"Kita mau kemana Al?"Celetuk Adelie didalam mobil. Sambil memperhatikan Alaska yang begitu tenang mengemudi disampingnya.
"Ke suatu tempat yang rahasia." Adelie terkekeh mendengarnya. Padahal besok lelaki itu akan berangkat ke Inggris untuk kuliahnya.
Kemudian matanya menatap tangan kiri lelaki itu. Sebuah jam tangan abu-abu melekat ditangannya. Samar gadis itu tersenyum menatapnya. Dia senang lelaki itu memakai hadiah darinya.
***
"Kita sampai."Alaska membantu Adelie berdiri setelah menyiapkan kursi roda untuk gadisnya. Adelie yang menatap desain bangunan restaurant itu terkagum. Sangat megah dan indah menurutnya.
Alaska mendorong kursi roda itu menyusuri koridor demi koridor yang penuh keindahan. Membuat Adelie tidak berhenti menoleh kekanan dan kiri, menikmati keindahan bangunan itu.Mereka sampai disebuah bangku bundar yang sedang. Kini posisi Alaska berhadapan dengan Adelie. Para pelayan mulai mendatangi mereka menyerahkan buku menu yang diberikan pada Adelie.
Dia menelusur daftar makanan-makanan dibuku itu. Kemudian mendelik ke Alaska.
"Al, ini mahal banget."Gumamnya begitu pelan. Alaska tersenyum simpul dan mengangguk.
"Pesan saja apapun yang kamu inginkan." Jawabnya membuat Adelie berdecak kesal.
Setelah memilih menu, dia kembali mengintrogasi lelaki yang masih duduk begitu tenang dihadapannya.
"Itu tuh, tadi mahal banget Al. Kamu..."Adelie kehilangan kata-kata.
"Malam ini, saya ingin menjadikannya begitu berkesan untuk kamu. Untuk kita. Supaya kamu bisa selalu mengingat saya setelah saya pergi." Mendadak hati Adelie sakit mendengar kenyataan itu.
Adelie segera membelalak kaget melihat sesuatu yang Alaska tunjukkan kepadanya. Sebuah cincin dalam kotak kecil yang menawan. Hatinya sesak kala melihatnya. Dan dia merasa ingin menangis disana.
"Masih ingat kesepakatan konyol kita di perpustakaan waktu itu El?"
Adeliw mengangguk mengiyakan.
"Saya tidak ingin meninggalkan kamu tanpa sebuah kepastian El. Dan saya juga tidak mau pergi tanpa mendapatkan kepastian. Saya telah mendapatkan restu dari ayah dan ibu kamu. Tapi, saya belum memastikannya pada kamu. Apakah kamu bersedia mengikat janji suci bersama saya nantinya. Saya ingin memiliki kamu seutuhnya, tepat setelah saya menyelesaikan studi saya di Oxford nantinya. Saya bersumpah untuk hal itu. Dan ini permintaan ketiga sekaligus terakhir saya."Adelie sekali lagi tercekat mendengar pengakuan Alaska. Jantungnya kembali bergemuruh mengalahkan musik ballad yang sedang diputar di restaurant itu.
"I love you, Adelie Setya Anjani. Do you wanna be mine?"Adelie telah meloloskan air matanya ketika mendengar Alaska mengatakan hal itu. Perlahan dia membentuk lengkungan tipis dibibirnya. Dan mengangguk beberapa kali.
"I do."
Alaska tersenyum mendengarnya. Perlahan dia mengambil cincin itu, lalu memsangkannya dijari manis sebelah kiri Adelie. Mencium tangan gadis itu beberapa kali. Mempertemukan pandangan mereka lagi.
"I'm yours."Mereka saling bertukar pelukan. Begitu lama seakan tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Dan ingin berbagi pelukan itu, selamanya.
***
"Gak ada yang ketinggalan kan?"Tanya Sila yang hari ini sengaja bolos kuliah untuk mengantarkan adik laki-lakinya itu pergi kebandara.
"Iya"Jawab Alaska yang sudah bersiap dengan koper bawaannya.
"Oh my god. Gak percaya banget rasanya ngeliat lo bakal pergi. Gue pasti bakal kangen banget sama lo! Lo sendiri? Apa gak kangen gue nantinya?"Alaska hanya terkekeh kemudian memeluk kakak perempuannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska [TAMAT]
Teen FictionCerita sudah tamat. *Telah direvisi satu kali. Jadi tidak menutup kemungkinan ada typo. *** Seorang gadis lugu Adelie Setya Anjani harus dipertemukan dengan lelaki menyebalkan yang dengan gamblangnya mengatakan suka kepadanya. Padahal mereka tidak p...