Part 17

2.9K 338 27
                                    

🦩🦩🦩
























Taehyung memamerkan hasil belanjanya pada Lisa. Keduanya sudah lama melakukan video call, membahas sesuatu yang random. Sementara Jeongguk sibuk dengan dunianya sendiri. Menyelesaikan kerjaan yang belum sempat terselesaikan kemarin dan hari ini karena dia sibuk menemani anaknya.

Membiarkan Taeby yang menyender dipunggungnya, sesekali dia mengingati anaknya agar tidak terlalu bergerak heboh. Apalagi saat Lisa menemukan topik yang entah dibagian mana letak kelucuannya, namun begitu keduanya tetap heboh.

Jeongguk paham betul, dulu bahkan hingga sekarang dia dan teman-temannya akan tertawa heboh untuk sesuatu yang menurut orang lain itu tidak lucu sama sekali. Namun ketika suatu candaan diceritakan kepada orang yang tepat maka kau akan menemukan letak lucunya.

"Hahaha terus terus"

Jeongguk yang awalnya fokus ke laptop mencoba melihat keadaan Taeby yang kini tertawa tanpa suara hingga wajahnya memerah. Lihat dia bahkan terjatuh ke lantai. Jeongguk tidak bisa menebak apa yang mereka bicarakan karena kini Taeby menggunakan headphone.

 Jeongguk tidak bisa menebak apa yang mereka bicarakan karena kini Taeby menggunakan headphone

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baby, hei"

Jeongguk bisa melihat Lisa pun sama gilanya dengan Taeby. Bahkan keduanya sampai mengeluarkan air mata. Jeongguk mengangkatnya kembali ke sofa, ah dia sedikit khawatir anaknya bisa saja kesulitan bernafas atau bahkan sampai sakit perut.

Tapi mengingat Taeby bukan lagi anak kecil, rasa khawatirnya berkurang walau masih ada sedikit.



Jeongguk yang fokus kembali dengan kerjaannya hingga malam menjelang tidak menyadari kalau anaknya sudah tertidur pulas dilantai.

Jeongguk menggeleng tidak percaya, bisa-bisanya dia tertidur di lantai. Lihat saja besok pasti dia yang disalahkan kalau badannya sakit.

Jeongguk  menggerakkan kakinya membangunkan Taeby "Baby, bangun hei, tidur dikamar sana"

Taeby bergerak sebentar, kedua matanya masih tertutup rapat namun kedua tangannya terangkat, meminta untuk digendong.

Jeongguk kembali ke laptopnya bermaksud menutupnya namun kalimat Taeby membuatnya terkekeh geli.

"Ya udah sih bilang kalau udah gak sayang Teby" pada akhirnya dia ngambek dan keluar dari ruang kerja papanya, tidak lupa kakinya dihentak bersamaan dengan bunyi pintu yang dia banting cukup keras.

Selalu berhasil dengan caranya. Siapapun akan merasa bersalah dengan kalimat andalannya itu.

Jeongguk mengikutinya dari belakang. Sebelum Taeby menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, Jeongguk menariknya lebih dulu. Tersenyum kecil melihat bibir cemberutnya, tidak lupa bergumam kecil dimana Jeongguk hanya bisa mendengar kalimat akhirnya saja.

"......gak sayang Teby kan?"

"Ayo mandi baby, kamu belum mandi kan?"

Jeongguk tidak mempedulikan celotehan kecilnya, dia menggendongnya begitu saja dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Setelahnya dia keluar dan menutup pintunya sembari mendengar teriakkan Taeby.

"JEON JEONGGUK NYEBELIN"

"MAU TINGGAL SAMA OMA AJA"

Setelah lima belas menit barulah dia keluar dengan handuk menutupi bagian bawahnya. Membiarkan air dari rambutnya mengalir dan membasahi lantai. Dia sengaja melakukannya sebagai aksi balas dendamnya pada Jeongguk, agar membuatnya marah.

"Bajunya gak mau yang ini"

Membuang baju yang sudah Jeongguk ambil dan memilih bajunya sendiri. Mencari satu persatu pakaian yang sudah tertata rapih. Tadinya dia ingin mengacak-acak pakaiannya sendiri, namun mengingat oma yang selalu datang merapihkan pakaiannya, dia langsung berhenti.

Sembari berkaca mengeringkan rambutnya, dia melakukan panggilan video pada omanya di Tangerang. Hal pertama yang dia lakukan adalah melaporkan ketidakadilan yang dia dapat dirumah ini.

"Teby mau tinggal bareng oma aja, papa udah gak sayang Teby"

"Loh loh loh, selamat malamnya mana anak manisnya oma"

"Malam"

"Jeongguk ngapain cucu oma, hm?"

"Gak tau tuh, gara-gara kasir di mall kali"

Terdengar tawa keras dari mama Jeon disebrang sana.

"Ya udah sana, mama pasti siap menampung"  ujar Jeongguk dengan secangkir susu hangat ditangannya, diperuntukkan untuk Taeby.

"Tuh kannn, oma denger kan. Teby udah gak dapet keadilan disini. Nampung nampung, dikira Teby anak pungut kali"

Setelah melapor tidak lupa menghabiskan susu hangatnya sembari menunggu pembelaan dari oma yang pasti selalu berada dipihaknya.

"Hush gak boleh ngomong gitu anak manisnya oma"

"Ya habis bahasanya papa gitu banget atau jangan-jangan Teby anak pungut kali ya?"

"TAEHYUNG!"

Taeby langsung menciut seketika menerima bentakan dan tatapan tajam papanya. Refleks mematikan sambungannnya dengan oma.

Keduanya saling bertatapan dalam amarahnya masing-masing "Kenapa? Tadi papa sendiri yang bilang begitu, kenapa sekarang papa marah?"

"Duduk! Papa belum selesai bicara!"

Lutut Taeby bergetar. Sudah lama papa tidak membentaknya begini. Tapi rasanya kali ini sangat keterlaluan. Dia yang seharusnya marah disini bukan papanya.

"Papa gak tau kenapa kamu marah-marah dari tadi, coba jelasin"

Jeongguk mencoba mendekat dan menggenggam tangan anaknya namun Taeby segera menghindar.

"Teby hanya butuh waktu papa doang kok. Tapi daritadi papa sibuk kerja sampe Teby ketiduran dilantai nungguin. Padahal udah Teby teriak kalau Teby ngantuk. Papa kan tau Teby gak bisa tidur kalau gak ada papa. Tapi papa lebih milih kerjaan papa. Kalau emang udah gak sayang Teby ya udah bilang. Teby pergi aja dari hidup papa"

Berakhir dengan air matanya menyusul keluar. Jeongguk memeluknya erat, tidak peduli dengan perlawanan anaknya.

"Maafkan papa. Kerjaan papa numpuk dua hari ini. Makanya papa membawanya ke rumah. Tidak akan terulang lagi, janji"

"Teby bisanya nyusahin papa doang ya? Kalau tidur harus ditemani. Apa-apa harus sama papa. Papa hiks jujur aja ya kalau mau buang Teby hiks biar Teby siap-siap"

Cup

Jeongguk mengecup bibirnya, setidaknya itu membuatnya terdiam "Jangan pernah ngomong begitu lagi. Papa tidak akan pernah buang anak papa, berlian papa. Maafin papa soal omongan papa tadi ya. Kamu itu hidup papa, kamu nyusahin papa itu hak kamu"

Keduanya menangis dalam pelukan hangat masing-masing.

Jeongguk menghapus air mata anaknya dengan lembut. Dia tidak berniat membentak, hanya saja dia kaget dengan kalimat Taeby.

Dia begitu ketakutan, bagaimana kalau suatu saat nanti Taeby mengetahui kebenarannya? Bagaimana kalau dia berniat meninggalkannya sendiri. Tidak, dia tidak akan membiarkannya terjadi. Dia belum siap.

Sejauh ini Taeby tidak menanyakan lagi tentang ibunya. Dulu waktu SD dia pernah menanyakannya dan syukurnya kala itu ada mama Jeon disamping mereka dan dia selamat dari pertanyaan yang hingga saat ini dia belum menyiapkan jawabannya.

Dulu mama Jeon dengan gampang mengatakan kalau mamanya sudah berada di surga. Tapi sekarang Taeby yang semakin bertumbuh besar, tidak mungkin hanya mengangguk dan tidak mencaritahu kebenarannya.

"Maaf yah papa udah bentak Taeby"

Cup




























•jassint•

PAPA-ABLE & BOSS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang