BONUS CHAPTER II

8K 582 42
                                    

Aurora menegakkan kepala saat mendengar suara mesin motor, ia turun dari ranjang. Melempar rubik yang ia mainkannya tadi. Lalu membereskan tempat tidur. Menarik sepreinya agar tidak kusut, tetap rapi.

Pintu kamar terbuka, ia menoleh menatap Ardan yang tersenyum padanya. Lalu suaminya itu masuk seraya mengacungkan kantongan padanya.

Dengan semangat ia membukanya, lalu melihat beberapa bakpao di dalam sana. "Ini isi ayam ..." Perkataan Aurora berhenti saat membelah bakpao tersebut yang ternyata isi cokelat ia menatap Ardan yang mengerjap pelan.

"Kamu mau isi ayam? Aku kira cokelat." Ardan meringis pelan. Salahnya juga karena tidak bertanya lebih dulu pada Aurora. Hanya mengingat jika Aurora menyukai cokelat makanya ia membeli isi cokelat. "Tunggu bentar ya, Sayang. Aku pergi beli dulu."

Meski merasa lelah karena seharian ini bekerja, tapi Ardan tetap beranjak.

Sebelum Ardan keluar, Aurora menahan lengan suaminya. "Ikut!"

"Ini udah malem."

"Mau ikut!" Aurora tetap kekeh ingin ikut.

Akhirnya Ardan membiarkan Aurora ikut. Meraih hoodie miliknya, memasang di tubuh Aurora. Tidak lupa mengusap perut Aurora yang telah menyembul keluar.

"Aku masih muat gak kalau perutku udah gede?" tanya Aurora seraya memegang hoodie tersebut. Meski bukan miliknya, tapi menjadi favoritnya. Bahkan saat awal-awal kehamilannya, sepanjag hari, ketika Ardan tidak ada di depan matanya, ia memakai hoodie tersebut. Merasakan aroma tubuh suaminya.

"Masih kok."

Mengajak Aurora keluar, tidak lupa pamit pada Aca yang masih menonton. Memasang helm di kepala Aurora. Sebelum naik ke motor, ia bertanya pada Aurora lebih dulu. "Beneran mau pergi?"

Aurora terdiam sejenak, lalu turun dari motor. Memutar bola matanya, terlihat seperti berpikir. "Kok aku gak pengen makan bakpao lagi."

Ardan tersenyum geli, ia pun melepas helm dari kepala Aurora. Semenjak hamil, ia tau kebiasaan Aurora. Yang sangat menginginkan sesuatu, tapi beberapa detik kemudian tidak ingin lagi. "Terus mau apa?"

"Pengen makan nasi goreng pake ayam goreng terus sosisnya banyak. Mau yang pedes."

"Gak boleh pedes."

"Ih Ardan!" Aurora cemeberut kini memeluk lengan Ardan berusaha membujuk suaminya. "Ardan, mau yang pedes. Ini juga maunya Dedek." Mengelus perutnya agar Ardan luluh.

Ardan akhirnya tidak bisa menolak. Ia pun pergi membeli nasi goreng.

"Aca kira Kak Rora ikut Abang." Saat Aurora masuk Aca bicara padanya. Gadis sepuluh tahun itu sedang menikmati bakpao yang dibeli Ardan.

"Gak dibolehin. Katanya nanti masuk angin." Aurora ikut duduk di atas karpet. Ia mengamati Aca yang makan dengan lahap. "Alisha mana?"

"Ada di kamar, udah bobok."

Aurora menatap jam di dinding, sudah pukul sepuluh. Ia pun kembali menatap Aca. "Terus kenapa kamu belum bobok?"

Aca menyengir. "Mau makan ini." Menunjuk bakpao di tangannya kemudian memakannya. Dengan mulut penuh, ia berbicara. "Kalau Abang pulang, pasti Abang bawa makanan."

"Makanya Aca gak bobok, ya?" Aurora tersenyum geli melihat Aca yang mengangguk semangat.

"Sisain untuk Alisha buat dimakan besok."

"Iya Kak. Em Kak Rora gak mau?"

"Enggak. Kamu aja yang makan."

Tak berapa lama Ardan kembali membawa nasi goreng yang dibelinya. Aurora pun mengajak Aca makan juga.

OH MY HUBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang