22 | PERASAAN BERSALAH

6.2K 625 59
                                    

Megumi membuka matanya dengan pelan. Langit-langit kamar menjadi objek pertama yang ia lihat. Menoleh ke arah jendela yang masih tertutup oleh gorden berwarna abu-abu sehingga matahari telah menunjukkan diri, cahayanya tidak sepenuhnya masuk ke kamar tersebut.

Menghela nafas pelan, ia turun dari tergesa-gesa dari ranjang, menuju ke kamar mandi. Muntah.

Seperti biasa, beginilah rutinitasnya di pagi hari selama kehamilannya.

Membasuh wajahnya menggunakan air, lalu mengusap wajahnya dengan lembut. Menatap dirinya di pantulan cermin.

"Kamu gak pa-pa?" tanya Orion khawatir padanya, tapi ia menepis tangannya. Menoleh menghunuskan tatapan tajam pada Orion.

"Semuanya gara-gara kamu!" sentak Megumi. Melewati Orion, keluar dari kamar mandi. Dengan sengaja menabrak lengan Orion. Sejak ia hamil, ia selalu melampiaskan kemarahannya pada Orion. Menyalahkan Orion dengan keadaannya. Mual, muntah, dan tidak bisa makan. Bahkan perasaannya yang selalu tidak enak. Pokoknya Megumi merasa tertekan dengan keadaannya saat ini.

"Kamu butuh apa? Aku ambilin minum, ya?" Meski ia selalu kasar, marah-marah pada Orion, tapi Orion tetap lembut padanya. Perhatian padanya. Namun, tetap saja itu tidak membuat Megumi luluh.

Megumi menepis gelas yang berisi air saat Orion memberikannya. Hingga gelas tersebut pecah saat mengenai permukaan lantai.

Megumi membuang pandangannya, enggan menatap Orion yang menatap pecahan gelas tersebut.

"Kamu bisa nolak baik-baik kan, Megumi? Gak harus ditepis gitu?" Meski Orion terlihat marah, tapi Orion tetap menjaga suaranya. Orion membereskan pecahan gelas tersebut. Menyapu serta mengepel airnya.

Lalu Megumi kembali ke kamar mandi karena ingin muntah. Tapi, itu hanya perasaannya saja. Karena sama sekali tidak ada yang keluar. Kedua tangannya mencengkeram tepi westafel, rasanya Megumi ingin berteriak kesal.

"Megumi ..."

Botol sabun cuci tangan ia raih lalu melemparnya ke arah Orion. Kalau saja Orion tidak menghindar, sudah pasti botol sabun tersebut mengenai kepala Orion.

"Aku gak bisa kayak gini terus, Orion. Nyiksa aku terus menerus. Bikin aku gak bisa makan. Mual terus, muntah ..."

"Ya namanya juga kamu hamil. Itu normal, Sayang," sela Orion bersikap lembut pada Megumi.

"Ya kamu gampang ngomong karena kamu gak ngerasain!!"

"Ya terus kamu mau apa?" tanya Orion menatap lelah Megumi.

"Aku gak mau hamil," ujar Megumi lirih seraya mengusap wajahnya kasar. Bersandar di dinding kamar mandi. Menghela nafas kasar. "Semuanya salah kamu."

"Terus aja salahin aku!" Orion yang sudah muak dengan tingkah Megumi akhirnya meledak. Apalagi saat Megumi yang terus menerus menyalahkannya.

"Ya emang salah kamu!!!" Megumi kembali menatap tajam Orion. "Salahmu!! Kamu tau aku gak mau punya anak! Kita udah sepakat. Kamu udah setuju! Tapi, kamu tetap hamilin aku!!"

"Kapan aku setuju, Megumi?!! Aku gak pernah setuju!" Suara Orion pun keras. Menatap tajam Megumi. Menghela nafas kasar, ia membuang pandangannya sejenak, lalu mengusap wajahnya kasar. Kemudian kembali menatap Megumi. "Aku tau, kamu gak cinta sama aku! Tapi, aku mohon sama kamu, jangan biarin anak aku ngerasa kamu gak terima dia, walaupun emang kamu gak terima dia. Terserah kamu mau nyalahin aku terus menerus, tapi jangan pernah salahin anakku yang bikin kamu tersiksa."

Megumi menghela nafas pelan, ia kembali membasuh wajahnya dengan air. Ingatan pertengkarannya dengan Orion beberapa minggu yang lalu kembali terngiang di kepalanya.

OH MY HUBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang