"Jadi, apa yang membuat kamu ada disini sekarang!?"Nada dingin yang menusuk tercium dari ucapan Alaska.
"Maksud kamu? Aku cuma mau belajar kok sama El"
"Kamu pikir saya akan percaya dengan sanggahan gak bermutu itu? Saya bukan orang baru yang kenal kamu satu atau dua tahun Na."Seringai tipis muncul diujung bibir Alaska.
"Ka, kamu kenapa sih?aku serius kok. Aku cuma mau belajar... "
"Kamu kira saya bisa dibodohi? Kamu yang bisa jadi sepuluh besar peringkat paralel satu sekolah? Butuh belajar? Dan soal-soal yang kamu tanyakan tadi, kamu bisa menyelesaikan itu dengan mudah. Kalau bukan karena itu, Maka kamu pasti merencanakan sesuatu kan? "
Alaska menatap tajam kedua bola mata gadis itu."Ngerencanain apa sih? Kamu gak seharusnya berprasangka buruk sama aku Aka. "Lirih gadis itu dengan ekspresi memelas (yang dipaksakan?)
"Apapun itu saya gak akan peduli.Tapi kalo kamu bawa-bawa El dalam rencana kamu ini, saya gak akan biarin itu terjadi. "Penekanan terdengar disetiap kata yang Alaska keluarkan. Tabiat gadis itu mulai keluar juga.
"Kenapa? Takut cewek sok polos itu aku apa-apain? "Seringai tipis muncul dibibir mungil gadis itu.
"Jaga mulut kamu! Saya gak akan biarin kamu manfaatin ketulusan El untuk berlindung dibalik kedok teman, Yumna!! "
"Ahahhha, kamu kenapa serius banget sih? Segitu pentingnya cewek jelek itu buat kamu?"
"DARI EKSPRESI SAYA SAAT INI KAMU SUDAH TAHU JAWABANNYA KAN!JAUHI EL! SAYA GAK AKAN BIARIN SIAPAPUN MENYENTUH PUNYA SAYA. BAHKAN SAHABAT SAYA SENDIRI! "
Alaska melangkahkan kakinya meninggalkan gadis itu yang kini mendecak kesal karena diabaikan."Kamu tahu apa yang pernah membuat saya benci sama kamu Na...."Alaska menggantung kalimatnya.
"Kamu adalah seseorang yang gak punya sedikitpun kemanusiaan! Kelebihan kamu itu membuat kamu seakan buta sama semuanya. Dan kamu tahu bahwa saya gak akan pernah suka sama orang yang gak punya hati. "
"Kalo gitu aku akan berubah buat kamu. Aku akan jadi cewek baik dengan hati yang baik seperti yang kamu bilang. Jadi... "
"Gak! Gak perlu! Saya rasa bukan satu, dua kali kamu pernah bilang hal yang sama Na. Tapi, pada akhirnya kata-kata itu cuma omong kosong yang gak bisa dipercaya. Dan perbuatan kamu dua tahun lalu, adalah bukti nyatanya. "Alaska meninggalkan gadis itu tanpa menoleh sedikitpun.
"Aku semakin tertarik untuk menghancurkan gadis yang udah ngerebut kamu dari aku. Nantikan saja, Aka."Seringai licik kembali menghiasi wajah cantiknya yang tertutup lampu temaram.
***
"Yumna mana? "Tanya Adelie ketika melihat Alaska kembali tanpa Yumna bersamanya.
"Balik, ada urusan katanya "Ucap Alaska sekenanya. Tidak peduli.
"Lah kok gak kamu anterin? Bahaya tahu cewek pulang sendiri malem-malem gini? "
"Kamu? Nyuruh saya antar dia? Beneran? "Alaska membelalak tak percaya. Adelie hanya mengangguk tanpa dosa.
"Cih, kamu gak cemburu liat pacar kamu anterin cewek lain? "
"Kan Yumna sahabat kamu"
"Ya terus karena dia sahabat saya kamu membiarkan dia leluasa?!" Alaska mulai meninggikan suranya.
"Kok sampek kesitu sih. Yumna tuh baik dia gak bakal... "
"El"Alaska memotong ucapan Adelie sepihak. Nadanya terdengar serius. Membuat Adelie tertegun sejenak mendengarnya.
"Dia gak sebaik yang kamu kira. Berhenti berhubungan sama Yumna. Dia gak baik buat kamu. "Ujar Alaska sedatar mungkin namun ekspresinya jelas terlihat menahan amarah.
"Kamu kenapa sih Al? Dia baik kok anaknya. Apa karena dia dulu suka mainin cowok? Iya aku tahu kok. Tapi dia udah berusaha untuk jadi lebih baik sekarang bukannya harus kita dukung? "Untuk pertama kalinya Adelie meninggikan suaranya.
Alaska terkejut mendengar pernyataan Adelie. Rupanya gadis licik itu telah mempersiapkan semuanya dengan matang.
"Bukan sekedar cewek yang suka mainin cowok El. Berhenti untuk berurusan sama dia. Dia itu... "
"Al!! Dia itu sahabat kamu kan? Kamu gak seharusnya jelekin dia didepan pacar kamu! "
"Oh, kalo gitu apa kamu peduli dia berusaha dekati saya? Kamu cuma akan diam melihay cewek lain berusaha cari perhatian sama pacar kamu? "
"STOP! Arah pembicaraan kita semakin ngaco Al!? "Entah kenapa Adelie mulai lelah dengan perdebatan ini.
"Dan sepertinya saya sudah tahu jawabannya"Alaska menghembuskan napasnya kasar. Dia berharap Adelie sedikit saja posesif akan dirinya. Namun, sepertinya gadis itu tidak peduli bahkan jika gadis lain berusaha mendekatinya. Entah kenapa rasanya sesak.
"Saya antar pulang"
"Aku bisa naik Taxi"
"El!! "Tanpa sadar Alaska meninggikan suaranya hampir terasa membentak. Kemudian dia menghembuskan napas lelah.
"Ok, fine"Dia meninggalkan gadis itu. Keluar dari perpustakaan yang entah sejak kapan terasa menyesakkan.
Adelie termenung memikirkan ribuan hal berkecamuk dikepalanya. Tentang pertengkarannya dengan Alaska. Tentang apa yang dikatakan Alaska mengenai Yumna. Dia tahu, dia memang tidak seharusnya meragukan pengakuan Alaska. Tapi, disatu sisi dia tidak ingin menilai Yumna dengan seenak jidatnya. Walau yang berkata itu Alaska. Namun, di tak tega harus menjauhi Yumna hanya karena itu. Ah, dan tentang pertanyaan Alaska sebelumnya? Sebenarnya ya! Hatinya sedikit perih melihat Alaska bersama Yumna walau hanya sekedar berbincang satu sama lain. Yah, hanya sedikit. Mungkin?
Pikiran itu terhenti sejenak sesaat sebuah Taxi berhenti dihadapannya. Dia memasuki taxi itu, lalu melanjutkan lagi pikirannya yang kini terisi dengan wajah terkejut Alaska. Apakah Alaska kecewa padanya? Oh pasti tentu saja. Dia tidak pernah membayangkan pertengkaran akan terjadi pada mereka karena Yumna. Padahal, dia ingin menghabiskan hari ini dengan Alaska. Tapi mengapa semuanya jadi kacau balau?Hah, bagaimana dia bisa menanyakan hal itu? Bukankah dia sendiri yang telah mengacaukannya?!
"Bodoh El, bodoh"Adelie merutuki dirinya sendiri. Sembari menepuk-nepuk jidatnya kasar. Tanpa tersadar sedari tadi motor ninja hitam mengekor dibelakangnya. Sejak tadi, untuk mengawasi.
***
"Ya? "
"...."
"APA!? "
Alaska melajukan motornya kembali seusai memastikan gadis pujaannya itu sampai dengan aman kerumahnya. Entah kabar yang begitu besar apa sampai membuatnya buru-buru mengendarai motor itu dengan kecepatan yang gila.
Alaska sampai disebuah kantor polisi. Dia melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu dan matanya menangkap pria itu yang kini sedang diinterogasi oleh petugas kepolisian.
"Oh, kalau begitu saya persilahkan anda mengobrol dengan keluarga anda terlebih dulu. "Ujar salah satu petugas.
Entah kenapa rasanya muak jika harus menyandingkannya dengan pria itu apalagi mengatasnamakan keluarga. Baginya pria itu tidak lebih dari seorang bajingan.
"Saya gak tahu kalo anda memang punya bakat jadi pembunuh! "Alaska kini berhadapan dengan pria itu. Yang terlihat.... Kucel dan kurang tidur?
"..."Pria itu hanya diam membisu menatap ke lantai dingin kepolisian seakan ada benda menarik dibawah sana.
"Jadi, sepertinya anda sudah tidak bisa mendengar? Tidak bisa bicara? Atau keduanya? Ayah? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska [TAMAT]
Teen FictionCerita sudah tamat. *Telah direvisi satu kali. Jadi tidak menutup kemungkinan ada typo. *** Seorang gadis lugu Adelie Setya Anjani harus dipertemukan dengan lelaki menyebalkan yang dengan gamblangnya mengatakan suka kepadanya. Padahal mereka tidak p...