Part 5

4.2K 430 22
                                    

🦩🦩🦩



























Satu bulan sudah Taeby berada diapartemen Jeongguk, dan selama itu pula tidak ada berita di tv ataupun internet terkait kehilangan anak. Sedikit kesal namun kasihan juga melihat Taeby. Kesal karena dia ternyata belum benar-benar memahami kemauan Taeby, kasihan karena tentu saja dalam otak kecil dia berencana membawa bayi itu ke jalanan atau kolong jembatan, toh nanti pasti ada yang mungut. Tapi membayangkan saja dia tidak tega.

Jika tekanan darahnya diukur pasti dia dinyatakan darah rendah. Oh yang benar saja sebulan belakangan tidurnya tidak pernah teratur karena ulah bayi itu. Entah kenapa dia selalu berusaha menyiksa Jeongguk ditengah malam. Syukur-syukur kalau teman-temannya menginap, karena mereka akan bergantian menjaganya.

Pagi ini Jeongguk tidak ada kuliah. Beberapa menit lalu Mingyu menyetujui rencana dadakannya untuk membawa Taeby kekantor polisi, mengatakan bahwa mereka menemukannya didepan pintu kamarnya, semoga itu bisa diterima para polisi nantinya, karena memang itulah kenyataannya.

Taeby sudah wangi, Jeongguk menyemprotkan parfum bayi kebajunya. Sejauh ini dia masih asal jika memandikan si bayi, yang penting dia kena air.

"Ayo anak nakal"

Menggendong Taeby dan memasukkannya ke kereta bayi. Akhirnya barang belanjaan Eunwoo dan kawan-kawan berguna juga.

Jeongguk menunggu Mingyu dilobby, katanya dia sebentar lagi turun, setidaknya itu yang dia katakan lima belas menit yang lalu. Jeongguk mulai geram, bisa-bisanya dia menghabiskan waktu selama ini untuk bersiap-siap. Ah besok Jeongguk harus memastikan kelamin Mingyu, dia beneran pria atau waria. Karena hanya wanita dan waria saja yang rela menghabiskan waktu yang lama untuk dandan.

Jeongguk bukan tipe yang sabaran. Alhasil dia meminta pak satpam untuk menjaga Taeby sebentar, dengan harapan sekembalinya dia ke lobby nanti Taeby sudah ditangan orang yang tepat, alias dia menghilang sajalah.

Dia mendatangi Mingyu dengan wajah kesalnya. Membuka pintu kamarnya dengan buru-buru, untung saja dia pernah mengintip Mingyu saat memasukkan pin kamarnya, jadi dia tidak perlu susah-susah. Ada gunanya mengintip pin teman, setidaknya sangat berguna dalam posisi genting begini.

Dan sesampainya Jeongguk didalam, dia tidak menemukan tanda-tanda kehidupan. Jangan bilang Mingyu baru saja tiada semenit yang lalu. Aduh Jeongguk panik bagaimana cara dia menemukan keluarga Mingyu untuk pemakaman yang layak nantinya, karena dia tidak punya niat untuk memakamkannya secara manusiawi.

"Anjing"

Membanting pintu kamar Mingyu dengan kakinya. Dia meng-anjing bukan karena kesal, melainkan menyesali keputusannya karena mendatangi manusia pendosa seperti Mingyu.

Mata Jeongguk sudah dinodai dengan pemandangan buruk serta aroma menyebalkan yang tentu saja dia tahu itu aroma apa. Yup, Kim Mingyu sepertinya menghabiskan malamnya dengan baik sehingga jam 10 pagi seperti ini dia masih membelit tubuh telanjang pacarnya.

Jeongguk tersenyum kikuk kala matanya dan mata Wonwoo bertemu. Wonwoo masih membeku ditempatnya sejak kedatangan Jeongguk. Dia tentu kaget dengan kedatangan Jeongguk.

"Anjir berasa lagi grebek gue. Hehe lanjutin Woo"

Ujar Jeongguk lagi kikuk. Namun bukannya langsung pergi dia malah dengan santainya mengambil roti dimeja Mingyu "Mayan masih anget" tidak lupa menghabiskan susu hangat yang dia yakin Mingyu buatkan untuk Wonwon pacarnya.

Lumayanlah setidaknya sarapan dulu sebelum pergi. Kok sehabis makan roti rasa ingin menjali Mingyu langsung bergejolak gitu ya? Lihat dia mulai tersenyum licik.

Membuka jendela kamar Mingyu, membiarkan matahari masuk, katanya agar mematikan kuman-kuman membandel seperti Mingyu.

Wonwoo tidak tahu bereaksi seperti apa. Kok bisa teman Mingyu ada yang seperti ini. Bukan apa-apa, bukan masalah besar baginya karena tidurnya terganggu atau karena tubuh telanjangnya terkena matahari kala rasa kantuk itu masih ada sedikit. Tapi yang menjadi masalah adalah

"Bangsat lo"

Mingyu yang sudah mulai terganggu dengan matahari masuk membuka matanya perlahan. Melempar Jeongguk dengan remot AC disampingnya. Setelahnya dia membungkus tubuh sang pacar, karena sungguh dia tidak ingin tubuh Wonwoo terekspos oleh tetangga sebelah kamar yang sibuk meregangkan otot-ototnya.

Semoga om-om disebelah tidak melihat tubuh keduanya. Sementara Mingyu berharap demikian, pelakunya justru terbahak dilorong menuju lift. Dia menuju lobby dengan senyuman lebar.

Berterimakasih kepada bapak satpam yang sudah menjaga Taeby. Yah walau kali ini dia gagal membawa Taeby ke kantor polisi karena tiba-tiba moodnya membaik dan dia tidak ingin keluar kamar hari ini.

Dia mendorong kereta Taeby kembali ke kamar "Anak nakal hari kau beruntung"

Sementara Mingyu kini berperang mulut dengan tetangga karena dia baru saja menjilat-jilat lidahnya menatap kearah Mingyu dan pacarnya. Mingyu yang menggebu-gebu menutup tubuh pacarnya semakin dibuat kesal setelah menyadari bahwa pria bajingan disebrang ternyata sedang menikmati tubuh telanjang dadanya.

"Anjing gue gak homo"

Teriaknya keras, sementara kaca besar didepannya tersenyum kecil mendengar kalimanya barusan jika saja dia punya bibir untuk tersenyum. Mungkin dia juga akan berteriak ditelinga Mingyu

'Ngaca njing, apa gunanya gue dipajang disini'

Wonwoo menertawakan pria idamannya itu, yang sejak seminggu ini memintanya untuk menjadikannya pacar. Dia memeluk Mingyu yang masih kesal "Lo emang bukan homo, tapi pacarnya yang homo, gitu kan maksudnya"

Mingyu terkekeh mendengarnya. Setelah menutup jendelanya rapat dia membawa pacarnya itu ke meja dalam kamarnya. Pagi-pagi sekali tadi dia bangun menyiapkan sarapan untuk sang pacar. Yah walau hanya roti dan susu coklat doang.

Dia membuka tutup gelas, bersamaan dengan tisu penutup rotinya. Wonwoo hanya memandangnya dengan senyuman yang dia tahan sejak tadi. Tentu dia tahu kalau Jeongguk sudah menghabiskan sarapan keduanya.

"Loh kamu udah makan yang?"

Tanya Mingyu. Bunyi gertakan gigi terdengar jelas setelah sang pacar menggelengkan kepalanya tanpa ragu.

"Jeongguk bangsat"

Umpatnya lagi sebelum memutuskan kembali berkutik didapur demi menyiapkan sarapan pengganti untuk pacarnya.

Dan pada akhirnya pagi indah Mingyu dihabiskan untuk mengumpat seorang Jeon Jeongguk. Karena ternyata roti dan susu tadi adalah persediaan terakhirnya minggu ini. Dia belum belanja lagi.

Dikulkasnya hanya tersisa masker wajahnya saja, ya kali makan masker. Dia hanya bisa berharap teman-temannnya akan segera datang dengan beberapa makanan, walau nantinya harus menghabiskan waktu mereka dikamar Jeongguk. Karena semenjak kedatangan si bayi mereka hanya mengenal kamar Jeongguk dan jarang mendatangi kamarnya lagi.

"Anjinglah"

Umpatan terakhirnya sembari menutup kulkasnya yang sudah kosong.

































•jassint•


Maaf ya gengs kemungkinan kedepannya kata-kata kasar akan semakin banyak digunakan dalam cerita ini 🙏

Kalau kalian tidak nyaman, boleh berhenti ya bacanya 🙇‍♀️

PAPA-ABLE & BOSS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang