05 | RAIN

4.5K 579 22
                                    

"Aurora, em sempit banget," bisik Ardan seraya menunduk menatap Aurora yang memejam erat.

"Ar-dan jangan gerak."

Ranjang berderit karena keduanya bergerak.

Ardan segera turun dari ranjang membuat Aurora mengernyit. "Ardan ..."

"Aku tidur di lantai aja. Sempit kalau tidur berdua."

"Tapi, aku mau peluk Ardan." Aurora beringsut duduk. Mengamati Ardan yang melebarkan karpet di lantai.

Aurora tidak pulang dengan alasan masih hujan. Padahal ia bisa saja menggunakan taksi. Hanya karena masih ingin bersama dengan Ardan. Mengirim pesan pada Orion dengan alasan menginap di rumah Kalea. Bukan Papi, karena memang ia mendiamkan Papi. Marah pada Papi karena hubungannya dengan Ardan tidak direstui.

Ardan mengambil satu bantal lalu tidur di atas karpet. "Tidur."

Bukannya tidur di atas ranjang, Aurora turun di bawah. Tidur di dekat Ardan. Memeluk pria itu. Masuk ke dalam selimut yang digunakan Ardan.

"Alisha sama Aca emang ke mana?" Meski Ardan menyuruhnya tidur di atas ranjang, tapi Aurora enggan.

"Ke rumah Tante. Aku larang pulang karena hujan."

"Kirain karena aku ada disini." Aurora terkikik geli.

"Ya salah satu alasannya itu juga. Biar kamu bisa leluasa peluk aku." Ardan ikut tertawa pelan. Semakin menekan punggung Aurora yang memeluknya dengan posisi miring menghadap padanya.

"Kangen banget sama Ardan."

Ardan tersentak saat Aurora menaiki tubuhnya. Menaruh kepala di pundaknya lalu memeluknya.

Ardan terdiam. Lalu mengerjap pelan membalas tatapan Aurora saat Aurora menegakkan kepala untuk menatapnya. Tersenyum, membalas senyuman Aurora.

Keduanya terdiam. Terlarut dalam tatapan mereka yang terkunci.

Tangan Ardan terangkat lalu menekan tengkuk Aurora agar menunduk hingga bibir mereka bertemu.

Dengan tempo yang pelan Aurora membalas kecupan demi kecupan Ardan. Melumat bibir mereka satu sama lain.

Ardan mengubah posisi mereka. Menaruh Aurora di bawah, sedangkan ia menindih Aurora. Menaikkan intensitas ciumannya. Seakan menuntaskan kerinduannya.

Nafas Ardan memburu, apalagi saat Aurora memberikan usapan seduktif pada bagian tubuhnya.

"Sayang, ..." Ardan menahan tangan Aurora. Menghentikan Aurora.

"Ardan, ..." Kedua mata Aurora terlihat sayu. Ardan tersenyum tipis. Memberikan kecupan singkat pada bibir Aurora. Kemudian menarik tubuhnya. Lalu tidur kembali di sisi Aurora.

Aurora memeluk Ardan. Menjadikan lengan Ardan bantal untuk kepalanya.

"Ardan pernah em ... 'begitu'?" tanya Aurora pelan.

Ardan menoleh membalas tatapan Aurora.

"Gak pernah. Cuma sebatas ciuman."

"Ardan punya mantan berapa?"

"Tiga," Ardan memandang Aurora yang terlihat berpikir. "Mau nanya apa lagi?" tanyanya dengan nada geli.

"Tapi, Ardan cinta banget cuma sama aku, kan?" Ekspresi Aurora begitu serius dan penuh harap.

"Iya Sayang."

"Suka banget kalau Ardan manggil aku 'Sayang'." Ardan tersenyum, ia mengusap kepala Aurora.

"Aku juga suka kalau kamu nyebut namaku, bukannya pake 'kamu'."

"Jadi, gak pa-pa kan kalau gak pake 'Mas' atau panggilan lainnya? Soalnya kan Ardan lebih tua, apalagi kalau kita nikah nanti."

OH MY HUBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang