Terhitung sudah 1 minggu ujian kelulusan dilaksanakan, sekarang Renjun tengah membereskan barangnya dan dimasukkan pada 2 koper berukuran besar.
Niatnya tidak boleh diubah dan tidak boleh ada yang mengubahnya, termasuk dirinya sendiri. Bagaimanapun keadaannya dia harus tetap pergi.
Bersekolah dalam jurusan musik sudah menjadi plan nya sejak 1 tahun yang lalu, semenjak ayahnya memasukkan dirinya pada les vocal, dengan itu dia tertarik akan dunia musik.
Semua sudah disiapkan, pakaiannya--- lebih tepatnya barang-barangnya, tiket, bahkan sampai pada apartemen di negara tempat tinggalnya nanti, ayahnya sudah membelikannya untuk Renjun.
2 Minggu menuju keberangkatan Renjun ke menuju negara yang dituju, dia banyak berbagi cerita bersama orang yang belum lama ini ia anggap sebagai teman bercerita, siapa lagi jika bukan Glin, perempuan yang selalu meneror Renjun lewat pesan atau telepon.
Renjun juga sudah resmi menjadi mahasiswa di Germany Music University sejak 2 hari yang lalu. Berkat kepintarannya dan juga teknik vocalnya yang bagus, Renjun langsung mendapat bagian sebagai maba terbaik nomor 2 dalam jurusan musik dan tidak perlu masuk dalam mahasiswa ruang tunggu.
Bahasa Inggris dan bahasa negara itu sudah Renjun pelajari, bahkan dia juga memantapkan bahasa Korea nya karena takut salah bicara di negara Fatherland itu.
"Lo beneran mau kuliah di Jerman?"
Renjun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, "Gue udah diterima di universitas nya, gak mungkin gue sia-siain perjuangan gue selama ini" ucap Renjun.
"Tapi Ren--"
"Lo tau gak, kalo penyanyi adalah impian gue. Gue pengen banget bisa jadi penyanyi kayak coach Baekhyun"
Glin menggelengkan kepalanya, "Lo tau pergaulan disana?"
Renjun mengerutkan dahinya, "Maksudnya?"
"GMU, universitas itu terkenal karena pembulian. Lo yakin?" Tanya Glin sedikit khawatir.
"Apa yang perlu ditakutin? Selama gue gak berbuat macam-macam sama kating nya, gue bakal aman" Ucap Renjun senang, dia tidak menyangka, ternyata impiannya ada didepan mata.
"Mereka gak pandang apapun buat mereka jadiin korban bullying" ucap Glin membuat Renjun terdiam, "Lo tau banget ya kayaknya tentang GMU ?" Pertanyaan Renjun langsung membuat Glin menggelengkan kepalanya.
"Oh iya, Lo tuh sebenarnya murid sekolah mana sih? Kok gue gak pernah liat lo sebagai murid?" Tanya Renjun.
Glin menelan ludahnya susah payah, "Sekolah? Ah, gue sekolah di Jerman jadi lo gak akan liat gue pake seragam selama di Korea"
"Oh ya? Nanti kita bisa ketemu dong di Jerman, baguslah, setidaknya gue ada teman sebelum gue bener-bener berangkat dari Korea"
"I-iya juga"
Mereka mulai memakan yang mereka pesan, mereka berdua memang tengah berada di kafe. Malam ini mungkin malam terakhir Renjun di Korea Selatan, tahun ini.
Besok adalah jadwal keberangkatannya ke Jerman, negara yang dia impikan sejak kelas 11. Ayahnya bilang ia akan mengantar Renjun sampai ke Jerman nya langsung, tapi Renjun tidak ingin merepotkan ayahnya dan dia malah jadi sasaran empuk oleh ibunya.
Sampai dirumah, Renjun kembali membaca buku panduan tentang Jerman. Awalnya dihadapkan dengan 3 pilihan, Jerman, Perancis dan Italy, tapi entah kenapa dia memilih Jerman dan langsung mempelajari bahasanya dan juga tata Krama disana.
Kamarnya sudah terlihat lebih kosong dibandingkan awalnya. Lemari yang berada dipojok ruangan terlihat sangat kosong karena si pemilik sudah memasukkan baju-baju pada koper yang akan dibawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐧𝐨𝐭𝐞𝐝 ; 𝐇𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐑𝐞𝐧𝐣𝐮𝐧
Random📌 Berganti judul dari "For now and forever" menjadi "Last noted" "Papa adalah alasan Renjun untuk bertahan dan alasan Renjun tidak bertahan adalah Mama"