04 | Akang Intel & Kanjeng Raya

356 127 179
                                    

Sebelum memulai kembali, ada beberapa informasi yang ingin kusampaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum memulai kembali, ada beberapa informasi yang ingin kusampaikan. Sebagai pengetahuan umum saja.

Oke. Sudah siap?

Ekhm, kumulai.

Ada dua orang yang menjadi pentolan kelas selain Dine. Yakni Wahyu Amir dan Kanjeng Raya. Si ketua kelas dan bendaharanya.

Untuk yang pertama, aku akan menceritakan soal Raya. Sudah cukup mual aku membahas Wahyu.

Ayudia Kanjeng Raya adalah bendahara kesayangan kelas X Bahasa 2, anak paling muda di kelas karena lahir di pertengahan Desember, sekaligus titisan Bu Isma yang paling kami takuti.

Pada hari di mana ada jam penjaskes, Raya akan senantiasa membawa buku kasnya ke mana pun dia pergi (biasanya dia membawa tas selempang kecil di hari itu). Berbekal informasi tentang uang jajan siswa yang biasanya dua kali lipat di jam penjaskes, Raya mencari mangsa kapan pun dia sempat. Itulah taktiknya. Sungguh licik.

Lalu, kalau Raya sudah mengirimkan pesan singkat bertuliskan, [Halo, sobat miskin] itu artinya kalian wajib membayar uang kas secepatnya. Jangan sampai ditunda lagi atau Raya akan melaporkan hasil keuangan seadanya kepada Bu Isma tanpa rasa gentar.

Ditambah lagi, dia akan melaporkan segala alibi para pengutang dengan semangat empat lima. Mulai dari hasil tangkapan layar berisi pesan penolakan membayar uang kas, sampai pesan suara candaan yang bisa dianggap sebagai alibi serius.

Inilah kenapa Raya sering kami anggap sebagai Medusa Junior. Tinggal pakai sanggul, lengkaplah semuanya.

Walau rajin memalak anak kelas yang menunggak uang kas, Raya tidak semengerikan itu di luar jam penjaskes. Terkadang dia mentraktir anak sekelas sampai-sampai Dine berasumsi bahwa diam-diam Raya menilap uang kas.

Padahal penyebab uang kas kelas berjumlah sedikit adalah Dine sendiri-dia jarang membayar uang kas tepat waktu.

Selanjutnya, kuperkenalkan pada kalian-walau agak malas; Wahyu Amir.

Memang betul gelar ketua kelas dipegang oleh Wahyu, tetapi tahukah kalian bahwa gelar Akang Intel juga dipegang olehnya?

Konon menurut alibi Wahyu, gelar tersebut merupakan bonus dan anugerah karena telah menjadi sosok ketua kelas yang dikenal seluruh jurusan. Efek samping memiliki bakat komunikasi yang baik, sepertinya. Sesekali aku pernah berpikir kalau Wahyu ini Pak Gun Junior.

Cuma sesekali. Tidak sering-sering. Amit-amit Pak Gun disamaratakan dengan Wahyu.

Informasi yang didapat Wahyu secara sembunyi-sembunyi terkadang bagus, lebih sering jelek. Informasi yang bagus berguna bagi kesejahteraan anak kelas. Dan informasi yang jelek jelas-jelas tidak ada faedahnya.

Salah satu contoh informasi jelek-lebih ke aneh, sebetulnya-yang dia dapat adalah ukuran kaki Bu Isma.

Dengan kompak kami sekelas menghujat Wahyu, menuduhnya sebagai penguntit rendahan.

Fotocintasis #1: 16 Tahun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang