KALEA

26.7K 907 28
                                    

Kedua sudut mata Kalea berkedut dan kedua tangannya terkepal kuat pada sisi pahanya. Sekuat tenaga menahan kekesalan menatap sosok gadis kecil di hadapannya yang memasang raut wajah polos. Mendongak menatapnya dengan kening mengerut.

Mungkin saja gadis kecil itu heran dengan penampilannya yang acak-acakan, apalagi ia baru bangun tidur.

Lalu tatapan Kalea tertuju pada Freya yang datang dari arah dapur, temannya itu membawa nampan yang di atasnya ada cemilan juga segelas susu. Temannya itu benar-benar menganggap rumah ini, rumahnya sendiri. Tapi, bukan itu yang membuat Kalea kesal, melainkan sikap Freya yang kelewat ramah pada gadis kecil itu.

Pertanyaan Kalea, siapa gadis kecil di hadapannya saat ini?!!

"Dia siapa sih?!" Kalea merampas kudapan berupa cup puding dari tangan Freya ketika Freya hendak memberinya pada gadis kecil itu.

"Calon adik tiri lo." Freya tertawa kalem, menutup mulutnya.

Kalea menyemburkan puding yang ia makan, punggungnya menegak. Ia mengamati sosok gadis kecil di hadapannya, "Anaknya perempuan gatel itu?!"

"Ih Kalea jangan ngomong gitu!" Freya menepuk keras paha Kalea membuat Freya mengaduh sakit. Lalu Freya kembali menatap Desya yang kini tatapannya takut pada sosok Kalea yang memasang ekspresi garang.

Segera menarik Desya mendekat ke arahnya. Lalu menawarkan puding yang diterima gadis berusia tujuh tahun itu.

Kalea menarik Freya untuk berdiri agak menjauh dari gadis kecil itu.

"Kok bisa dia ada di sini? Nyokapnya mana? Bokap gue mana?" cerca Kalea dengan banyak pertanyaan.

"Makanya lo kalau tidur tuh inget bangun. Masa anak perempuan tidur sampai sore?" cibir Freya layaknya seorang ibu membuat Kalea memutar bola mata jengah.

Jengah akan sikap Freya yang seperti ibu-ibu. Bahkan kamarnya saja sudah seperti kamar temannya itu, melarangnya melakukan ini dan itu. Bahkan membuat jadwal untuk membersihkan kamar. Secara bergantian mereka melakukannya setiap harinya.

Juga urusan mencuci, biasanya Kalea akan menumpuk cuciannya, kalau tidak ada lagi yang bisa ia pakai barulah ia ke binatu. Kini hampir tiap hari ia mencuci, karena Freya merendam pakaiannya yang membuatnya mau tidak mau mencuci, karena tidak ingin pakaiannya bau.

Harusnya Kalea mengusir Freya, tapi ia juga kasihan pada Freya yang diusir Mommy-nya. Bisa-bisa temannya itu depresi lalu gantung diri.

Oke. Cukup.

Kalea harusnya tidak memikirkan sikap Freya yang mirip ibu-ibu, kini ia memikirkan sosok anak dari wanita gatal yang masih menjalin hubungan dengan Ayah. Bahkan telah berani menitipkan anak itu padanya.

"Bokap lo dan Bundanya Desya lagi pergi jalan. Kan hari ini, hari Sabtu. Mereka nitipin Desya ke sini. Biar lo, Mas Kala dan Kalee ama Desya bisa akrab."

Kalea yang tadi menatap Desya, kini menatap Freya yang menyengir. "Lo pikir gue mau akrabin diri sama tuh anak?! Ama emaknya aja gue ogah!" Kalea mengeraskan suara membuat Freya tersentak, begitupun Desya yang langsung menatap ke arah mereka. "Apa lo lihat-lihat?!" seru Kalea galak membuat Desya mencebikkan bibir sedih.

"Kalea, ..." tegur Freya. Kalea berlalu begitu saja naik ke kamarnya. Mengganti pakaian, hanya membasuh wajah serta menyikat gigi. Tidak perlu mandi, hanya menyemprotkan parfum sebanyak-banyaknya.

Lalu kembali turun, menemukan Freya yang menenangkan Desya yang saat ini menangis.

"Kalea mau ke mana?" tegur Freya saat melihatnya berlalu. Kalea tidak menjawab, berjalan terus menerus hingga keluar rumah. Bahkan saat berpapasan dengan Kalandra di ambang pintu, ia tidak sengaja menabrak pundak kakaknya tersebut.

OH MY HUBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang