- Day 16 -

7 4 0
                                    

Negara Jerman
Negara Jepang
Katanya temenan
Ko bilang sayang?

👑


Enam belas hari semenjak gue di putusin Rama, lumayan banyak perubahan yang gue alami dalam diri gue. Entahlah, gue merasa seperti berubah menjadi sosok yang lebih kuat. Dulu gue itu gak pedulian dan sering jaga imej, nyatanya sekarang gue lebih sering blak-blakan tentang hal yang gue gak suka atau emang gak sepantasnya.

Seperti insiden yang tak terduga dua hari kemarin yang, dimana gue meninju pipi kiri Mahesa dan Puspa yang menampar pipi gue dikantin. Serius, Itu semua nggak pernah gue bayangin sebelumnya. Dan kalau kalian mengira insiden dimana Puspa nampar gue ditengah kantin dan di saksikan banyak murid, bakal bikin gue malu dan malas untuk sekolah,

Tet, toot!!!

Kalian salah besar.

Karena faktanya, hari ini gue sekolah cantik seperti biasa. Yaa.. meskipun masih ada sedikit memar di pipi, tapi gak menghalangi gue untuk terus lanjut menimba ilmu disekolah. Lagian, sakitnya cuma dipipi. Jauh pula dari jantung kan? Inget pesan bang Daniel, Nakal boleh bego jangan!

"Lan, itu pipi lo sakit nggak?" Tanya Lisa, teman sebangku gue yang kalo kepo melebihi Feny Rose di acara Rumpi.

"Lan, katanya lo bakal di DO. Tapi kok sekarang masih sekolah?"

Gue melirik tajam sekilas ke arah Lisa, lalu kembali fokus ke layar handphone.  Gue memilih untuk tak mengacuhkan pertanyaannya, karena lebih baik gue untuk menlanjutkan game yang sedang gue mainkan sekarang.

Lisa mendengus, "Yee.. si Lapas mah gitu, malah di kacangin!"

Yasalam.. udah tau ini anak, kalo gue itu paling sebel sama orang yang panggil gue Lapas. Kesannya apa banget gitu kan.

Gue menarik napas dalam dan bertanya balik dengan mata yang masih fokus ke arah hape. "Aku?"

Lisa menggangguk antusias, "Sakit nggak tamparannya Puspa?"

"Jadi duta shampo lain?" Gue menyetuk asal.

Buku sejarah tebal yang sedari tadi tiduran santai diatas meja, tiba-tiba saja melayang mulus menimpuk kening cantik milik gue. Menghasilkan suara gedebuk nan dahsyat, antara jidat dan buku.

Gue yakin, kulit bruntusan yang ada dijidat gue pasti langsung pada pecah.

Shesh.. dasar anak kutu! Udah kepo, sekarang malah nimpuk. Minta di jadiin odading cakwe kayaknya!

Gue mengalihkan pandangan dari hape, menuju Lisa dengan tajam. "Sakit ogeb!"

Lisa balas menatap gue tajam, "Lagian lo di tanya juga, malah sok sokan jadi duta iklan,"

"Ya abis, pertanyaan lo gak penting!"

"Penting buat gue!"

"Buat gue nggak!" Balas gue ketus, "udah ah, jadi kalah kan. Gegara lo!"

Gue bangkit dari kursi, meninggalkan Lisa yang masih sama kesalnya dengan gue.

"Lana, ish! Mau kemana?"

Gue memutar bola mata, "Kepo. Gak akan gue kasih tau." Gue berjalan dengan kaki yang di hentak-hentak, setelah tiga langkah dari meja, gue berbalik kembali menatap Lisa.

"Lo, gue, end!"

Lisa melongo, dan detik berikutnya dia tertawa ngakak. "Kampret! Hahaha."

30 Hari Menjadi JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang