17 | PISAH?

6.2K 575 54
                                    

Orion masuk bersama Ardan ke dalam ruang perawatan Aurora. Adiknya itu telah berhenti menangis. Tapi, kemudian kembali menangis saat melihat Ardan.

Megumi mundur, membiarkan Ardan yang mendekat ke arah Aurora.

"Hei gak usah nangis," tegur Ardan lembut seraya menyeka air mata Aurora.

"Se-seandainya aja Ardan gak ngikutin rencanaku, pasti Papi gak mukul Ardan kayak gini," ujar Aurora sesenggukan.

"Ini gak sakit kok. Pipimu masih sakit?"

Aurora mengangguk pelan lalu memeluk Ardan.

"Manja banget adikmu," ujar Megumi pada Orion membuat Orion mendengus geli.

"Kayak kamu."

"Enak aja. Kamu tau yang manja."

"Abang mau bantuin aku kan biar Papi restuin hubunganku dengan Ardan?" Mereka diinterupsi Aurora membuat mereka menatap Aurora.

"Iya." Aurora tersenyum lebar. "Mau gak ma,  kan? Lagian kalian harus nikah. Ardan harus tanggung jawab setelah nidurin kamu."

Senyum Aurora luntur, ia meringis pelan. Menatap Ardan lebih dulu lalu kembali menatap Orion. "A-ardan gak nidurin aku kok. Aku masih perawan. Aku nyuruh Ardan ngomong gitu biar Papi langsung ngasih restu."

Baik Orion maupun Megumi mengerjap lambat mendengar perkataan Aurora. Mereka menatap Ardan yang menyengir kaku.

"Soalnya Gumi pernah ngomong kalau Papi mau restuin, aku harus hamil. Tapi, Ardan gak mau 'gituan' katanya belum boleh padahal waktu itu kita udah telan ..."

"Ra!" sela Ardan. Melarang Aurora mengatakan jika mereka telah melihat tubuh tanpa sehelai benang satu sama lain.

"Ups, aku keceplosan." Aurora menutup mulutnya menggunakan tangan.

Orion menatap datar Ardan yang meringis pelan. "Aurora masih perawan kok." Kemudian berdehem pelan seraya membuang pandangannya.

Kemudian Orion menatap Megumi yang menyengir lalu memeluk lengannya. "Waktu itu aku bercanda kok. Ternyata Rora anggep serius."

Orion mendengus pelan.

Beberapa saat kemudian mengajak Aurora pulang. Pulang ke rumah orang tua Megumi karena Aurora enggan pulang ke rumah Papi.

"Ardan hati-hati," ujar Aurora pada Ardan sebelum Ardan naik ke motornya.

"Iya, Aurora."

"Mau cium." Aurora memajukan bibirnya. Berjinjit. Siap mencium Ardan.

"Aurora!"

Aurora cemberut, ia mencebikkan bibir menoleh menatap Orion yang menatapnya tajam. Kemudian ia mengecup pipi Ardan kemudian berjalan ke arah mobil Orion.

"Abang nyebelin."

Orion hanya mendengus pelan mendengar Aurora menggerutu. Ia melirik Megumi yang tertawa geli.

•••

Iyo menatap Orion dan Megumi secara bergantian saat anak dan menantunya itu datang ke rumahnya. Menghela nafas pelan, ia tau Orion marah padanya melihat ekspresi dingin putranya itu.

Megumi melirik suaminya yang hanya diam. Ia menyenggol, dengan isyarat agar menyapa Papi. Bukannya menyapa Papi, Orion malah membawa koper mereka. Menaiki lift untuk naik ke kamar Orion.

"Kami mau nginep di sini, Pi," ujar Megumi. Lalu merangkul lengan Papi. Mengajak Papi ke ruang tengah. "Papi udah makan? Mau dimasakin apa?"

"Aurora di mana?" tanya Papi. Ekspresinya kelihatan sendu.

OH MY HUBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang