"Masih tau arti kata pulang? "Ujar seseorang ditengah tangga rumah berlantai 2 rumah itu. Menggemakan pantulan suara yang bercampur emosi didalamnya. Ditengah lampu yang menggelap.
Alaska menutup pintu rumahnya pelan. Manik matanya menyorot tajam ke arah pria paruh baya yang masih rapi dengan jas hitamnya.
"Ayah udah bilangkan? Malam ini Keluarga Yumna bakal dateng untuk membicarakan tentang perjodohan kalian. Tapi kamu, bersikap seperti anak kecil dan kabur entah kemana. Ayah capek ngeladenin sikap biadap kamu!"Ujar pria itu dengan nada tingginya.
"Saya gak inget pernah menyetujui perjodohan yang anda maksudkan. "
Jawab Alaska dengan nada dinginnya namun tatapannya semakin tajam, bagaikan elang melihat mangsanya."Apa susahnya untuk menerima perjodohan itu? Yumna gadis baik, dari keluarga yang baik dan teman kecilmu. Kurang apa lagi? "Sanggah Danis dengan amarah membuncah di ubun-ubunnya. Alaska mendengkus kasar.
"Justru karena dia teman saya, saya tidak akan membuat dia menikah dengan orang yang tidak mencintainya. "Jawab Alaska masih dengan kuat menahan emosi.
"Ini juga demi dirimu, untuk masa depanmu. Kau tidak punya pilihan selain menikahi gadis keluarga Agnibrata."Bentak Danis. Tangannya mengepal kuat.
"Demi saya? Heh.. "Alaska memandang meremehkan.
"Jangan mengatasnamakan nama saya untuk kepentingan pribadi anda. Saya tidak sudi. Bukankah kalimat yang benar adalah ANDA MENJUAL ANAK ANDA UNTUK MENGGAET KEKAYAAN DAN KESERAKAHAN ANDA?! "Lanjut Alaska dengan penuh penekanan.
"Jaga mulut kamu Anak bangsat!! Kau dan ibumu itu sama-sama pembawa sial!! "
Habis sudah kesabaran Alaska. Dia pasti hanya akan mendengarkan dengan tuli segala cercaan tentang dirinya. Tapi jika bajingan itu mengatakan satu kata saja yang tidak baik tentang mendiang ibunya. Alaska pasti akan lepas kendali.
"Coba ulangi kata-kata anda barusan?"
Rahang Alaska mengeras. Kepalan tangannya telah siap melayang pada wajah seseorang yang mengaku ayahnya itu jika saja dia benar-benar mengulangi perkataannya. Danis terdiam, bulu kuduknya berdiri. Anak dihadapannya ini mengeluarkan aura yang begitu mencekam. Bahkan, mulutnyapun kelu untuk mengungkap satu kata saja.
"Saya selama ini bisa bersabar hanya karena bunda. Jadi jika saya membabibuta saat ini tidak akan ada yang menghentikan saya bukan? Dan saya masih tinggal dirumah ini juga karena kenangan bunda. Tapi, saat saya sudah benar-benar muak. Dengan senang hati saya akan meninggalkan rumah ini. "Ancamnya sebelum melenggang menaiki tangga lantai dua tanpa memandang sedikitpun pada pria itu lagi.
Alaska menghempaskan dirinya dengan lelah di atas tempat tidurnya. Dia menghembuskan napas lelah sambil memejamkan matanya cukup lama. Dia kembali mendudukkan dirinya. Menatap foto seorang wanita paruh baya dengan tangisan membasahi pipinya. Cengeng? Ya, Alaska akan cengeng jika sudah menyangkut orang yang dia sayangi.
"Bund, Aska kangen sama bunda. Aska capek sama semuanya bun. Kenapa bunda harus ninggalin Aska sih? Aska masih butuh bunda. Suami bejat bunda itu gak ada capeknya buat manfaatin Aska demi kesenangannya. Aska masih disini karena bunda. Aska takut ngelupain bunda kalau Aska keluar dari rumah ini. Bun, Aska harus gimana? Aska pengen nyusul bunda. Baru beberapa bulan bunda pergi. Tapi Aska sudah kangen sekali sama bunda."
Gumamnya sambil mencium foto itu cukup lama."Bun, hari ini Aska jatuh cinta sama seseorang. Sudah lama sebenarnya. Tapi baru beberapa hari ini dekatnya. Aneh ya, bun? Mencintai saat masih tidak mengenal nama. Tapi Aska beneran kok sama cewek itu bun. Jadi bunda gak perlu khawatir Aska bakal jadi Badboy apalagi playboy. Karena Aska gak akan pernah menapaki jejak Iblis itu bun."Ujarnya sambil sedikit tersenyum samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska [TAMAT]
Teen FictionCerita sudah tamat. *Telah direvisi satu kali. Jadi tidak menutup kemungkinan ada typo. *** Seorang gadis lugu Adelie Setya Anjani harus dipertemukan dengan lelaki menyebalkan yang dengan gamblangnya mengatakan suka kepadanya. Padahal mereka tidak p...