8 Januari 2021,
Dia mengantarku pulang dengan motor ninja hitamnya. Disela-sela suara kendaraan yang saling berlalu-lalang. Aku tersenyum samar. Merasakan aroma marsmellow tubuhnya menyeruak memasuki hidungku. Alaska Fabian Svalbard. Siapakah kamu ini sebenarnya?Mengapa kamu selalu membuat aku gagal menatap matamu lebih dari 10 detik? Kamu aneh, kamu unik, kamu membuatku terus memutar awal pertemuan kita walau dalam mimpi. Kamu membuat jantung yang biasanya tenang mendadak berontak setiap kali mata kita bertemu. Tanpa sadar aku selalu menantikan hari-hari yang biasanya tak pernah terlalu penting bagiku. Kamu pencuri. Kamu mencuri sesuatu didalam diriku. Jika tidak, mengapa jantung ini selalu berusaha mengejarmu?
Elie~
***
"Tumben udah dateng aja, Mbak El. Biasanya seminggu sekali. "Ujar penjaga perpustakaan memandangi gadis dengan seragam SMA Kartini dihadapannya."Iya nih, mbak Andin. Mumpung pulang pagi. "Jawabnya dengan cengiran.
"Tumben gak langsung baca buku." Sapa Karol, teman Adelie yang dia dapat selama menjadi pengunjung setia perpustakaan ini. Karol suka membaca buku bergenre romance, yang mengangkat tokoh utama badboy ganteng. Juga salah satu pengunjung tetap perpustakaan ini. Bahkan mungkin dia lebih sering berkunjung dibanding Adelie. Jadi dia cukup heran karena hari ini Adelie datang ke perpustakaan. Padahal biasanya hanya seminggu sekali.
"Hem, gak ah nanti aja" Jawab Adelie yang kini duduk bersila sambil menyenderkan punggungnya ke tembok.
"Lagi nunggu seseorang ya?" Tebak Karol yang sialnya tepat sasaran. Adelie hanya membalasnya dengan senyum kikuk. Dia memang menunggu seseorang yang sejak hari itu memenuhi ruang berpikirnya. Adelie benar-benar datang dan melakukan ucapan lelaki itu.
"Ya udah, aku pulang duluan ya? "
Pamit Karol. Karol memang tidak bersekolah. Dia homeschooling karena trauma akan bullying disekolah yang pernah dialaminya. Jadi wajar pada jam-jam yang seharusnya anak seumurannya kesekolah malah berada diperpustakaan, siang bolong begini. Adelie mengangguk mengiyakan.Entah mengapa, Adelie sedang tidak berminat membaca buku. Jadi dia hanya duduk termenung saja sambil memperhatikan beberapa orang membaca buku, didepannya. Dia melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 3 sore. Sekolahnya pulang lebih awal karena rapat. Bahkan dia seharusnya masih bisa menyempatkan diri untuk berganti baju sebelum keperpustakaan. Tapi dia memilih untuk datang langsung seusai sekolah. Entahlah, sepertinya dia menantikan hari ini. Dia tahu sosok itu pasti masih lama datangnya. Mungkin saja saat ini dia masih disekolah dan belum tentu juga hari ini dia datang. Adelie menghela napasnya pelan. Dia bangkit berdiri untuk mencari buku dirak perpustakaan itu guna mengisi waktu gabutnya. Sampai dia menemukan sebuah buku dengan sampul yang unik. Dengan judul yang menarik pula.
Do U Wanna Fall In Love?
Diambilnya buku itu dari tempatnya. Dia mulai mendudukkan dirinya seperti semula ditempat yang sama. Dibukanya buku itu dan dibacanya dengan tenang. Dia mulai merasakan otot matanya lemas. Kepalanya mulai terkatuk-katuk. Rasa kantuk perlahan dirasakannya. Dia menguap satu, dua kali dengan menutup mulutnya. Dia mulai menyenderkan tubuhnya pada tembok ruangan. Mencoba mencari posisi ternyaman. Dan tak lama kemudian dia benar-benar terlelap dengan buku yang masih terbuka dipangkuannya.
Pukul 06.45 Pm. Seorang laki-laki dengan jaket hitamnya melenggang memasuki sebuah perpustakaan yang sudah sepi. Matanya menangkap pemandangan menarik. Seorang gadis tengah tidur dengan buku yang masih terbuka dipangkuannya.Wajahnya menyunggingkan senyum pada gadis itu dari kejauhan.
"Masnya jangan-jangan orang ditunggu neng El ya?" Celetuk penjaga perpustakaan yang sedang memandang tubuh tinggi dihadapannya.
"Berapa lama, dia disini? "Tanyanya dengan tatapan masih menatap gadis yang terlelap dalam alam mimpinya itu.
"Hampir lima jam kayaknya" Jawab sang penjaga perpus. Tanpa membalas jawaban itu Alaska melangkahkan kakinya mendekati gadis itu yang sedari ia pandangi dari kejauhan. Adelie benar-benar tidur dengan sangat tenang. Deru napasnya beraturan. Sesekali berceloteh tidak jelas dalam racauannya. Alaska yang melihat itu tidak bisa menahan senyumannya. Pandangan matanya ditarik ke arah buku dipangkuan gadis itu. Terbuka pada halaman 15 yang menampilkan kalimat bercetak miring.
"Aku sudah jatuh cinta kepadamu? Kamu?"
"Sebentar lagi, kayaknya. "Gumam Alaska seakan menjawab kalimat itu.
Perlahan mata Adelie terbuka. Sejenak dia merasa seperti ada sebuah sosok dihadapannya menatapnya lekat. Mirip dengan seseorang yang mengacaukan hatinya dengan perasaan-perasaan aneh. Ah, tidak itu mungkin halusinasinya saja. Orang itu pasti tidak datang. Dan Adelie pasti sedang berimajinasi karena terlalu berharap.
"Sudah selesai, ngebonya? "Suara berat yang merambat melalui gendang telinganya itu. Berhasil membuat kesadaran kembali sepenuhnya. Alaska, dihadapannya. Lelaki itu benar-benar datang.
"Kamu? "Adelie mengerjabkan matanya tak percaya.
"Iya, capek ya nunggu saya? "Sahut Alaska. Tatapan matanya lembut selembut suaranya ketika melemparkan pertanyaan itu. Adelie tercekat. Sebisa mungkin berusaha mengendalikan degup jantungnya yang mulai terasa lebih cepat. Adelie mengalihkan pandangan kearah kanan berusaha menghindari tatapan makhluk didepannya.
"Lihat apa? "Tanya Alaska yang kini menatap wajah gadis itu ke arah yang sama. Mata mereka bertemu, sensasi aneh mulai terasa didada Adelie. Kenapa rasanya sakit. Tapi kenapa rasa sakit itu membuatnya bahagia? Adelie mengalihkan pandangan ke arah kiri, lalu Alaska mengikuti arah pandangannya lagi. Tidak membiarkan wajah gadis itu lepas dari manik matanya.
Napas Adelie tercekat. Kemanapun dia beralih sosok itu selalu ada didepan matanya. Dia mati sesak napas kalau begini caranya. Adelie berdiri tiba-tiba. Dia menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya dengan mata yang tertutup sebentar. Dia membuka matanya lagi. Namun, dada busung seseorang menghalangi pandangannya. Dia tidak berni mengintip wajah itu. Atau dia akan sesak napas lagi nanti.
Alaska menatap gadis mungil yang tidak membalas tatapannya itu. Ditariknya dagu gadis itu, membuatnya mau tidak mau menatapnya. Dan kau tahu apa yang Adelie lakukan? Dia menutup rapat matanya bahkan walau kepalanya sudah menengadah ke atas.
'Lucu' Batin Alaska dengan tersenyum tengil.
Tidak masalah untuk sedikit melakukan keisengan bukan?
Alaska meniup telinga kanan Adelie. Membuat bulu kuduknya merinding diiringi dering jantungnya yang berkejaran.
'Nih, orang mau bikin aku serangan jantung? 'Batin Adelie masih setia dengan matanya yang tertutup rapat. Dia menggigit bibir bawahnya tak sadar. Dia gugup. Dia takut. Takut kalau jantungnya akan benar-benar keluar detik ini juga. Takut seseorang dihadapannya ini dapat mendengar degupan jantungnya yang lebih keras dari suara guntur dikala hujan. Takut untuk menatap mata yang membuatnya tak bisa berkutik.
Alaska menatap bibir ranum itu. Adelie menggemaskan, lucu, tingkahnya selalu membuatnya terhibur. Membuatnya sejenak lupa akan setiap masalah yang dia punya.
Namun, ada setitik keinginan untuk menyentuh bibir mungil itu. Ibu jarinya terjulur untuk menyentuh bibir mungil gadis itu. Tanpa perintah darinya. Lembut. Itu yang dirasakannya ketika menyentuh bibir Adelie.'Tuhan, apalagi ini. Apa yang orang ini akan lakukan. Kuatkan jantung ini tuhan. Aku masih ingin hidup. Aku belum menemukan cinta sejati.'
Runtuk Adelie ketika merasakan bibirnya disentuh dengan tangan lembut seseorang. Apa kabar jantungnya? Sepertinya sudah tak tertolong.Jujur saja sentuhan itu sangat lembut, bahkan jika kau bukan perasa mungkin sentuhan itu hanya seperti angin yang berhembus. Nyaman, Adelie tidak merasa terganggu sama sekali dengan sikap Alaska. Yang mengganggunya adalah suara gedoran jantungnya yang memaksa keluar dari tubuhnya.
"El... "Ucap lelaki itu dengan nada berat. Ciri khasnya.
"Buka mata kamu, atau saya cium? "
'Astaghfirullah' Batin Adelie dalam keputus asaannya.
Jika ada typo mohon maklum:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska [TAMAT]
Teen FictionCerita sudah tamat. *Telah direvisi satu kali. Jadi tidak menutup kemungkinan ada typo. *** Seorang gadis lugu Adelie Setya Anjani harus dipertemukan dengan lelaki menyebalkan yang dengan gamblangnya mengatakan suka kepadanya. Padahal mereka tidak p...