PART 6

1.6K 229 3
                                    

"What goes through your brain, Renjun? Jaemin kayak gitu, Lo diemin?" Tanya Jeno kesal setengah mati, bagaimanpun Jaemin adalah kembarannya.

"Lo gak bis---"

"Keluarga atas pasien bernama Jung Jaemin?" Dokter lelaki keluar dari ruangan pemeriksaan yang menatap 3 remaja yang sedang beradu dialog.

"Saya kakaknya" ucap Haechan, "Sebelumnya saya tanya, apa Jaemin mempunyai alergi atau semacamnya?" Tanya dokter itu.

"Dia alergi strawberry, dok" ucap Jeno, seingatnya Jaemin adalah satu-satunya kembarannya yang mempunyai alergi, alergi strawberry.

"Sepertinya ada kandungan strawberry yang masuk pada tubuhnya, entah itu berbentuk minuman atau makanan atau strawberry dalam bentuk buah, saya tidak tau. Strawberry itu langsung bereaksi dalam tubuh Jaemin sehingga badannya mengalami penurunan suhu tubuh, lemas, pusing dan bahkan sampai pingsan. Apa benar saudara Jaemin memakai strawberry?"

Ketiga menggelengkan kepalanya, setau mereka Jaemin tidak makan buah berbiji banyak itu hari ini. Bahkan dirumah tidak menyetok buah merah itu, tidak mungkin jika Jaemin membelinya sendiri, sama saja merusak tubuh.

"Jika memang tidak memakan secara sengaja, mungkin ada makanan yang mengandung strawberry. Untuk saat ini, lebih baik Jaemin dirawat untuk malam ini, besok siang atau sore boleh pulang" ucap dokter tersebut.

Ketiganya mengangguk lalu dokter itu pamit untuk pergi, ketiganya memasuki ruangan rawat Jaemin. Didalam sana, Jaemin terbaring lemas, bahkan wajahnya terlihat seperti orang mati karena sangat pucat, bahkan mata dengan bulu mata yang sangat lentik itu tertutup rapat.

"Lo ngasih apa sih ke Jaemin?!" Tanya Jeno mendorong tubuh Renjun hingga terhuyung ke belakang.

"Kok nyalahin gue? Gue gak pernah ngasih apapun ke Jaemin! Sama sekali enggak" bela Renjun, dia memang tidak pernah memberikan apapun pada ketiga adik kembarannya, karena daripada sakit hati tidak terima lebih baik tidak sama sekali.

"Daritadi pagi Jaemin sama lo, sialan!" Ucap Haechan yang juga ikut kesal melihat kembarannya jatuh sakit.

"Kalian gak percaya sama gue?" Tanya Renjun berkaca-kaca, harusnya jika terjadi pertengkaran seperti ini Jaehyun selalu ada ditengah mereka dan berkata, 'Kepercayaan adalah kuncinya, jika kalian tidak percaya dengan keluarga kalian sendiri, bagaimana dengan orang lain? Orang yang tidak ada hubungan keluarga dengan kita?'.

"Gak sama sekali, gimana lo buktiinnya kalo seharian ini Jaemin cuma sama lo doang, Renjun!" Bentak Jeno, pantas Jeno maupun Haechan curiga karena dirumah hanya ada Renjun dan Jaemin, paling tidak pembantu ataupun satpam dirumahnya, Jeno sedang latihan basket dan Haechan latihan vocal di sekolahnya.

"Tunggu Jaemin sadar, gue yakin dia gak bakal nyalahin orang yang jelas-jelas gak salah" Renjun keluar dari ruangan rawat Jaemin, dia sudah terlalu muak dengan nada bicara kembarannya yang selalu meninggi.

Renjun duduk dibangku taman rumah sakit, dia sedang memikirkan sifat kembarannya yang paling muda itu. Dia tau persis sifat kembarannya yang sangat amat benci dia, bukan sekali dua kali Renjun disalahkan walaupun bukan salahnya, Renjun menyesal telah berkata untuk menunggu Jaemin bangun dan menanyakan semuanya pada Jaemin.

"Renjun lo bodoh banget!"

"Boleh duduk disini?" Renjun menatap perempuan yang bertanya padanya, Renjun lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Makasih"

Renjun tidak membalas dan malah melamun menatap kearah lobby rumah sakit. "Nama gue glin, lo?"

Menatap sekilas kearah perempuan yang tadi bertanya, Dengan malas Renjun menjawab pertanyaan perempuan itu tanpa membalas uluran tangan itu, "Renjun".

𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐧𝐨𝐭𝐞𝐝 ; 𝐇𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐑𝐞𝐧𝐣𝐮𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang