Unbelievable!

894 50 11
                                    

Pada hari Minggu ku turut pacar ke kota, ternyata di sana ku di putusin olehnya.

---


16.00 (Hari Minggu)

"Lan, gue mau minta putus."

Kata-kata sakral yang selama ini tak pernah gue dengar, kini meluncur mulus bagai pesawat jet dari bibir pink indah milik Lama.

Gue diam.

Tentu gue kaget.

Tapi gue jaga imej.

"Maksud kamu?"

(Dalam Hati : SERIUS LO NYET?!)

Lama menarik napas panjang, lalu memegang tangan gue.

"Gue. Mau. Kita. Putus. Alana." Ucap Lama dengan penekanan di setiap kalimatnya.

Gue masih diam.

Gue meneguk saliva kasar, "Tapi kenapa? Kamu gak sayang lagi sama aku?"

Gue berharap, di detik berikutnya Lama akan dengan keras tertawa karena jailnya telah berhasil membuat gue ketakutan.

Tapi faktanya nggak, Lama malah melontarkan kata-kata yang bikin bagian dada kiri gue mati rasa untuk sekejap.

"Intinya gue mau putus sama lo," Lama menjeda ucapannya. "Lo bisa cari cowok yang lain, yang lebih baik dari gue."

"Iya. Yaudah."

Perlahan tapi pasti, tangan hangat Lama mulai terlepas dari tangan gue, dan gue masih tertegun sendu meski hati gue meronta.

(Dalam hati : PEGANG LAGI GAK! PEGANG! PLEASE PEGANG LAGI!)

Gue melihat Lama pelan-pelan pergi, meninggalkan gue yang terpaku seperti patung Pancoran. Bayangan dirinya kini hilang seiring angin menyapu.

"Dah Lama.. semoga lo gagal move on dari gue," ucap gue lirih.

Entah apa yang harus gue perbuat, saat Lama pergi rasanya cahaya hidup gue meredup.

Eta terangkanlah...

Meskipun gue lagi sedih, ada satu fakta yang terus mengganggu pikiran gue dari awal Lama mengucap kata 'putus'.

Ekhem.. detik ini gue jomblo.

Jujur gue belum pernah jomblo, karena gue udah punya pacar dari jaman SD kelas 4.

Ya.. walaupun jaman itu sih pacaran nya masih kaya anak monyet yang dijodoh-jodohin gitu sama sebangsanya, tapi tetepkan itu pacaran?

Dan biasanya kalau seudah gue putus, dihari yang sama pasti ada yang nembak gue lagi.

Ya.. nasib cewe cantik mah gini.

Dan gue mau jujur lagi, ini juga pertama kalinya gue diputusin cowok. Padahal dia yang nembak gue, dia yang putusin gue.

Oke, gue sedih.

Gue nangis dulu.

Gue juga manusia loh. Punya rasa. Punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati.

Tapi tenang aja sih, gue kan Capella Alana Lapas Mitra gak akan jomblo lama-lama.

Besok juga dapet.

Bahkan malem ini.

Liat aja.

⏳⏳⏳

05.00 ( Hari Senin )

Setelah selesai shalat shubuh, gue berencana menelpon bang Daniel. Gue gak tahan kalau harus menyimpan aib ini sendirian, gue harus cerita apa yang terjadi sama gue sekarang.

Tut.

Dering pertama, masih belum diangkat.

Tut..

Dering kedua, masih juga belum diangkat.

Tut...

Dering ketiga, kalo sampe bang Daniel gak angkat ini telfon, pulang sekolah gue bakal langsung sumpelin mulutnya pake tutut surudut!

Tu-...

"Woy siapa sih?! Risih amat bangke nelfon jam segini."

Gue salah, gue salah.
Gue salah membangunkan anjing Harder yang sedang tidur.

"Bukannya salam, malah dikata bangke. Assalamualaikum bang.." ucap gue sarkastik.

"Waalaikumsalam, bangke."

Gue terkekeh, abang gue emang kadang bikin nyengeh.

"Mau apa nelfon?" Tanya suara di sebrang.

"Dimana lo, bang?"

"Warnet."

Yasalam..

Gini emang abang gue. Dari zaman kuda ponian sampe sekarang kuda udah pada pake pomade, masih aja datengin ruang sumpek yang isinya binatang semua.

Bukan artinya abang gue mainannya sama binatang, tapi seisi makhluk hidup di sana rata-rata panggilannya binatang.
Masih mending kalo binatang yang dipanggil tuh binatang peliharaan semacam; kucing, sapi, domba, atau ayam.
Lah ini yang dipanggilnya binatang haram yang dilarang dalam Islam,

Babi?

Pake nanya.

Anjing lah.

"Balik bang Edan, udah shubuh ini."

"Bacot nih, gue udah sholat disini."

"Serah lu dah." Gue menyerah. "Bang Edan.. gimana ini?"

"Sumpah ya lo, mau gue kutuk? Nama gue udah cakep-cakep Daniel, malah jadi Edan."

"Suka-suka."

"Bye!"

"EH BANG DANIEL GANTENG.. Jangan ditutup dong.."

"Bikin sensi dah lu, gue tampol juga lu."

"Cielah abang audisi biskuat banget."

"Apaan buruan, nunggu lo cerita seabad tau gak."

Gue berdeham pelan, "Lana diputusin Lama bang,"

"Terus?"

"Dan sampe jam segini, gue belum ada yang nembak lagi."

"Jadi lo, jomblo?"

"Ya.. gitu."

"Mangga mamam!" Bang Daniel tertawa kencang di ujung sana, dan langsung menutup sebelah pihak panggilan kita berdua.

Tuuuuut....

Nada melengking yang panjang keluar serakah di handphone gue.

Gue tercyduk, gue lemah, letih, dan lesu. Bang Daniel pulang nanti, gue sumpelin mulutnya pake tutut. Harus!

***
To be continue❤

#BaruJomblo

30 Hari Menjadi JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang