"Yang bikin drama satu orang,
semua orang yang dihilangin respect."~●•●~
"Anak ga guna."
"PEMBUNUH!"
"PEMBAWA SIAL!"Semua makian dan cacian terus berputar di ingatan gadis remaja yang meringkuk di balik pintu kamarnya. Semua adegan pilu muncul dibenaknya.
"Aku ga gilaaa, aku bukan pembunuhh. Kenapa gada seorangnpun yang percaya ke aku?" Cairan bening mengalir deras membasa
Flashback On
"Eri ayok nak" Ajak wanita paruh baya dengan jepitan rambut di tangannya, Maira.
"Iya ma." Sahut Eri sambil berlari menghampiri mamanya"Kamu mainnya jangan kejauhan ya sayang, adeknya juga dijagain ya. Jangan sampe kenapa-napa!"
Nasehat Maira dengan tangan yang sibuk mengkuncir kuda rambut anak bungsunya itu."Siap komandan." Ujar Eri dengan posisi tangan hormat dan segera berlari menyusul adiknya setelah memberikan kecupan singkat di pipi mamanya. Mairapun ikut terkekeh melihat tingkah anak bungsunya itu.
Eri bermain dengan adiknya di pantai tanpa ingat waktu, hingga jam menunjukkan pukul 5 sore.
"Dira balik yuk, dah hampir maghrib" ajak Eri ke adik sepupunya.
"Kak Eri duluan aja, nanti Dira nyusul" sahut Dira dengan tangan yang masih fokus bermain air.
Akhirnya Eri tetep tinggal menemani adiknya, ia tak mau sesuatu hal terjadi pada adiknya.
Tak berselang lama, Eri pun dipanggil oleh kakeknya."ERII SINI DULU NAKK!" Teriak sang kakek
"IYA KEK. Dek tunggu bentar yaa! Jangan main jauh-jauh ok?" Ucap Eri
"Ok kakak" Balas Dira dengan senyum manisnya
Eripun berlari menuju tempat dimana kakeknya berada. "Ada apa kek?" Tanya Eri dengan ngos-ngosan
"Aduh kakek lupa_" sahut Galih sambil menepuk jidatnya, nanti ajaya kalau kakek udah ingat. "Yaudah sana temenin adeknya!"
"Aaa oh ok kek."
Eri pun berlari menghampiri Dira, namun nihil. Sesampainya di sana Dira udah ga ada. Matanya sibuk mencari di mana adiknya berada, dan ternyata Dira tengah berjalan untuk mengambil mainannya yang kebawa air pantai. Eri yang kaget melihat itu pun langsung teriak memanggil Dira.
"DIRAAA BALIKK!! DIRAAA AYOK SINI!! DIRAAAA." Namun sepertinya Dira tidak mendengar teriakan Eri.
"Aduh gimana ya? aku kan ga bisa renang. Mana mama sama kakek ga ada lagi." Gumam Eri, sampai teriakan Dira menyadarkannya.
"KAK ERII TOLONGIN DIRAA." Teriak Dira yang hampir tenggelem.
Melihat itu Eri kaget bukan main. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari keberadaan keluarganya.
"MAMAAA, KAKEKKKK TOLONGIN DIRA, DIRA HAMPIR TENGGELEM, MAMAAA" Dengan air mata yang mengalir deras di pipinya."Ada apa sayang? kok nangis hm?" Sahut Maira
"Maa hiks Diraa Maa hikss ituu hikss hampir tenggelem hikss tolongin Dira ma hikss Eri ga bisa renang hiksss" Adu Eri dengan air mata yang terus mengalir di pelupuk matanya
Setelah mendengar ucapan dari Eri, Maira segera berlari ke tempat di mana Dira tenggelem. Sesampainya di sana, Dira ga ada lagi. Dira udah tenggelem.
"DIRAAAAAA" teriak MariaMendengar suara Maria, semua keluargapun berbondong-bondong mennghampirinya.
"Kamu kenapa? Dira kenapa?" Tanya Robi, suami Maria"Iya Maria, kau kenapa nak?" Tanya kakek
"Dira tenggelem Mas, Yah." Dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
"KOK BISAA?" Teriak keduanya
"Tadi pas Eri balik dari kakek hiks, Dira ngejar mainannya hiks yang ke bawa air, trus Eri manggil Dira, tapi Dira ga nyahut, trus ga lama Dira teriak minta tolong ke Eri, Eri gatau mau ngapain hikss. Soalnya Eri gabisa renang, trus Eri manggil mama buat nolongin Dira hikss tapi pas udah sampe sini hikss Dira udah tenggelem huaaaaa."
"Cihh alesan kamu, bilang aja kalau ini rencana kamu kan? IYA KANN??" Tutur Galih
Eri yang mendengar itu pun terus menggeleng kuat "Bukan kek, Eri ga rencanain apapun." dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Halahh mana ada maling ngaku. CUCUKU TENGGELEM GARA-GARA KAMU ANAK SIALAN." Murka Galih
Muncullah sosok wanita tua yang tak lain dan tak bukan adalah istri Galih, Syania. Dengan muka merah padam, memendam amarah.
PLAKK...
"KAU PEMBUNUH SIALAN, PEMBUNUHHHH. KAU PEMBUNUH CUCUKU SIALANN""Sakittt..." cicit Eri menahan perih di wajahnya, ia pun menoleh ke Maria
"Maa Eri bukan pembunuh ma, Eri ga ngelakuin semua itu maa" cicitnya ke Maria dengan suara parau akibat tangisnya yang makin kencang.
"DASAR ANAK GA GUNA! Perusak nama baik keluarga. Mulai hari ini jangan pernah panggil saya dengan panggilan mama!!. Saya ga sudi punya anak seorang pembunuh seperti kamu."
Flashback Off
Semua itu masih terekam jelas di benak Eri
"Sakit Yahh, ayahhh tolong panggil Eri yahh. Bang Al... tolongg Eri capek" Cicit Eri dengan air mata dan darah yang mengalir di tangannya.
"Kapannn? kapann Eri bisa ngerasain pelukan, senyum, kasih sayang mama lagi? Eri kangenn." cicit Eri
"Ayah... Bang Al... Omahhh... Eri bukan pembunuhh hikss. Kenapa mereka ga percaya ke Eri? Ayahh... apa ayah ga pengen meluk Eri seperti waktu kecil duluu? Eri kangenn ayah. Yahh diaa... dia ayah tiri Eri jahat yaahh... dia sering nyiksa Eri yahh...Sampai-sampai mama udah ga anggep Eri sebagai anaknya.... Ayah.. kenapa? Kenapa ayah cepet banget ninggalin Eri bareng Bang Al? Eri capeekk. Ga ada lagi yang perduli ke Eri yah, omah juga udah ninggalin Eri. Eri capek hidup di rumah yang layaknya Neraka bagi Eri...Eri capek ngadepin semua ini..." Dengan air mata yang terus mengalir di pipinya, darahpun terus merembes kemana-mana. Dan akhirnya
"Panggil Eri Tuhan." Lirih Eri, ia tertidur
~●•●~
Maaf kalau feelnya ga dapat, typo bertebaran juga. ngasih kritik dan saran, tapi yang secara bijak ya. Jangan sampe nyakitin hati Author-nya🙃Aku yakin kalian bijak dalam berkomentar🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRED (END)
Teen FictionHati : "Aku g kuat" Otak : "Aku hampir pecah" Tubuh : "Aku lelah" Mulut : "DIAM KALIAN." Note : Up sesuai mood:)