Chapter 25

15 4 0
                                    

🌺Happy Reading🌺

"Engga! Ibu bilang engga, ya engga! Kamu baru aja pulang! Masa kamu mau pergi lagi?!" ucap ibu Laura.

"Laura mohon, Bu. Izinin Laura pergi. Reina butuh Laura," pinta Laura.

"Sekarang, kamu ini sudah semakin berani ya?! Ibu kecewa sama kamu, Laura! Ibu sakit hati sama kamu! Laura yang ibu kenal sudah berubah sekarang. Kamu udah ga pernah dengerin omongan ibu! Kamu sering keluyuran ga jelas, padahal ibu udah ngelarang kamu! Bahkan, kamu udah berani ngebentak ibu. Sadar, Laura! Reina itu bawa pengaruh buruk buat kamu! Di luar sana itu banyak orang jahat! Banyak orang yang mau manfaatin kamu! Ibu cuma ga mau kamu jadi kebawa negatif, Nak. Ibu sedih. Kadang, ibu kesepian kalau kamu sering keluar sama Reina. Kalau ibu ngomong tentang Reina ke kamu, kamu pasti ga bakal denger dan malah langsung masuk kamar. Apa kamu udah ga sayang sama ibu? Apa kamu udah ga ngehargain ibu sebagai ibu kamu? Apa kamu lebih milih Reina dibanding ibu kamu sendiri?!" ungkap ibu Laura, mengeluarkan semua unek-uneknya. Bahkan, ibu Laura sampai meneteskan air matanya.

Deg

Sekarang, Laura dilanda perasaan bersalah yang luar biasa. Dia selalu mementingkan kebahagiaannya tanpa memperhatikan bagaimana perasaan ibunya. Laura tidak akan pernah tahu perasaan ibunya sendiri, jika beliau tidak mengatakannya. Saat ini, Laura mengerti kalau dia memang salah.

"Ya ampun, Bu. Bukan gitu maksud Laura. Laura sama sekali ga ada niatan buat bikin ibu marah," ucap Laura penuh penyesalan.

"Jangan nangis, Bu. Laura ikut sedih kalau ibu nangis," ujar Laura sambil mengusap air mata ibunya.

Setelah itu, Laura langsung bersujud, memohon pengampunan ibunya.

"Maafin Laura, Bu. Laura udah bersalah sama ibu," ucap Laura yang sudah mulai berkaca-kaca. Dia yang bertekad membuat ibunya selalu tersenyum, tapi malah dia sendiri yang membuat ibunya bersedih.

"Apa yang kamu lakukan, Nak? Bangunlah," ucap ibu Laura yang sudah menurunkan nada suaranya. Dia cukup terkejut dengan tindakan anaknya ini.

"Gapapa, Bu. Laura udah salah. Laura pantes dihukum. Laura memang jahat, Bu. Laura ga pernah mikirin perasaan ibu. Laura terlalu seneng punya temen kayak Reina, sampai-sampai Laura lupa ngehormatin ibu. Ini pertama kalinya, Laura punya temen yang bisa nerima Laura. Reina memang cuek, tapi dia itu sebenernya baik kok. Reina itu ga seperti yang ibu bayangkan. Reina memang orang yang tertutup, tapi Reina selalu merhatiin Laura diem-diem. Tapi ... bukan berarti Laura lebih milih Reina daripada ibu. Laura sayang banget sama ibu. Laura ga pernah bermaksud buat nyakitin ibu. Hiks ... kalau ibu memang mau Laura jauhin Reina ... Laura bakal jauhin Reina, Bu. Maafin Laura karena Laura udah ngelukain perasaan ibu. Laura ga sengaja, Bu," ungkap Laura sambil sedikit terisak.

Ucapan Laura itu berhasil menyentuh hati ibunya. Dengan perlahan, ibu Laura membantu Laura untuk berdiri.

"Kamu boleh pergi," ujar ibu Laura sambil tersenyum. Laura pun terkejut.

"Maksud ibu?" tanya Laura tidak mengerti.

"Kamu boleh pergi menemui Reina, asalkan jangan pulang malem-malem," ucap ibu Laura. Ibu Laura tahu kalau Laura sudah menyadari kesalahannya.

"Wahhhhhhh makasih, Bu! Laura janji, Laura pasti bakal cepet pulang," balas Laura antusias. Ibu Laura pun hanya bisa terkekeh sambil mengusap kepala anaknya.

Monster Lemah ✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang