikmati kopi disore hari sambil menikmati angin sore.

Dia sudah memutuskan akan kembali menjadi bagian itu beberapa bulan kedepan, menjadi penikmat angin sore yang menerbangkan layang-layang anak tetangga yang begitu bahagia memainkannya bersama teman sebaya mereka.

"Loh loh siapa ini"

Opa menyambutnya dengan senyum hangat, melepaskan kacamata yang menghiasi penglihatannya dua minggu belakangan karena pandangannya tidak sebagus dulu lagi.

Keduanya berpelukan erat, ah dia merindukan pria paruh bayah satu ini, pria yang sudah menjadi ATM berjalan selama ini yang membuatnya bisa mendatangkan barang apa saja yang dia inginkan.

"Teby kangen"

Rasanya sudah lama mereka tidak bertemu, berbeda dengan oma yang baru tadi pulang dari rumahnya. Wanita cantik yang selalu merawatnya dengan sangat baik itu, ikut bingung dengan kedatangan cucunya.

Ditangannya sudah ada dua gelas kopi dan susu, tidak lupa singkong rebus yang menemani "Kamu dengan siapa kesini sayang" tanyanya nampak khawatir.

"Om Gyu baru aja balik, tadi Teby minta anter"

Jawabnya cepat, dia terburu-buru ingin menyicip singkong yang masih beruap itu, sepertinya itu sangat enak. Anjing kecil kesayangannya hadiah ulang tahun dari papa dia simpan diatas pahanya. Menjulurkan lidahnya tanda menginginkan makanan juga.

Oma dan opa Jeon saling berpandangan saat menemukan dua tas besar disudut tembok. Keduanya sudah menduga kalau si kecil kesayangan mereka sedang mencoba kabur dari rumahnya. Itulah sebabnya Mingyu yang mengantarnya sore ini.

"Tasnya masukin kekamar dulu gih, sekalian mandi keburu malam"

Dia begitu penurut pada kedua pasangan yang nampak harmonis itu walau sudah semakin tua. Mengambil tasnya, tidak lupa kembali mencuri singkong rebus dari tangan opanya "Buat Teby aja, tidak baik orang tua makan singkong terlalu banya hihi"

Rasanya begitu lega setelah memasuki kamarnya, kamar yang sudah lama tidak dia tempati namun begitu masih terjaga dan tetap bersih karena setiap hari oma sudah pasti selalu membersihkannya.

Melempar tasnya asal dan membuang tubuhnya keatas kasur, memandang plafon kamar yang masih dihiasi lampu kelap-kelip hasil kegabutanya beberapa bulan lalu saat nginap.

Dia sangat jarang nginap karena papa pasti akan menjemputnya dengan alasan kangen, bahkan seharipun tidak diperbolehkan apalagi kalau keduanya jarang menghabiskan waktu bersama ketika dia sibuk dengan kerjaannya.

Menarik nafasnya cukup lama, bukan waktunya mengingat papa. Tujuan dia lari kerumah oma tanpa sepengetahuan papa adalah untuk menenangkan pikirannya.

Belakangan begitu banyak kejadian yang memperburuk hubungan keduanya. Dia butuh waktu untuk berpikir, butuh waktu untuk menyendiri. Berdoa saja semoga om Mingyu mau bekerjasama kali ini. Nanti diapun meminta oma opa agar tidak membuka mulut. Yah walau itu sangat sulit karena papa akan selalu menemukannya kemanapun dia pergi.

"Tapi Teby capek pa, sebentar aja, Teby pengen sendiri. Pengen belajar dewasa biar papa senang" Mengelus bulu halus Yeontan yang kini berada diatas dadanya.

"Haruskah Teby ngelawan papa?" mengangkat Yeontan keudara seakan meminta pendapatnya bagaimana harus menyikapi papanya mulai sekarang.

Bolehkah waktu mundur kebeberapa tahun yang lalu. Bolehkah dia berharap seperti itu? Dimana hanya ada senyuman dan tawa bahagia yang dia kenal.

Pikirannya melayang kemana-mana, terutama hal yang buruk, mereka bersarang dengan sempurna didalam kepalanya, membuat dadanya berdenyut sakit.

Meraba celana bagian depan, mengeluarkan sebatang rokok yang memang sengaja dia siapkan. Berdiri meninggalkan Yeontan karena dia harus segera ke kamar mandi, menghabiskan sebatang demi menjernihkan pikirannya.

Berendam dalam air hangat sembari menghisap batang putih kecil itu yang setia menemaniku beberapa hari belakangan. Rasanya sedikit membantu untuknya saat ini.

Tiga batang sudah dia habiskan, padahal keinginan awalnya ingin menghabiskan sebatang rokok. Bayangan leher merah tante Ayu dengan tiba-tiba terlintas dibenaknya.

Bolehkah dan a jujur kalau dia membenci hal itu? Bolehkah dia mengakui bahwa rasanya sedikit sakit ketika membayangkan bagaimana papa bercumbu dengan pacarnya sehingga menghasilkan kulit lehernya memerah menjijikkan.

"Teby boleh gak benci papa?"






Jeongguk menunduk dalam diam. Haruskah dia menyusul ke Tangerang? Walau tidak ada seorangpun yang mengatakan dimana anaknya itu, dia sudah bisa menebaknya.

Beberapa baju dilemari Taeby menghilang, artinya dia memang berniat bermalam dirumah oma entah untuk beberapa lama.

Dia belum sempat minta maaf karena kembali membentak Taeby untuk kesekian kalinya. Semuanya berawal dari rasa kesalnya karena Taeby mengenalkan pacarnya itu.

Seharusnya dia membiarkan Taeby berpacaran, tapi kenapa rasanya dia tidak rela melihatnya, kenapa dia tidak suka dengan fakta bahwa anaknya semakin bertumbuh dan sangatlah wajar murid SMA memiliki pacar.

"Bodoh. Bodoh"

Tanpa menunggu lama dia mengambil kunci mobilnya. Dia tidak bisa menunggu hingga besok untuk bertemu anaknya.

"Sudah siap, ayo"

Ayu yang sejak tadi menunggu disofa sembari menonton bergegas berdiri dengan semangatnya menarik lengan sang pacar. Malam ini mereka berdua berencana kencan dalam damai karena tidak adanya Taeby yang menganggu.

Namun lihatlah belum mulai saja rencananya sudah gagal total. Tangannya dihempas begitu saja oleh Jeongguk "Maaf saya harus pergi, kamu pulang pake taxi, saya pesankan"

Ayu menatap punggungnya menjauh, matanya memanas dengan perlakuan Jeongguk, selalu begini, selalu memperlakukannya semena-mena. Bisa dia pastikan kemana pacarnya itu pergi.

Dengan langkah cepat dia menyusul Jeongguk yang kini membuka pintu mobil dengan terburu-buru. Wajahnya, entahlah marah bercampur cemas, membuat Ayu sebenarnya sedikit ketakutan. Tapi tidak, hari ini dia tidak mau ditinggal lagi.

"Saya ikut"


























•jassint•

PAPA-ABLE & BOSS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang