30(Putus!)

39 5 0
                                    

"Dirga, mana Alaska?" Tanya Sila saat tidak sengaja bertemu Dirga ditikungan koridor Rumah Sakit.

"Ditaman belakang RS"Jawabnya singkat seraya berlalu dari pandangan Sila.

Benar saja. Sila melihat lelaki itu dengan keadaan sangat terpuruk. Dia harus menjelaskan kepada Alaska. Bahwa dialah penyebab semua yang menimpa El. Walau mungkin pengakuan itu akan membuat Alaska membencinya.

"Al! Boleh duduk sebelah lo?" Tanyanya yang direspon dalam diam oleh Alaska. Tatapannya kosong seakan jiwanya pergi entah kemana. Hancur rasanya melihat Alaska seperti ini.

"Maaf."Gumamnya lirih dengan isakan yang tertahan.

"Maaf, karena ini semua salah gue. Kalau gue gak maksa El untuk ketemuan waktu itu mungkin hal ini gak akan terjadi. Dan...El....hiks..."

"Kalo El waktu itu gak nolongin gue dengan ngorbanin dirinya...mungkin hiks....dia gak akan mengalami ini."

"Harusnya gue yang ada diposisi El saat ini gue..."

"Sudah?"Potong Alaska dengan suara dinginnya.

"Jangan bicara hal yang tidak penting." Lanjutnya menatap datar Sila yang kini tengah menangis terisak.

"Mak, maksud lo?"

"Itu bukan salah kamu Sil. Itu karena saya hadir dalam hidup El."Ujarnya sebelum pergi meninggalkan gadis itu.

"Al!! Tapi ini karena El nolongin gue. KARENA GUE!"Tukasnya setengah meninggi. Dia tidak ingin Alaska menyalahkan semua yang terjadi pada dirinya sendiri.

"Yumna ganggu El karena saya. Dan kamu ada disana untuk menolong dia. Tapi, El gak akan biarin orang lain celaka karena dia. Dia itu seseorang dengan hati paling naif yang pernah saya kenal. Dia baik sama siapapun bahkan sama orang yang gak pantes mendapatkannya. Tapi, kembali lagi ke kalimat pertama. Semua...karena saya."Ujarnya sebelum benar-benar hilang dari pandangan gadis itu. Sila menangis sejadi-jadinya.

***

Lantai rumah sakit begitu dingin. Sudah lama semenjak kejadian masalalu saat Alaska melihat bunda untuk terakhir kalinya ditempat penuh bau obat ini. Langkah kakinya menuju ketempat dimana gadis pujaannya itu berada. Disana terduduk Mira dan Reihan yang sedari tadi menunggu didepan ruangan. Tapi tidak ada Dirga disana.

"Dirga kemana?"Tanya Alaska membuyarkan lamunan kedua orang itu.

"Em, beli minum."Jawab Mira.

"Al gue...maaf karena gak bisa...."

"Sudah."Potong Alaska.Reihan tertegun sejenak.

"Saya malas dengar ocehan kalian. Kamu sekalian antar Sila!" Lanjutnya tak membiarkan Reihan membantah.

"Dan kamu Mira habis ini pulang sama Dirga! Biar saya yang jaga El." Ujarnya lagi yang dibalas anggukan singkat Mira.

Dua orang lelaki dan wanita paruh baya keluar dari pintu ruangan itu. Mereka adalah orang tua Adelie.

"Nak, sebaiknya kalian pulang. Besok kan harus tetap sekolah."Ujar Risti dengan lembut diangguki keduanya kecuali Alaska.

"Tolong ijinin Alaska tetap disini,tante."Alaska mengenggam tangan wanita paruh baya itu dengan tatapan memohon.

"Tapi..."

"Biarkan dia Bu"Tukas sang pria. Risti akhirnya memberi ijin juga.

"Maaf karena gagal membahagiakan putri anda"Ujar Alaska tanpa berani menatap mata lelaki paruh baya itu.

"Apa kau menyerah nak?"Tanya pria itu dengan nada beratnya.

"Jika diijinkan saya ingin kesempatan kedua"Jawabnya tanpa suara bergetar.

Alaska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang