"Balas dendam bisa berhasil, jika kau tak berperasaan."
_Vicenzo_
~•●•~
Happy Reading...
Plakk plakk plakk
Suara tamparan nyaring terdengar di sekitar taman.
"ERIIII?" Panggil Maria emosi, dan segera memasang badan di depan suaminya.
"Maksud kamu apa nampar suami, mertua dan anak saya hah?" Lanjutnya
"Trus aku harus apa? Aku bisa aja diam ketika orang-orang kebanggaan mama itu ngehina Eri, aku trima. Tapi, jika menyangkut ayah, bang Afdal dan omah, maaf aku ga bakal tinggal diam." Jawab Eri
"Jangan panggil saya mama! Kamu sudah bukan anak saya bukan?" Tutur Maria dengan mata tajamnya
Deggg, tesss
"Hhhh maaf. Saya lupa hahaha." Sahut Eri menghapus air matanya
"Dan satu lagi, mereka memang kebanggaan saya. Mereka lebih berharga dari pada kamu, pembunuh. Dan oh ya, mengenai ayah, ayah dengan abang kamu, kenapa kamu ga nyusul mereka saja? Ga ada gunanya juga kamu hidup di dunia ini, buang-buang oksigen saja." Ucap Maria tanpa filter
"Ga ada yang berharap kamu hidup." Tutur Galih
"Hm pembawa petaka, kesialan, pembunuh lagi." Sambung Robi
"Aku ga pernah minta dilahirkan, aku ga pernah minta dibesarkan, tapi Allah yang nitipin aku ke mama." Balas Eri
Plakkkk
"JANGAN PANGGIL SAYA MAMA SIALAN!" Murka Maria sambil menampar pipi Eri sangat kencang. Eri langsung tersungkur ke tanah sambil memegang pipinya.
"Katanya, seorang ibu akan selalu memberikan pelukan hangat kepada anaknya. Tapi, ternyata mereka salah. Bagiku ibu adalah penggores luka terbesar yang ga bakalan sembuh. Ibu bahkan pemberi luka komplit, dari segi kata-kata dan tindakan. Ayok bunuh Eri!"
"Ayok sayang kita masuk, ga usah diladenin anak seperti dia." Ujar Robi, sambil merangkul Maria masuk ke rumah.
"Hahahahh miris sekali nasibmu. Sudah ditinggal ayah, kakak, trus omah. Dan sekarang ga diakui sama ibu kandungnya sendiri. Yakin masih mau hidup? Kamu sendiri loh." Tutur Galih
"Aku punya Allah." Jawab Eri
"Cih Allah trus, emang dia ngebantu kamu pas kami giniin kamu? Ga kan? Ga usah belagu kamu! Kalau ga kuat, nanti saya ambilin tali. Atau mau saya saja yang bermain hm?"
"Silahkan!" Jawab Eri
"Hahahaha kasihan sekali. Afdal ambilin gih!" Titah Galih
"Ok kek." Sahut Afdal dan mengambil sebuah kotak besar berwarna biru di meja lalu mengeluarkan sesuatu dari sana. "Nih kek."
"Cucu yang pintar." Puji Galih
"Mau surprise lagi ga?" Lanjut Galih menatap Eri
Eri bangkit dan menatap bingung ke kantong hitam itu.
"Kamu penasaran ya?" Galih langsung mengeluarkan boneka beruang putih jumbo yang sudah berlumuran warna. Banyak coretan dan boneka itu sudah tak berbentuk lagi. Sontak Eri membelalakkan matanya.
"Boneka ku?" Beo Eri
"Itu bukan bonekaku kan?" Lirih Eri, nafasnya tercekat"Jangan sedih gitu dong. Itu bonekamu. Boneka pemberian abang tersayangmu." Jawab Afdal
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRED (END)
Teen FictionHati : "Aku g kuat" Otak : "Aku hampir pecah" Tubuh : "Aku lelah" Mulut : "DIAM KALIAN." Note : Up sesuai mood:)