🌺Happy Reading🌺
Brakk
"Apa-apaan ini?! Gua ngerasa dibodohin sama mereka! Arghhh ... kenapa semuanya jadi hancur kayak gini?!" bentak Erick yang terlihat meluapkan emosinya.
Bagaimana tidak? Setelah Tama, kini Badrul juga mengkhianatinya. Erick benar-benar tidak mengerti dengan semua ini. Dia membanting semua barang yang ada di basecamp. Laura hanya bisa bersembunyi di belakang Arka karena dia takut dengan amukan Erick.
"Jangan takut, Ra. Ada gua di sini," bisik Arka. Laura pun tersenyum. Dia merasa aman karena ada Arka di sisinya.
"Sabar, Boss. Gua juga ga nyangka kalau temen-temen kita bakal keluar satu per satu. Tapi, kita ga boleh lemah kayak gini. Kita harus bales mereka," ucap Dimas menenangkan.
"Gua masih ga nyangka sih. Apa yang Gasha kasih buat mereka, sampai-sampai Tama sama Badrul berani berkhianat?" tambah Gerry.
"Gua juga ga tau, Ger. Pokoknya, gua ga terima. Kita harus balas dendam," balas Justin.
"Rei, kenapa lo diem aja? Apa yang lo pikirin?" celetuk Dimas.
Dari tadi Reina tidak bersuara sedikit pun dan hal itu memancing rasa penasaran Dimas. Entah Dimas yang terlalu peka atau memang anggota Bamboozle yang lain tidak memperhatikan kebisuan Reina.
"Iya, Rei. Dari tadi lo ga ngomong apa-apa," tambah Erick. Erick juga baru sadar kalau Reina belum bicara sepatah kata pun.
"Engga. Gua cuma lagi mikir aja. Gua berasumsi kalau Gasha memang menginginkan sesuatu dari kita," ucap Reina serius.
"Ya, tapi apa? Mereka pengen apa dari kita? Uang? Bukannya banyak geng motor lain yang lebih punya banyak uang dari kita? Lagian, emangnya mereka ga bisa nyuri uang sendiri, apa?! Pasukan mereka udah kayak tentara, tapi mereka masih bergantung sama Bamboozle. Payah!" ledek Gerry.
"Gua rasa bukan uang, tapi ... ada sesuatu yang lain," ujar Reina.
"Haduh ... pusing gua dengerin omongan lo, Rei. Muter-muter mulu, tapi ga ada solusi. Udah lah, gua mau tidur aja. Mood gua udah rusak gara-gara si Tama sama Badrul. Dasar serigala berbulu domba!" ucap Gerry kesal.
"Huuu dasar kebo! Kerjaannya tidur mulu. Gua mau ke warung depan aja lah," ucap Justin.
"Lah dibanding lo? Kerjaannya makan mulu!" balas Gerry.
"Bodo!" balas Justin.
Sementara itu, Dimas malah mengajak Reina untuk keluar.
"Rei, ikut gua, kuy! Biasalah, gua mau patroli sekalian malak-malakin pedagang," ajak Dimas.
Arka dan Laura langsung melirik ke arah Dimas, ketika mereka mendengar ucapan Dimas. Awalnya, Reina tidak mau ke luar basecamp. Namun, karena Reina pun memang sedang tidak ada kerjaan, dia pun menyetujui ajakan Dimas.
"Ehh, gua ikut dong! Masa Reina doang yang diajak? Jangan-jangan, kalian mau nge-date, ya?" tebak Laura.
Reina langsung memutar bola matanya malas. Baru saja Reina ingin mengeluarkan semua sumpah serapahnya, jika saja dia tidak ingat tenaga. Ya, melayani Laura hanya akan menguras tenaganya saja. Reina lelah, jadi dia akan mengiyakan perkataan Laura agar semuanya cepat selesai.
Daripada buang-buang waktu dan tenaga, iya kan? Kalau Reina menjawab tidak, maka akan munculah pertanyaan-pertanyaan Laura yang lain. Dan Reina malas menjawab semua itu.
"Iya, gua sama Dimas mau nge-date. Udah puas? Ayo, Dim," ujar Reina sambil menarik tangan Dimas tiba-tiba.
Sebenarnya, Dimas dan Reina tidak berkencan. Tadi itu hanya akal-akalan Reina saja untuk mengelabuhi Laura. Kenapa begitu? Sudah jelas karena Laura itu merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Lemah ✔ [END]
Teen Fiction"Di saat kau mempercayai seseorang, maka di saat itu pulalah kau sudah siap untuk dikhianati," Ini adalah kisah tentang seorang gadis yang berubah menjadi monster. Masa lalu yang kelam membuat orang-orang di sekitarnya menjauhinya. Julukan "anak har...