Seorang gadis dengan rambut kepang duanya terduduk disebuah ruangan penuh buku yang tertata rapi diraknya.Gadis itu membuka lembar demi lembar sebuah buku dipangkuannya dengan telaten. Beberapa kali menyingkirkan satu, dua helai poninya yang dirasa menganggu aktivitasnya. Sedetik kemudian, dia menutup buku itu dengan tatapan menengadah ke atas. Menghela napasnya pelan. Dan detik berikutnya dia berdiri,melangkahkan kakinya ke rak paling pojok perpustakaan itu. Mengembalikan buku itu ke tempatnya semula dengan rapi. Lanjut berusaha menggapai salah satu buku tebal bercorak hitam dengan tubuh mungilnya. Tangannya melanjuk-lanjuk mencoba menggapai namun na'as, tinggi badannya tak bisa mencapai rak teratas itu.
Sebuah lengan yang lebih panjang darinya menggapai buku itu, tanpa susah payah. Dia membalikkan badannya penasaran dengan siapa yang mengambil buku yang ia tuju. Tubuh itu begitu tinggi, sehingga dia tidak akan mampu memandang wajah sosok itu tanpa mendongakkan kepalanya.
Dia Alaska, seorang laki-laki yang sering terlihat dihadapannya. Diperpustakaan umum ini lebih tepatnya. Mereka sering bertemu dengan kebetulan. Tanpa bertegur sapa. Tanpa mengenal nama. Hanya saling menatap jika kebetulan mata mereka bertemu. Selain itu, tidak ada yang istimewa.
Mata mereka bertemu sekarang. Dengan Alaska yang menundukkan pandangannya, dan gadis dihadapannya yang mendongakkan pandangannya. Tiga puluh detik kemudian gadis itu mengerjap. Tanpa sadar dia terkagum dengan lelaki dihadapannya walau hanya beberapa detik. Mungkin jika dia menatap mata itu untuk lebih dari 30 detik dia bisa jatuh cinta.
"Mau ambil buku ini? " Tanya lelaki itu dengan menatap buku bercorak hitam sambil membolak-balikkannya.
Gadis itu mengangguk. Tanpa membalas tatapan lelaki dihadapannya. Tangannya beradu dengan tangan yang lain. Ia sedang gugup.
"Boleh, tapi saya baca duluan." Ujar lelaki itu dengan seringai tipis dibibirnya. Dia sedikit merasa menang. Karena gadis dihadapannya tak mampu mencapai buku itu.
Gadis itu mengkerut kesal. Bibirnya sedikit cemberut membuat Alaska tak tahan untuk menggodanya.
"Nama kamu?" Tanyanya datar. Namun dalam benaknya kini sedang menahan gemas.
"Adelie"Jawab gadis itu singkat.
"Ok, El. Saya Alaska." Balas Alaska yang sebenarnya tidak perlu dikatakan. Karena saat inipun Alaska sedang memakai seragam SMA nya dan Adelie bisa membaca name tag-nya dengan sangat jelas.
Alaska Fabian Svalbard. Itu namanya.
"Duduk" Tukas Alaska merasa posisi mereka saat ini tidak nyaman untuk sekedar berbincang.
Adelie duduk bersila sama seperti Alaska. Diperpustakaan itu memang tidak disediakan kursi. Hanya disediakan karpet besar yang diperuntukkan bagi para pembaca.
"Saya sering lihat kamu kesini" Ujar Alaska menyapu keheningan. Adelie sedikit terkejut mendengar ucapan Alaska. Itu artinya, Alaska juga memperhatikannya. Sama seperti dia yang diam-diam melakukannya juga. Adelie hanya berdehem menjawab pernyataan Alaska. Sedetik kemudian dia mengangguk mengiyakan.
"Kenapa tidak bicara? Gak jadi saya pinjamkan buku ini kalau-"
"Iya, iya. Ini ngomong! " Potong Adelie yang setengah tergagap. Dia jarang sekali berbicara dengan lawan jenisnya. Jujur ini terkesan akward baginya. Dia tidak tahu bagaimana harus bersikap dan menempatkan diri. Disatu sisi, dia sangat ingin membaca buku itu. Novel horror Season 2 dari novel yang baru selesai ia baca. Endingnya menggantung. Membuat Adelie ditelan rasa penasaran akan kelanjutannya. Padahal buku lanjutan itu hanya ada satu buah diperpustakaan itu. Tapi dia tidak bisa mendapatkannya.
"Nah gitu dong,"Sahut Alaska dengan tawa yang tertahan diujung bibirnya.
'Lucu juga cewek ini' Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska [TAMAT]
Teen FictionCerita sudah tamat. *Telah direvisi satu kali. Jadi tidak menutup kemungkinan ada typo. *** Seorang gadis lugu Adelie Setya Anjani harus dipertemukan dengan lelaki menyebalkan yang dengan gamblangnya mengatakan suka kepadanya. Padahal mereka tidak p...