- Day 7 (b) -

421 34 1
                                    

Tong kosong, nyaring bunyinya.
Kalo hati kamu kosong, boleh dong aku isinya?

👑

Salah gak sih kalau sekarang gue mengeluh? Gue capek banget sama keadaan yang selalu gak berpihak sama gue. Gue baru kepikir sekarang, apa karena karma ya hidup gue sekarang uring-uringan? Apa karena karma juga, hidup gue tiap harinya terus di penuhi kesialan? Tapi perasaan sebelum gue punya barisan mantan juga hidup gue udah sial terus.

Tapi kenapa sekarang rasanya beda, kayak ada manis-manisnya gitu. Eh nggak, rasanya pahit banget. Gue berasa beban hidup gue bener-bener ada tepat di pundak gue yang kurus kerontang.

"Huft...."

Tanpa sadar, gue menarik napas panjang, dan mengeluarkannya dengan kasar. Gue berharap dengan napas itu gue bisa buang semua beban hidup gue.

"Kenapa lo, kak?" Dahi Mahesa mengkerut.

Astaga! Tepok jidat gue. Kok bisa kelupaan ya, kalau gue lagi dalem mobil sama si bocah sarap. Kan malu gue.

"Kurang napas. AC lo kecil." Gue ngeles.

"Masa sih, perasaan AC nya udah full."

"Mobil lo jelek."

Wow, sikap sarkastik gue udah pulih ternyata!

"Sistem kerja tubuh lo aja, rusak." sembur Mahesa, galak.

Golok.. mana golok.. mulutnya bener-bener ya. Lebih tajam dari belati Rambo! Ingatkan gue untuk balas dendam.

Mobil masih melaju, dan jujur gue gak tau ini si Mahesa bakal bawa gue kemana. Gue udah coba tanya sama ini bocah, tapi dia tetap diam dengan ekspresi datar sedatar jalan tol nya. Hingga akhirnya, mobil pun berhenti di depan kedai ice cream.

"Mau beli ice cream, Lo?" Tanya gue.

"Bukan."

"Terus ngapain berhenti disini?"

Mahesa mendecak, "Mau beliin ice cream buat lo lah, dodol!"

Buset! Ini bocah berani ngegas ke gue? Pake segala ngomongin dodol, gue kan jadi pengen Dodol Garut.

"Tunggu," Cegat gue saat Mahesa mulai melepas seatbelt.

"Apalagi?"

"Gue gak suka ice cream. Gue pengennya pecel lele."

Mahesa menganga mendengar jawaban gue, mungkin sedikit tak percaya dengan fakta ada cewek yang gak suka ice cream.

Ya gue juga gak tau, dari kecil gue emang beda. Kalau orang dewasa nyogok anak kecil pake ice cream, gue sih nolak. Gue cuma mau di sogok sama Pecel Lele. Lebih kenyang!

"Lo, serius?" Tanyanya.

Gue cuma mengangguk, dan kembali bersandar di kursi samping pengemudi. Mahesa nampak gerah dengan kemauan gue.

"Kenapa gak bilang dari tadi, sih? Tau gitu kan tadi gue gak usah macet-macetan lewat pusat kota."

"Ye.. gue tanya, lo diem aja tadi!" Sembur gue.

Mahesa melotot, oh tentu gue juga tak kalah melotot. Sampai beberapa detik kita saling melotot, akhirnya Mahesa menyerah. Mahesa pun kembali memasang seatbelt dan menjalankan mesin mobil. Dan gue kembali tenang dengan senyum penuh kemenangan. Akhirnya, gue bisa mengembalikan keadaan!

Satu jam setelah perjalanan, mobil akhirnya berhenti di sebuah warung makan sederhana dengan plang besar bertuliskan, 'Pecel Lele, Bu Lela. Maknyos..'

30 Hari Menjadi JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang