Adelie merebahkan tubuhnya dikursi belajar yang sebenarnya tidak nyaman sama sekali. Namun, ujian besok memaksanya untuk menduduki kursi itu lebih lama dari biasanya. Sekonyong-konyong, pikirannya kembali terarah pada kejadian tadi sore. Bagaimana mungkin dia tidsk ingat apapun juga. Bahkan Mirapun saat ia tanyai sama. Tapi,bapa kesimpulan yang bisa diambil dari ini semua? Apakah ada gubungannya dengan Yumna? Ah, buruk sekali dia berfikiran begitu terhadap orang yang telah menolongnya. Tapi, jika bukan begitu lalu apa?!Berdasarkan cerita Yumna, dia pingsan setelah meminum minuman cappucino di kafe itu. Apa mungkin minumannya beracun? Tapi bukan satu, dua kali dia minum disana. Ini aneh, sungguh. Tapi nurani Adelie menepis keras kalau Yumna berhubungan dalam hal ini. Saat itu juga yumna ada disampingnya bukan? Jadi bagaimana? Ah iya Shelly. Tapi, jika itu benar dia? Untuk alasan apa? Ini memusingkan. Sangat!
Sebuah dering mengalihkan pemikirannya yang bercabang. Entah mengapa saat melihat nama kontak itu. Perasaan lega serasa hinggap dihatinya. Itu Alaska, memanggilnya melalui Video call.
"Alaska?"Sapa Adelie melihat lelaki itu dengan almameter berwarna biru melekat ditubuhnya. Terlihat sangat rapi dan berwibawa?
"El, kangen sama kamu."Pipi gadis itu bersemu merah mendengar kalimat Alaska.
"Kan besok bisa ketemu?"Alaska terkekeh disana.
"Iya, kelamaan nunggu besok. Pengennya sekarang liat kamu."Adelie kembali menahan tawanya. Alaska itu memang ada saja.
"Saya bawa kabar baik."Ujarnya diseberang sana sembari menunjukkan piala yang lebih besar dari ukuran tangannya.
"Juara tiga"Lanjutnya dengan senyum kebanggaan. Adelie terkejut bukan main. Alaska sungguh melakukannya.
"Walau gak bisa mewakili Internasional."Nadanya terdengar lemah.
"Al, itu keren banget sumpah. Bisa menjuarai tingkat nasioanl? Bahkan gak ada dalam pikiran aku. Kamu melakukan yang terbaik dengan hasil yang baik juga."Celetuk Adelir dengan kekehan ringannya yang menular pada Alaska.
"Makasih ya ucapan kamu waktu itu, salah satu sumber energi terbesar buat saya."Ungkapnya diselingi kekehan.
Adelie kembali mengingat kejadian memalukan malam itu. Namun, dia bersyukur bahwa itu menjadi sumber kekuatan Alaska.
"Iya, sama-sama"Jawabnya dengan senyuman.
"Jangan senyum napa?Kan jadi pengen gigit"Alaska tertawa sekali lagi membuat gadis itu tak kuasa mengutarakan kekaguman dalam hatinya.
"Tunggu besok."Ancam Alaska dengan seringai kecil. Adelie hafal sekali mimik wajah itu. Entah kenapa Adelie mendadak merinding juga.
"Yaudah, tutup. Sudah malam. Tidur!"Suruh Alaska dengan mata Elangnya yang menatap dalam manik mata gadis itu.
"Baru mau belajar."Eluh Adelie dihadiahi gelak tawa diseberang sana.
"Iya, tapi jangan kemaleman."
"Iya"Jawabnya dengan anggukan pasrah.
"Selamat malam, sayang"Ujar Alaska membuat wajah Adelie memerah sempurna. Kemudian segera menutup panggilan itu.
"Juga, sayang"Gumamnya pada panggilan yang telah berakhir.
"Fokus El. Besok Ujian!"Dia menepuk kedua pipinya beberapa kali kemudian mulai menekuni kegiatan belajarnya. Namun tak urung, senyuman itu masih bertengger diwajahnya saat ini. Dia memang sudah gila! Entahlah, kata-kata Alaska terus terngiang dipikirannya. Membuatnya tidak bisa tidur malam ini.
***
Sebuah bel berbunyi dari arah pintu apartemennya. Alaska berusaha menegakkan badannya yang kurang tidur itu agar tidak roboh. Jam dinding menunjuk pukul 10 pagi. Kira-kira ada kepentingan apa orang itu membangunkannya sepagi ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska [TAMAT]
Teen FictionCerita sudah tamat. *Telah direvisi satu kali. Jadi tidak menutup kemungkinan ada typo. *** Seorang gadis lugu Adelie Setya Anjani harus dipertemukan dengan lelaki menyebalkan yang dengan gamblangnya mengatakan suka kepadanya. Padahal mereka tidak p...