Assalamualaikum temen-temen
Balik lagi sama author
Eits jangan lupa follow dulu, Sabi lah ya...:)
Selamat membaca!!!
.
.
.
.
."Orang yang pasrah pun juga punya pilihannya sendiri"
Zahra duduk di kursi meja makan di rumahnya. Ya, kediaman kyai Luqman. Ia membantu uminya memotong-motong sayur - sayuran untuk dimasak dan dihidangkan untuk makan malam
"Ya gini lho, sering sering kerumah biar rasanya anak umi ga cuma mas Dhani" kata Maryam uminya Zahra sambil mencuci sayuran yang lain
"Iyaa,..biar ga kayak majang doang di kk" kata Zahra tanpa di saring
"Huss,. Ada Abi" kata umi berbisik menakut-nakuti Zahra
Zahra celingukan mencari sosok yang di panggilnya Abi
"Mana ada, tadi Zahra liat Abi keluar" kata Zahra dengan santai setelah ia mengingat dimana terakhir kali ia melihat abinya
Keadaan hening seketika. Zahra dan uminya sibuk dengan sayuran yang akan di olah, keadaan hening hingga umi yang membuka percakapan lagi
"Zahra,.." panggil umi
"Hmm?" Jawabnya singkat
"Kamu beneran ga mau terima perjodohan itu? Kenapa? Bukannya asal usulnya juga jelas? Orangnya juga ga neko-neko, putra sahabatnya Abi" kata umi tiba-tiba. Pertanyaan itu membuat keadaan tambah hening. Zahra hanya diam tak menjawab apapun
Rasanya badan Zahra menjadi panas dingin jika mendengar tentang perjodohan. Bahkan sekarang tangannya berkeringat sehingga ia langsung mencuci tangannya
"Iya iya ga usah dijawab, anggap aja umi ga tanya" kata uminya berusaha mencairkan suasana
"aku ke kamar mandi bentar" kata Zahra langsung meninggalkan dapur tanpa mendengar jawaban dari uminya
Maryam melihat perubahan reaksi dari putrinya setelah mendengar kalimat perjodohan. Reaksi yang sama selalu timbul saat ada yang menyinggung tentang perjodohan. Matanya memerah berair, tangannya berkeringat dan bahkan gemetar. Sejujurnya Maryam sangat ingin tau penyebab reaksi yang timbul dari Zahra. Akan tetapi, ia terlalu takut akan lebih menyakiti putrinya. Sudah sejak lama Maryam tidak menyinggung tentang hal ini, sehingga ia mencoba bertanya lagi hari ini. Siapa sangka reaksi itu masih sama.
Zahra membasuh tangannya berkali-kali di wastafel yang ada di kamar mandi. Sekarang fikirannya sedang tidak stabil.
❄️❄️❄️
"Ctek ctek ctek " suara bolpoint yang dimainkan Zaky yang sedang terduduk di meja kerja di apartemennya
Ditengah-tengah kesibukan Zaky yang tadinya mencoret -coret buku nya tiba-tiba datang sebuah pemikiran yang menghantuinya
"Eh Zahra, gimana kabarnya kyai Luqman"
"Kamu ga perlu sesopan gini Zahra, saya cuma tanya kabar kamu"
"Apa kamu membenci saya? Jadi ingin cepat-cepat pergi? Kamu selalu menghindari pembicaraan dengan saya dengan alasan tidak layak berbicara berdua sendiri tapi disini ada orang lain, apa kamu juga ingin cepat-cepat pergi? "
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZAKY (sequel of Gus nya saya)
RomanceMohon tinggalin jejak yaaa, vote and comment. Follow boleh lahh :) ---- "Kenapa kita harus bisa berhitung? biar kita bisa menghitung waktu, kapan kita boleh terus melaju dan kapan kita harus berhenti" zaky "sama kaya yang dibilang ustadz zaky, berar...