🦩🦩🦩
Bau asap rokok memenuhi ruang makan saat anak kesayangan itu kembali. Dia pulang cukup malam, jam sepuluh. Oma ternyata masih setia menunggu didepan pintu dengan wajah khawatirnya.
Taeby sengaja pulang larut berharap papanya sudah pulang ke rumah. Dan memang sepertinya dia sudah pulang karena bahkan suaranya pun tidak terdengar sama sekali.
Oma membawanya kemeja makan, tadi niatnya menunggunya untuk makan bersama, tapi oma tidak tahan menunggu.
"Dibilang rokoknya dikurangin" menjewer telinga Taeby pelan.
Dia tidak merokok lagi kok sesuai janjinya tadi. Bau rokok itu berasal dari beberapa teman sebayanya yang merokok disampingnya tadi.
"Hihi, maaf"
"Habisin makannya, habis itu tidur, mandinya besok aja ya. Oma tidur duluan boleh?"
"Selamat tidur oma"
Sepeninggalan oma dia mulai menghabiskan makanannya. Tidak lupa setelahnya dia membersihkan piring kotor, oma selalu melakukan itu sehabis makan, dan dia tidak ingin merepotkan oma besok pagi.
Setelahnya dia duduk didepan tv, menonton apa saja yang bisa ditonton. Namun kegiatannya diganggu dengan satu pesan masuk dari nomor baru. Dia tidak mempedulikannya. Namun setelahnya deretan pesan kembali masuk, dengan terpaksa dia membukanya satu persatu.
+62979569
Tae, ini tante Ayu
Kamu dimana?
Tangerang ya?
Pasti sama papa kamu kan?
Tolong suruh papa kamu angkat telpon ya, bilang tante kangen
Daritadi panggilan tante tidak ada satupun yang dia angkat
Kalian lagi gak berantem ya?
Jangan sering² berantem ya, tante malas nasihatin papa kamuKamu juga makanya jangan terlalu manja
Sudah SMA kok masih manja, malu sama umur
Udah dulu ya
Taeby mematikan tv-nya, tidak lupa memblokir nomor tadi tanpa punya niat sedikitpun untuk membalas pesan yang tidak penting itu, toh ujung-ujungnya menjelekkannya.
Jadi papa masih disini?
Dia harus apa sekarang?
Sejujurnya dia sudah lelah dan ingin tidur. Dia tidak ingin tidur dikamar yang sama dengan papanya, menganggu oma pun tidak mungkin.
Dia menyatukan sofa panjang didepannya. Sepertinya tidur disofa tidak masalah untuk malam ini. Tapi dia butuh selimut dan beberapa bantal agar bisa tidur nyenyak.
Dia mengendap masuk kedalam kamarnya, sejujurnya dia masih ingin membersihkan dirinya karena bau rokok membuatnya tidak nyaman. Tapi oma melarangnya untuk mandi, toh sudah malam juga.
Membuka pintu dengan hati-hati, langkahnya pelan, sebisa mungkin tidak menghasilkan suara. Kamarnya sedikit gelap, dia kesulitan mengambil selimut dan beberapa bantal.
"Kenapa pulang jam segini?"
Langsung berhenti kala mendengar suara papanya. Dia mundur untuk menyalakan lampu kamar. Menatap papanya yang masih mengenakan baju yang sama, dia belum ganti.
Taeby sibuk mencari selimut dan beberapa bantal, namun sebelum itu papanya dengan cepat menariknya kedalam pelukannya.
Taeby merindukannya, sekalipun dia marah dia tidak pernah bisa bertahan selama ini, tapi entah kenapa suara bentakan papa kembali terdengar dengan jelas.
Sebisa mungkin menyembunyikan ketakutannya. Mencoba menjauhkan tubuhnya dari pelukan papa. Namun dia bisa apa jika pelukan itu rasanya bisa meremukkan tulang-tulangnya.
Meringis kecil berharap itu membuat pelukan itu melonggar. Namun yang dia dengar bukan suaranya sendiri melainkan suara tangisan kecil papanya.
Tubuhnya ikut bergetar hebat kala tangisan papa semakin keras "Maafin papa" semakin dia meminta maaf, semakin Taeby ingin menjauh saat ini.
Percobaan kedua untuk melepaskan diri akhirnya berhasil. Dia tidak peduli dengan tangisan papanya, tidak peduli dengan wajah lelah itu.
Dia keluar dengan satu selimut beserta dua bantal ditangannya. Tidak lupa menutup lampu juga pintu kamarnya.
Taeby bangun tengah malam, dia kehausan. Suara oma didapur membuatnya bingung. Sekarang jam 1 malam apa yang oma lakukan didapur, dengan siapa dia berbicara.
"Tidak apa-apa, kau pun dulu seperti itu"
Entah apa yang mereka bicarakan, hanya kalimat itu yang Taeby dengar. Dia melihat oma mengelus rambut papa. Sama seperti yang selalu dia lakukan ketika Taeby sedih.
Wajah papa untuk pertama kalinya terlihat seperti bukan dirinya sendiri. Wajahnya sedikit membengkak terutama di bagian matanya.
"Sayang, kamu kebangun, mau oma buatkan mie juga?"
Taeby menggeleng, dia kehausan bukan lapar. Dan setelah minum dia langsung meninggalkan keduanya.
Keesokan paginya Taeby dibangunkan oleh Yeontan yang menggaruk dibalik selimut tebalnya. Dia tersenyum menyambut si lucu yang pagi-pagi merecokinya.
Taeby bangun dengan hati-hati takut terjatuh dari sofa. Namun dia menyadari sesuatu jika dia bangun didalam kamarnya sendiri. Siapa yang mengangkatnya masuk kedalam kamar?
"Kerjaan Joen Jeongguk pasti nih"
Mengucek matanya pelan, dia tidak salah lihat kan? Kenapa dia bangun-bangun sudah ada di kamarnya namun bukan dirumah oma tetapi dirumahnya sendiri. Tapi kenapa ada Yeontan?
Pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan papa yang sudah mandi sepagi ini "Ayo bangun, kamu hampir telat sekolahnya"
Jeongguk memang selalu begitu, berlaku sesukanya, dia bahkan tidak butuh ijin Taeby untuk membawanya pulang kerumah. Menyebalkan.
Dia tidak mempedulikannya, meski sedikit khawatir karena wajah papanya nampak pucat.
"Saya gak masuk hari ini"
'Saya?'
Jeongguk yang sibuk membenarkan dasinya segera mendekatinya, menyimpan telapak tangannya di dahi anaknya.
Taeby sudah menduganya, papa akan begini. Giliran dia sakit beneran aja kemana dia pergi coba. Taeby melepaskan tangan itu dengan segera. Sejujurnya dia tidak tahan berlama-lama marah begini.
Dia ingin memeluk papa, ingin bermanja-manja sama papa, ingin merengek apapun padanya. Tapi dia menahan diri sebisa mungkin karena papa butuh sedikit pelajaran, biarin saja dia seperti ini dulu.
"Saya gak sakit, biasa aja gak usah berlebihan"
"Maaf. Papa hanya khawatir. Kalau begitu papa berangkat dulu, sarapan dan makan siangnya nanti papa pesankan"
Jeongguk hendak mendekat lagi ingin mengecup menciumnya, kebiasaan keduanya jika berpamitan. Dan itu wajib dilakukan, namun dia menyadari jika anaknya tidak ingin didekati lagi.
"Papa boleh cium kamu?"
Menghindarnya Taeby membuat Jeongguk menunduk. Dia lagi-lagi ditolak. Rasanya sedikit sakit, tapi mungkin dia berhak mendapatkannya karena sudah sering membuat anaknya menangis.
•jassint•
Maaf kalau jarang balas komen ya sekarang😔🙇♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA-ABLE & BOSS BABY
FanfictionTentang bagaimana susahnya Jeongguk mengurus bayi kecilnya. "Baiklah Taeby kau mau apa? Kau lapar mau bakso tikus atau mau diganti popoknya?" Teriaknya frustasi. Dia mirip seperti wanita dengan baby blues syndrom. Kadang dia marah, tertawa tidak jel...