Tidak mencoba tuk melupa,
Tetapi sedang mencoba menghapus rasa.👑
"Woi, lo ngapain?"
Mengerjap, gue menoleh mendapati Mahesa berdiri setengah badan menatap gue. Bibir Mahesa diam, tapi mata birunya menelisik dalam mata gue.
Ada beberapa detik gue diam ditatap Mahesa, dan jujur tatapannya sangat menenangkan. Tapi dengan cepat gue membuang muka, saat sadar kalo gue lagi engga baik-baik aja.
"Lo.. nangis?"
Gue diam menatap lurus taman sekolah dengan kolam ikan yang terpajang di depan. Pertanyaan skeptis kaya gitu, ga harus gue jawab.
"Lo nangis, kak?"
Duh, ini Mahesa ko banyak nanya banget ya. Udah jelas ini ada cairan yang ngalir di pipi gue, ya dari mana kalo bukan dari mata gue sendiri.
Gue bangkit berdiri sambil mengusap pipi gue cepat, "Kepo, lo ah."
Baru tiga langkah gue berniat pergi, Mahesa menahan lengan gue sedikit keras hingga membuat badan kami berhadapan.
Gue mendengus, "Gue lagi ga mood berantem sama lo, oke."
Mahesa cuma diam dan terus memperhatikan gue, detik saat gue mau pergi dari tempat itu, detik itu juga gue dibuat terpaku oleh Mahesa.
Tanpa aba-aba Mahesa memeluk gue.
Pelukan yang bener-bener kenceng, mengunci gue di dekapannya.
Gue tau ini gila, tapi gue bener-bener cuma bisa diem. Gue sadar saat otak nyuruh gue untuk dorong Mahesa cepet buat lepasin pelukannya, tapi entah kenapa rasanya gue terlalu lemah. Bahkan untuk mencerna apa yang terjadi pun, gue ga mampu.
Tanpa disuruh, pelupuk mata gue memberat, sampai tanpa bisa ditahan gue terisak pelan di dadanya.
"Lama jahat," isak gue sambil meremas punggung seragam Mahesa. "Dia selama ini mainin gue, dan sekarang pun masih mainin perasaan gue."
Mahesa mengelus puncak kepala gue lembut, "Sssst.. udah ya kak, tenang."
"Gue beneran sayang sama Lama, Sa. Tapi kenapa dia malah jahatin gue kaya gini sih?"
Pelukan Mahesa bener-bener membius gue dengan kenyamanannya.
Gue terus meracau meluapkan semua kekesalan gue terhadap Lama, tapi tak sekalipun gue dengar sanggahan dari Mahesa. Hanya kata "gapapa" yang terus keluar dari mulutnya.
Mahesa emang ngerti, di saat kaya gini gue cuma butuh didengerin.
Cukup lama, sampai akhirnya gue sendiri yang menarik kepala gue untuk keluar dari pelukan Mahesa, menyisakan kedua tangan Mahesa yang tertahan di pundak gue.
"Udah nangisnya?"
Gue berdekham, sambil mengangguk pelan.
"Eits.." tangan Mahesa dengan cepat meraih dagu gue yang tertekuk ke bawah, mengangkatnya sampai gue bisa melihat wajahnya jelas.
"Kalo udah beres, muka lo ga boleh ditekuk gitu dong."
Gue diam, saat Mahesa menangkupkan kedua tangannya ke pipi gue sambil menghapus jejak cairan di sana.
Garis rahangnya yang tegas, senyum tipis di bibirnya yang tebal, juga rambut hitam legam yang menutupi sedikit dahinya, berhasil menghipnotis gue.
Mahesa ganteng, banget.
"Nih liat," Mahesa menunjukan sesuatu di ibu jarinya. "Kotoran mata lo segede babon, haha."
Tapi tetep aja kelakuannya laknat.
Gue merengut, lalu menepis tangan Mahesa. "Nyebelin tau ga!"
Jelas Mahesa tertawa puas, melihat gue yang lagi naik pitam.
"Yey, galaknya udah balik lagi."
"Lo usil, apa emang seneng bikin gue darting sih?!"
Mahesa menjawil pipi gue, "Dua-duanya, wle."
Pingin rasanya gue geplak ini anak, tapi apalah daya gue yang masih lemah tak berdaya ini. Boro-boro buat geplak anak orang, buat hapus air mata gue aja gue belum kuat.
"Terserah."
Gue memilih pergi berbalik meninggalkan Mahesa di belakang, dan tentu dengan senang hati dia mengejar dengan menyamakan langkahnya dengan langkah gue.
Disaat yang gue tau, dan menurut Mahesa itu tepat. Saat langkahnya sudah sejajar dengan gue, Mahesa berbisik pelan namun justru sangat terdengar jelas di telinga gue.
"Kak Lana makin cantik kalo nangis, tapi gue ga suka." Gue menghentikan langkah, menoleh ke arahnya.
Tentu pilihan yang salah, karna justru ini membuat jantung gue berdetak lebih cepat, apalagi saat Mahesa mendekatkan wajahnya ke telinga gue.
"Jangan pernah nangis di pelukan orang lain, selain gue ya?" Gue bisa merasakan Mahesa senyum disana, "Kalo mau nangis cepet cari gue."
"I'am one call away."
***
Tbc.Eyo, wassap guys!
Apa kabar? Semoga baik selalu.
Buat yang dirumah, sabar yaaa. Buat yg tetep harus keluar rumah, semangat dan stay safe❤Jgn lupa vote dan komennya! Luvvv❣
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Menjadi Jomblo
HumorBagaimana jadinya, jika seorang cassanova yang sudah terkenal akan gelar tak pernah jomblonya, tiba-tiba harus turun tahta menjadi seorang jomblo dan dikucilkan banyak orang? Dan, Alana mengalami itu. Diputuskan pacarnya pas lagi sayang-sayangnya...