29(El)

34 5 0
                                    

"Jadi, Yumna itu gak waras?"Reihan yang mendengar penjelasan Alaska itu terlihat sangat shock.

"Entahlah."Gumam Alaska yang kini menyetir dengan kecepatan gila. Sebenarnya Reihan sedang ketar-ketir dibuatnya. Namun, dia juga khawatir dengan kondisi Sila saat ini. Yang bisa dia lakukan hanya pasrah saja. Untuk kebaikan bersama.

Brakkk

"Woii yang benerlah!!"Sewot Reihan karena Alaska berhenti mendadak. Namun, dia mengikuti arah tatapan lelaki itu dan tahu penyebab mengapa dia tiba-tiba menghentikan laju mobilnya.

"Siapa mereka?"Sekelompok pria bercadar pakaian serba hitam menghalangi jalan mereka. Kira-kira ada lima orang jumlahnya. Tanpa bertanyapun mereka tahu bahwa para penjagal itu tidak bisa diajak berunding baik-baik. Satu-satunya cara hanyalah menghadapi mereka. Tapi itu membuang-buang waktu.

"Biar gue yang hadapi mereka.Saat mereka lengah lo pergi dari sini ketempat Sila."Ujar Reihan menginstruksi.

"Bisa bela diri?"Tanya Alaska datar.

"Gak"Jawabnya tanpa rasa bersalah. Alaska memutar bola matanya malas.

"Terus kamu ingin berakhir tinggal nama dengan melawan mereka?" Alaska menatap malas lelaki lemot disebelahnya. Diskusi ini sudah membuang banyak waktu.

"Kita pilih keputusan paling mungkin!Saya yang akan menahan mereka karena saya bisa bertarung sama mereka walau belum tentu menang dengan jumlah yang gak seimbang. Dan kamu..."Alaska menunjuk lelaki itu dengan tatapan tajam.

"Pergi bawa mobil ini ketempat mereka berdua. Tolong jaga mereka."Lanjutnya dengan nada rendah.

"Tapi..."

"GAK ADA WAKTU LAGI!MEREKA DALAM BAHAYA!SAYA TITIP MEREKA KE KAMU!!"Bentak Alaska sebelum membuka pintu mobil itu.

"Hoii, gue akan berusaha sebisa gue. Dan lo juga jangan sampai lo cuma tinggal nama sebelum kasih restu saat pernikahan gue sama Sila!"Gumam Reihan lirih yang masih bisa didengar Alaska. Alaska tersenyum remeh ke arah para penjagal itu.

"Seperti biasa kepercayaan diri yang diluar ambang batas!"Gumamnya sembari menatap tajam para penjagal itu.

"Hei kita tidak diperintah membunuhnya. Hanya menghalanginya sampai disana!"Seru seorang dari anggota penjagal itu yang sepertinya merupakan pemimpin mereka.

"Cih, kalian terlalu meremehkan musuh. Biar saya buat mulut itu tak bisa bicara lagi walau hanya untuk meminta ampun sekalipun."Ujarnya dengan hawa mengerikan yang merebak pada siapapun yang mendengarnya. Reihan bergidik ngeri. Dia memang tenang-tenang saja selama ini pada Alaska tapi setelah ini , sepertinya dia tidak akan berani macam-macam lagi pada lelaki mata elang itu.

***

"Siapapun..tolong siappunnn....apa kalian semua buta??!!"Teriak gadis itu dalam tangis yang meluber dimatanya. Merengkuh gadis berlumuran darah itu terlelap dengan tenang.

"Ahahahha...ahahhahaha....wah...tidak diduga...dia sendiri yang menyerahkan dirinya pada kematian."Tawa Yumna kala melihat pemandangan penuh merah darah itu.

"Apa yang terjadi?"Tanya polisi itu yang datang dengan dua anggotanya. Kedatangan mereka sangat terlambat. Dua korban telah jatuh. Satpam itu kehilangan nyawanya detik itu juga. Dan polisi segera menahan Yumna menggembok kedua tangannya. Dan mengamankan senjata apinya. Gadis itu masih tertawa terbahak-bahak. Seakan puas melihat hasil perbutannya.

"Kami akan mrngamankan gadis ini. Dan yang lainnya akan membawa korban ini untuk dirujuk kerumah sakit."Seru Polisi itu. Gadis itu menangis sejadi-jadinya melihat orang dipangkuannya terkapar tak berdaya. Semua orang dibubarkan dan seluruh area terpapar garis polisi. Sebuah mobil berjalan mendekati lokasi kejadian itu.

Alaska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang