Part 29

5 2 0
                                    

"Bahwa tak ada hal lain yang bisa ku lakukan selain merangkul diri sendiri untuk tetap kuat menahan rasa sakit yang kian hari kian melebar."

~•●•~

Mereka pun duduk di kursi yang masih kosong. Untung ruang BK-nya luas, jadi bisa menampung banyak orang.

"Jelaskan!" Titah ustadz Nurhayati

"Elma ngeliat dengan mata kepala nya sendiri ustad, ustadzah, kalau Erisha Febrianti memang melakukan semua itu. Foto itu real. Kami ga bohong." Jelas Tari

"Benar Elma?"

"Iya ustadzah."

"EMANG SETANG LU YA!" Pekik Chika

"LU GA PUAS JADI PENGKHIANAT HAH?" Tambah Elisa

"LU EMANG ULAR EL." Lanjut Kenzi

"Tenang ya tenang!" Titah Ustadzah Nurhayati

"Eri, apa benar kamu ngelakuin itu?" Tanya ustadzah Nurhayati

"Percuma saya ngejelasin ustadzah, kalian ga bakal percaya. Dari tadi kalian udah nanya kan? Dan saya udah ngejawab bahkan saya berani sumpah. Tapi kalian ga percaya sama sekali. Lalu, apa yang harus saya jawab?" Ujar Eri

Semua bungkam

Ustadzah Syamsinar sebenarnya tak percaya akan foto itu, begitu pun dengan guru lainnya. Tapi apalah daya, foto itu sudah ada di tangan bu Nurhayati yang merupaka guru BK baru.

"Ustadzah Syamsinar, ustadz Anhar, ustadz Irham, ustadz Hamka, katanya kalian selalu percaya kan sama aku. Sekarang aku mau nanya, kenapa sekarang kalian udah ga percaya sama aku? Sebenarnya seperti apa kepercayaan yang selalu diagung-agungkan itu?" Tanya Eri

Semua bungkam.

"Tapi gapapa." Putus Eri "Apa yang akan menjadi hukuman untuk saya ustadzah?" Tanya Eri ke Ustadzah Nurhayati.

"Aku bakalan dikeluarin dari sekolah?" Tanya Eri santai

"Eri?" Panggil Chika dkk dan Rizal dkk

"Banyak omongnya gadis yang sering kalian sebut es ini adalah sering dikatakan ancaman. Lirikan mata adalah pisau tajam. Dagu yang terangkat adalah tanda ide telah muncul. Kaki yang menganyun adalah langkah pertama dalam menjatuhkan."

Mereka tampak bingung atas penuturan Eri.

"Gimana, udah bisa nebak? Udah bisa memahami saya? Impossible. Saya ga percaya kalau kalian bisa memahami saya. Karena tidak ada satupun di dunia ini yang dapat dipercaya selain Allah, bayangan saja berkhianat terhadap tubuh. Termasuk sahabat yang bersamamu selama bertahun-tahun lamanya." Jelas Eri

"Ga usah drama Sha, akuin aja kali." Cibir Tari

"Kalau ga bisa buat orang lain bahagia, mending ga usah ngehancurin kebahagiaannya. Gatau masalah orang, ga usah nambah-nambahin beban dengan otak licik lo itu. Karena lo ga bakal pernah tau gimana rasanya berdiri di atas hinaan dan cacian yang datang dari berbagai pihak." Jelas Eri, tampa menoleh sedikitpun ke Tari.

"Apa yang harus saya lakukan ustad-ustadzah?" Tanya Eri lagi

"Telfon ayah kamu!" Titah ustadzah Nurhayati yang sukses membuat semuanya terdiam dan langsung menatap Eri.

"Emang sinyalnya bisa nyampai ke sana ya ustadzah? Di mimpi aja, kadang ga nyampai." Sahut Eri tersenyum getir.

Mereka yang melihat senyum itu paham betul, jika senyum itu adalah topeng untuk menutupi lukanya.

"Maksud kamu?" Tanya ustadzah Nurhayati

"Ayah saya udah tenang di sana ustadzah."

"Innalillahiroji'un, maafkan saya nak." Yang dibalas senyum oleh Eri.

TIRED (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang