- Day 2 (a) -

791 53 10
                                    

Mana janji manis mu? Mencintai ku sampai mati. Kini engkau pun pergi, saat ku terpuruk sendiri.
Akulah.. sang mantan.
Akulah.. sang mantan....

👑

Siang ini gue lagi madep ke pelajaran olahraga, yang notabenenya ini pelajaran selalu nyenengin, tapi kok sekarang jatuhnya malah ngeselin ya? Sumpah demi mantan gue yang terdahulu bang Maman Nurios yang katanya hot itu, percaya sama gue. Dia masih kalah hot sama lapangan ini mak!

Lagian ini kurikulum macam apa sih, bisa-bisanya bikin waktu olahraga di atas jam 12. Dipikirnya kita ikan teri yang harus dijemur sebelum jual? Huh! Padahalkan kalau olahraganya di jam pagi, banyak murid yang bisa dengan semangat ikutin gerakan yang diintruksikan dengan benar.

Oke Lana, mulai besok kamu bisa mulai magang di kantor kementerian Olahraga.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi sih, mataharinya masih kalah panas sama omongan netizen. Omongan netizen mah emang gak ada duanya.

Sadessss!

Dengan setengah hati yang ada, karena memang hati gue belum sepenuhnya utuh. Gue mengikuti senam irama yang dipimpin langsung oleh Pak Kebaju.

Namanya emang Pak Kebaju kok! Bapak ini orang asli Madura.

Sebetulnya, bukan gerakan Pak Kebaju yang bikin gue mager dan kepanasan sedari tadi. Tapi karena olahraga kali ini, kelas gue itu disatuin sama kelasnya mantan gue Ramala yang otomatis ada si Ketos gila hormat a.k.a Puspa.

Fyi, Gak ada lagi panggilan Lama sekarang. Kalaupun ada, bakal jadi Lama-njing.

Betapa gue udah pengen nelen Lama hidup-hidup.

Saat hampir keseluruhan murid cowok asik dengan gerakan yang mereka bikin sendiri, Pak Kebaju dengan sepihak menghentikan lagu Goyang Dumang milik Cita Citata dari speaker. Membuat beberapa murid cowok protes.

Ya, memang lagu Goyang Dumang lah yang sedari tadi berkumandang bebas menjadi backsound senam kami.

"Boabo, bapak semangat sekali ya? Badan bapak sampai lelah, ta'iyeu. Yuk istirahat dulu!" Ucap Pak Kebaju dengan logat khas Madura miliknya.

Dari tadi kek Bapak, sekarang giliran gue sama yang lain udah sakratul maut aja baru ngajak istirahat. Ck,ck,ck guru macam apa kau pak!

Semua murid cewek juga cowok, langsung berhambur pergi meninggalkan lapangan. Mencari tempat berteduh, untuk kemudian mendapat bahu dan bersandar.

Gue sendiri berlari kecil ke arah gazebo di pinggir lapang, mencoba mencari sumber air. Alesan klasik sih. Sebenernya gue menghindar dari sang mantan, karena gak kuat gue lihat dia lama-lama. Gak mau ambil resiko kalo tiba-tiba urat syaraf malu gue putus, dan gue berlakon drama dengan ngesot-ngesot di lapangan buat minta balikan.

Dengan mata berbinar bak menemukan berlian satu ons, gue mengangkat tinggi-tinggi botol air minum gue ke atas, dan tersenyum penuh kemenangan.

Ah... Sumber air sudah dekat!

Eh gitu dekat, kok cuma dianggap teman? Eh.

Gue pun meneguk air yang gue bawa di dalam botol minum legendaris, Tupperware. Namun, belum sempat hasrat kehausan gue terpenuhi, botol kesayangan gue-- lebih tepatnya mama gue, meluncur bebas di udara dan mendarat di tanah dengan mengenaskan.

Gedebuk!

Tupperware ku...

Napas gue tercekat, dan otomatis mata gue terpejam menahan emosi saat mendengar suara cekikikan cewek-cewek yang baru dikloning.

30 Hari Menjadi JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang