16 | Hitung Mundur Menuju Karyawisata

232 86 67
                                    

Atas saran Teresa, aku menjauh dari Kelvin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atas saran Teresa, aku menjauh dari Kelvin. Cukup berfokus pada Raya dan membiarkan Ipang mengurus sisanya tentang tetanggaku itu.

Aku setuju-setuju saja. Lagipula caraku "menjauh" hanyalah dengan cara mengurangi kegiatan yang sekiranya membuat aku dan Kelvin dipandang lebih dari sekadar teman.

Apakah dia merasa diabaikan? Nah, seharusnya tidak. Wajar kalau sikap ke tetangga terkadang agak menjauh seperti ini.

Nah, pada hari Senin kemudian, ketika orang-orang sibuk meramaikan agenda class meeting, aku dan Dine kabur ke kelas setelah melakukan tugas bagian masing-masing. Kami sibuk merundingkan bagaimana cara agar Raya membocorkan apa yang dia suka.

Ingat WhatsApp Story Raya dulu sebelum pekan PAS dimulai? Foto topi dan botol minum ketika dia ikut dance street itu, lho?

Kalau kalian sadar, sebenarnya ada satu kemungkinan yang bisa disimpulkan dari foto itu. Untuk memperkuat kesimpulan kasar itulah aku dan Dine akan menjalankan skenario kecil.

Kurang lebih kejadiannya seperti ini.

"Tinky Winky paling seram. No offense," ucap Dine dengan wajah sungguh-sungguh. "Laa-Laa paling lucu."

Aku mengernyit. "Paling lucu Po ke mana-mana."

Dine menatapku sengit. "Apaan, sih? Jelas Laa-Laa."

"Pokoknya tetap Po."

"Laa-Laa!"

"Po!"

"Tanya Raya, deh!"

Raya yang sedang asyik menyedot susu kotak rasa stroberi di kursinya spontan menoleh, memberikan tatapan bertanya. Wajahnya kalem. Kutebak dia tengah berada dalam kondisi suasana hati yang cukup bagus karena pertandingan lari estafet putri dimenangkan oleh X Bahasa 2 (semuanya berkat langkah kaki Dine yang lebar dan kecepatan laju larinya yang mirip rusa dikejar macan).

"Ray, siapa yang lebih lucu?" tanya Dine. "Laa-Laa atau Po? Pilih satu."

Raya menatap kami bergantian. Kemudian menjawab, "Lebih lucu Tinky Winky."

"Hah? Enggak boleh begitu." Dine bersungut-sungut sambil diam-diam menginjak sepatuku. Dapat satu bukti. "Antara Pinkie Pie dan Twilight Sparkle, pilih mana?"

"Twilight."

"Antara Twilight dan Rarity?"

Raya diam sejenak. "Dua-duanya."

Mengabaikan fakta tentang Raya yang ternyata menonton My Little Pony, sudah pasti itu jawabannya.

Bergegas kunyalakan ponsel, lalu kukirimkan kabar bahagia ini ke grup obrolan yang masih bernama "DOR!" itu.

[Raya suka ungu. Apa pun itu asalkan warnanya ungu.]

Tersisa dua hari sebelum hari keberangkatan; masih dalam kondisi bertempur merebut poin dengan kelas lain; atas saran Mona selaku pencetus ide acara, Wahyu dan Teresa sibuk membagi-bagi anak buahnya untuk membeli peralatan ulang tahun yang simpel-simpel saja.

Fotocintasis #1: 16 Tahun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang