Saat mampir, jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote atau komen ya.
Happy reading!
*****
Kemarahan hanya bisa diredam dengan kasih
Kebahagiaan pun bisa disemai dengan kasih*****
Hendra menatap sinis ke arah pojok restoran. Matanya tak lepas dari sesosok wanita yang mengambil alih perhatiannya sejak ia masuk ke dalam restoran Italia tersebut.
Niat awalnya adalah bertemu salah satu kawan yang akan menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan di restoran tersebut. Ia tak menyangka jika akan melihat perempuan yang telah ikut andil dalam menghancurkan hidupnya. Sosok yang telah membuatnya muak dengan makhluk bernama perempuan. Semua perempuan telah mendapat stigma negatif di mata seorang Hendra. Bahkan, anak gadisnya sendiri, darah dagingnya, telah dianggap sebagai hama yang patut dibasmi.
“Kamu lagi liatin apa, Bro?” tegur pria yang duduk di depannya. Sedari tadi matanya tak lepas dari gerak-gerik Hendra yang gelisah di tempat duduk. Tatapannya juga tak lepas pada satu arah.
“Lagi liatin hantu muncul di siang hari,” geram Hendra tanpa melepas tatapan dari pojok restoran. Pria lawan bicara Hendra mengikuti arah pandangnya lalu terbahak.
“Gak nyangka bakal ketemu dia di sini. Sepertinya mantan istrimu sudah move on,” ledek kawan Hendra.
“Cih, memang dasar wanita sampah,” decak Hendra disertai letupan emosi.
“Sepertinya Alisia sudah punya penggantimu,” ledek kawan Hendra lagi semakin memanas-manasi Hendra. Ia menunjuk dengan dagunya ke arah pria yang baru saja masuk dan menghampiri Alisia, mantan istri Hendra.
Nyala api langsung berkobar di hati Hendra. Giginya saling beradu kuat. Tangannya mengepal erat memperlihatkan buku-buku jarinya yang memutih. Sorot matanya pun seakan mampu membunuh sang mantan istri dalam satu tembakan saja.
Sementara Alisia belum menyadari keberadaan Hendra dalam restoran itu. Perempuan bersetelan blazer hitam dipadu celana panjang bahan warna senada tersebut sedang serius menawarkan jasa asuransi dari perusahaannya kepada seorang pria usia empat puluhan. Senyum menawan tak lepas dari bibirnya yang merah muda. Klien pria yang juga berpakaian rapi ala pegawai kantoran di depannya terlihat begitu serius mendengarkan pemaparan Alisia. Sesekali keduanya melempar senyum ketika klien tersebut menanyakan segala hal berhubungan dengan jasa asuransi yang ditawarkan wanita itu.
“Wah, apakah ini tangkapan baru, ya?” Suara berat yang sangat familier tertangkap oleh telinga Alisia. Seketika ia menoleh ke arah Hendra yang sudah berdiri dengan sikap pongah di samping meja.
“Apa maksudmu?” sentak Alisia dengan wajah pias. Ia tidak menyangka akan bertemu mantan suaminya di tempat itu.
“Apakah pria ini mangsa barumu yang akan menghangatkan malam-malammu?” tunjuk Hendra pada klien pria yang tetap duduk tenang di tempatnya. Pria itu hanya menonton pertengkaran dua orang di depannya.
Dengan napas memburu Alisia berdiri lalu melayangkan telapak tangannya di wajah Hendra. Bunyi tamparan itu menggema dalam ruangan. Beberapa pengunjung restoran menoleh ke arah mereka sekadar ingin tahu apa yang terjadi.
“Jangan kurang ajar kamu Hendra. Jangan campuri urusanku. Apa pun yang aku lakukan itu bukan urusanmu. Jangan muncul lagi di depanku. Aku muak,” berang Alisia.
Hendra terkekeh dengan sorot mengejek ke arah Alisia.
“Kamu yang jangan muncul lagi di depanku. Aku lebih muak padamu wanita sampah,” balas Hendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White Butterflies (TAMAT)
JugendliteraturBlurb Talita Nadine menjadi guru konseling baru di salah satu sekolah yayasan bernama SMA Tirta Bakti. Alasan Lita melamar menjadi guru di sana agar bisa terbebas dari rongrongan keluarga ayahnya yang selalu memperlakukannya tidak adil. Di sekolah i...