"El!"
"Saya bawa bunga Violet kesukaan kamu." Ujarnya menatap gadis itu dengan tatapan sendu. Gadis itu menatap langit yang cerah sore itu. Walau dia tidak bersuara dan membalasnya .Alaska cukup senang melihat gadis itu. Atau mungkin merasa begitu sesak melihat keadaannya saat ini. Adelie jadi sering melamun. Sangat sulit makan dan tidur. Pandangannya kosong pada objek apapun yang dilihatnya.
"El, apapun yang terjadi saya akan ada untuk kamu." Alaska menggenggam tangan itu yang begitu dingin. Adelie tidak merespon sedikitpun perlakuannya. Bagai mayat yang kehilangan nyawa.
"Ngapain sih kamu dateng terus?Aku bilang kita putus! Gak ada hubungan lagi! Jadi berenti dateng dan bawa bunga-bunga memuakkan itu!" Cercahnya sembari menatap bunga Violet yang layu beberapa hari yang lalu.
Alaska menghela napas berat. Selalu saja. Walau sudah seminggu berlalu sejak saat itu. Adelie selalu mengutarakan kata yang sama. Putus. Putus. Dan putus. Seakan mendesak Alaska untuk menjauh darinya. Walau Alaska tak pernah serius menanggapi kata-kata itu. Namun, hatinya sakit setiap kali Adelie mengucapkan kata itu.
"Saya pergi dulu ya?Besok ada wisuda."Ujarnya lemah sebelum meninggalkan kamar itu dan menghilang tertutup badan pintu.
"Ah,senangnya. Andai aku bisa merayakan wisuda juga."Gumamnya lirih dalam luka yang semakin menumpuk.
***
"Eh Al, lo mau kemana?"Seru Dirga yang datang bersama Mira. Mereka juga ingin menjenguk Adelie sepertinya. Terlihat dari kresek berisi buah apel yang dibawa Mira.
"Mau bantu persiapan wisuda"Jawabnya datar sembari berlalu dari pandangan mereka.
"Oh iya, lu jadi perwakilan yak?"Gumam Dirga maklum. Karena Alaska sesibuk apapun itu. Pasti akan menyempatkan diri menemui Adelie. Untuk sekedar memastikan keadaannya.
***
Hari yang ditunggu telah tiba. Semua siswa siswi SMA Nusa terlihat mengenakan kebaya yang kepalanya telah dikenakan topi hitam. Khas wisudawan dan wisudawati.
"Finally lulus juga bre,"Celetuk Dirga ditengah hingar bingar suara musik dan hiburan. Alaska hanya menggumam dan kembali fokus pada pidato kepala sekolahnya. Dirga menghela napas lelah. Acara yang paling malas dia dengar adalah pidato kepala sekolah yang bisa sampai berjam-jam. Tak kenal waktu.
***
"El...gue kupasin apel ya?"Tawar Mira sembari duduk dikursi yang disediakan untuk samping tempat tidur. Adelie mengangguk pasrah. Dilihatnya Mira dengan telaten mengupas Apel itu. Upacara Wisuda SMA Kartini memang sudah lewat tiga hari yang lalu. Jadi Mira bisa berada disini menemani Adelie. Dikala semua teman-temannya sibuk.
"Ah El, bentar angkat telfon."Ujar Mira seraya beranjak keluar ruangan.
Mengapa pisau dinampan itu terlihat menarik baginya? Sepertinya pisau itu cocok untuk menghilangkan semua sesaknya. Entah bisikan apa yang membuatnya berpikir bahwa mati lebih baik daripada tetap hidup. Seperti dirinya.
Adelie perlahan mengambil pisau itu. Menggoreskan satu sesetan pada denyut nadinya. Satu sayatan lagi. Lagi dan lagi. Dia tidak tahu dimana letak nadi itu. Pikirannya kalut. Dia menggores terus menerus sampai pisau itu bertemu pusat nadi ditangannya.
Brakkk
"Elll!"
***
"Sebelumnya akan saya umumkan peringkat terbaik sekolah ini. Sebagai seorang kepala sekolah saya sangat bangga pada nak Alaska Fabian Svalbard yang berhasil meraih nilai tertinggi satu angkatan tahun ini. Dimohon maju kedepan."Ujar pak kepala sekolah seusai menyelesaikan pidatonya. Alaska hendak melangkahkan kakinya kedepan saat itu, sampai dering telpon membuyarkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska [TAMAT]
Teen FictionCerita sudah tamat. *Telah direvisi satu kali. Jadi tidak menutup kemungkinan ada typo. *** Seorang gadis lugu Adelie Setya Anjani harus dipertemukan dengan lelaki menyebalkan yang dengan gamblangnya mengatakan suka kepadanya. Padahal mereka tidak p...