03 | Main Sebentar ke Kelas Sebelah

407 142 217
                                    

Kita semua setuju dengan pernyataan berikut: karena masih kelas 10, hubungan canggung antara kelas sendiri dengan kelas sebelah itu hal yang wajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita semua setuju dengan pernyataan berikut: karena masih kelas 10, hubungan canggung antara kelas sendiri dengan kelas sebelah itu hal yang wajar. Tidak akur sampai lulus pun bukan masalah, karena yang terpenting adalah teman sekelas.

Aku pribadi setuju.

Awalnya.

Sekarang sudah lain cerita.

Kelas X Bahasa 1 dan Bahasa 2 secara otomatis terlihat lebih dekat karena kami kaum minoritas di SMA, sehingga kami harus bersatu. Hubungan dengan kakak kelas pun terbilang cukup baik. Aku bahkan sudah mengenal beberapa anak kelas 11 dan 12.

Namun, kedekatan antara kedua kelas ini tidak hanya terjadi karena soal minoritas. Ada lagi faktor internalnya.

Dengan bangga aku mengumumkan bahwa "faktor internal" itu adalah hubungan antara aku dan Kelvin—yang secara ajaib tetap menjadi tetangga di sekolah.

Umumnya, setiap tuan rumah bakal menatap seorang tamu dari luar dengan pandangan aneh, tetapi lain lagi kalau aku yang datang. Salam sedikit, melenggang masuk dengan santai, dan seisi kelas mereka akan paham bahwa yang melangkah masuk adalah "istri" Kelvin.

Sebentar. Tahan. Jangan girang tanpa alasan dulu. Ada sejarahnya.

Sekitar dua bulan yang lalu, kalau tidak salah di hari ulang tahun sekolah, aku mengantarkan jersi futsal Kelvin yang ketinggalan. Dia berangkat bersama Jelly lebih dulu. 

Ibunya yang menitip padaku, dan akhirnya pagi itu aku diantar naik motor oleh beliau. Sekalian ke pasar, katanya.

Begitu aku memasuki kelasnya, ternyata si empunya jersi sedang berbaring di belakang kelas. Dikipasi teman-teman futsalnya dan disodori berbagai makanan dan minuman.

Saat kudekati, rupanya anak itu sedang bergelung memegangi perut sambil bengong. Teman-temannya bilang dia mengantuk berat, tetapi yang sebenarnya terpantul di wajah Kelvin adalah ekspresi putus asa menahan nyeri. 

Mirip seperti aku di saat pertama kali kedatangan tamu bulanan.

Aku tahu semalamnya dia bergadang sambil makan kentang goreng dicocol saus, ditambah bubuk cabai abang-abangan pula. Dia sendiri yang pamer saat kupergok WhatsApp-nya masih daring sampai jam empat pagi. 

Alhasil, alih-alih berlembut-lembut ria, kutampar tangannya dengan jersi futsal sambil mengomel bilang, "Kan, kualat."

Di saat itu juga, aku meminta tolong pada teman-teman cowoknya yang ada. Beli ini, beli itu, ambil ini, ambil itu ... dan mereka menurut. Begitu melihatku mengambil alih situasi, petugas kesehatan yang ada di dalam kelas waktu itu terbengong-bengong. Akhirnya, Kelvin batal digotong ke UKS.

Fotocintasis #1: 16 Tahun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang