23 | Memancing Lalu Terpancing

188 78 25
                                    

Hampir semua orang di dalam aula ikut meramaikan suasana dengan ikut bernyanyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir semua orang di dalam aula ikut meramaikan suasana dengan ikut bernyanyi. Aku termasuk yang diam-diam ikut senam kepala, tidak sampai teriak-teriak segala.

Galang bertugas sebagai visual grup yang tugasnya cukup melempar-lempar poni. Ipang mengubah genre musik yang sedang disetel menjadi koplo dengan permainan cajonnya. Dine tentu saja menjadi vokalis tetap dengan suara yang dominan dibanding semuanya.

Mereka tidak hanya menayangkan konser, tetapi juga sedikit drama musikal. Berlatarkan lagu Kamu milik Coboy Junior, pesona Galang tumpah ruah ketika memainkan mimik wajah selama menyanyikan tiap liriknya. Teresa menjadi target kebuayaannya. Cewek itu ditarik ke atas panggung dan—hebatnya—mau-mau saja diajak duet dengan khidmat.

Anak kelas sebelah mendadak histeris karena ibu ketua kelasnya dicaplok buaya ganteng didikan Bu Isma.

Dine melipir ke tepi ketika panggung sedang dikuasai penampilan duet dadakan Galang-Teresa. Tadinya dia hendak duduk di sebelahku, tetapi batal ketika dia melihat Raya melewati keramaian dengan segelas minuman—aku yakin itu wedang yang disediakan di meja prasmanan—tanpa ikut gila-gilaan.

"KAKAK RAYA!" panggilnya dengan semangat empat lima. "MAJU, YUK! TUNJUKKAN JOGET MEMATIKANMU!"

Raya menoleh, menghentikan langkahnya yang lambat nan hati-hati. Matanya menyipit ekstrem dengan kilatan imajiner yang mengerikan. Entah akibat kacamatanya atau memang matanya sering berkilat-kilat.

Dine bertukar tatapan tengil dengan Galang. Berdua, mereka menghampiri Raya dengan langkah mengendap lebar-lebar; tujuannya pastilah untuk mengejek Raya yang tidak bisa lari cepat-cepat dengan segelas wedang panas. Dalam hati aku berdoa semoga mereka tidak membuat wedangnya yang masih mengepul itu tumpah sia-sia.

"ADUH, TOLONG, LAH!" Raya meraung sambil melindungi gelasnya dengan pose ringkih. "MAU MINUM WEDANG AJA ENGGAK TENANG!"

"Ayo, dong, Kakak Cantik." Galang manyun. "Masa enggak mau pamer? Hidup itu harus pamer walau satu kali."

Sesat.

"Tuh." Dine ikut manyun. "Satu lagu aja, kok. Satu lagu, satu dance. Habis itu kamu bebas minum wedang sampai muntah."

Raya tetap menggeleng tegas walau sudah diberikan hasutan maut. "Enggak mau," tolaknya.

Dine cemberut. "AYO, IH!"

"DIBILANG ENGGAK MAU!"

"KOK, NGEGAS?!"

"KAMU DULUAN YANG NGEGAS!"

"Woi." Wahyu, tiada angin tiada hujan, menegur dari belakang kepalaku. "Dilarang berbuat kekerasan di tengah konser. Nanti kalian bangkrut, siapa yang rugi?"

Dengan kompak, Dine dan Galang menunjuk Ipang sambil berucap, "Manajernya."

Yang ditunjuk hanya mendongak, mengangkat alis, lalu kembali manggut-manggut mengikuti beat lagu. Tampak tidak betul-betul memahami apa yang terjadi akibat terlalu khidmat menciptakan nada koplo untuk ketua kelasnya yang masih melanjutkan bait-bait lagu dengan suara merdu. Kali ini lagunya Payung Teduh, Akad.

Fotocintasis #1: 16 Tahun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang