Part 1

17.9K 1.3K 10
                                    

Saat ini aku sedang duduk di depan meja rias di dalam kamar mewahku. Kupandangi pantulan wajahku sendiri di cermin. Aku merasa wajah ini terlalu asing untukku. Cantik. Sungguh sangat cantik! Entah dilihat seberapa lamapun wajah ini terlihat sangat cantik dan mempesona.

Kuamati setiap detail wajahku. Aku memiliki sepasang mata besar nan indah berwarna coklat cerah. Bulu mataku panjang dan melengkung, ditunjang dengan hidung yang mungil dan runcing dibagian ujungnya. Serta bibirku, bibir yang merah alami, lembut nan seksi. Meski tanpa lipstik ataupun pewarna bibir lainnya.

Rambutku panjang sepinggang dan bergelombang. Warna rambutku yang hitam kelam sangat kontras dengan warna kulit tubuhku yang seputih susu. Parasku yang menawan ditunjang dengan postur tubuhku yang tinggi langsing. Aku memiliki pinggang nan ramping dengan ukuran dada yang besar, membuat pesona yang kumiliki kian tak terbantahkan.

Benarkah wanita cantik ini adalah aku? Entah kenapa di dalam lubuk hatiku yang paling dalam, terselip keyakinan bahwa tubuh ini bukan milikku. Lalu siapa aku sebenarnya? Jika tubuh ini bukan milikku, terus dimana tubuh asliku? Aku sangat frustasi. Hidup tanpa secuil ingatan dari masa lalu, bagai meraba-raba dalam sebuah kegelapan yang pekat.

Saat aku sedang terjebak dengan segala tanda tanya besar didalam kepalaku, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar yang mengagetkanku.

Kualihkan pandanganku ke arah pintu. Tak berapa lama kemudian, pintu kamarkupun terbuka lebar. Menampilkan sosok pria ditengah pintu. Ooh, lagi-lagi dia. Dia yang selalu memandangku dengan tatapan dingin. Dan entah kenapa aku merasa ada kebencian yang teramat dalam tersirat di mata itu.

Meski dia selalu bersuara lembut dan berkata sopan kepadaku, namun aku bisa merasakan aura dinginnya tiap kali dia ada di dekatku. Sosok pria dingin, nan irit bicara itu adalah Leon Axella Diaz. Dia adalah pria yang tinggal serumah denganku, yang konon katanya dia adalah adikku.

"Leon, kenapa kamu malam-malam datang ke sini? Kenapa kamu belum tidur?" Tanyaku padanya sambil melirik ke arah jam dinding didalam kamarku. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 malam.

Dia hanya membisu, tak menjawab pertanyaanku. Mata hitam kelamnya terus menatapku tajam. Dan dengan ekspresi wajahnya nan dingin itu, dia perlahan mulai berjalan mendekatiku setelah menutup kembali pintu dibelakangnya. Dia menghampiriku yang masih duduk di depan meja rias. Leon berhenti tepat dihadapanku.

"Hari ini adalah giliran saya tidur disini, nona!" Ujarnya masih dengan ekspresi dingin. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku karena bingung.

Apa maksudnya ini? Otakku rasanya kosong mendengar ucapan rancunya. Apakah kedatangannya malam-malam kesini hanya untuk menyabotase kamar tidurku?

"Maksudnya? Kau mengusirku dari sini? Dari kamarku sendiri?" Tanyaku langsung kepadanya karena hanya itu yang bisa terpikir oleh otakku.

"Mungkin nona lupa, kalau setiap dua hari sekali, saya akan tidur di sini." Jawabnya kemudian, tatapan mata tajamnya membuatku merasa tak nyaman.

"Oohhh... Jadi tiap dua hari sekali kaulah yang akan tidur di sini. Baiklah." Akupun langsung bangkit dari kursiku, hendak berjalan keluar kamar. Masa bodohlah, ntar mau tidur dimana. Asal gak di dekat pria aneh itu saja. Tatapan matanya terasa mengintimidasi sekali, bikin aku merasa gak nyaman. Lagian, ngapain juga dia datang malam-malam kesini, hanya buat ngusir aku dari kamarku sendiri.

Baru saja aku berjalan beberapa langkah, mendadak lenganku dicekal olehnya. Membuatku terkejut dan langsung berhenti ditempat. Kutolehkan wajahku menghadap Leon. Kutatap lekat matanya yang saat ini juga tengah menatapku tajam.

"Nona mau kemana?" Tanyanya padaku, setelah kami berpandangan dalam diam cukup lama. Manik matanya yang berwarna hitam kelam masih menatapku tajam, menimbulkan sebuah desiran aneh yang tak bisa kupahami.

Goodbye, Leon!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang