POV MONIC
Aku baru saja hendak menutup pintu kamarku, ketika tiba-tiba Leon sudah berdiri di tengah pintu, dan membuatku sangat terkejut.
"Leon, Kenapa berdiri disitu?" Tanyaku kaget.
Dia tak menjawab. Dengan perlahan Leon terus berjalan kearahku dan langsung memelukku.
"Leon, apa yang kamu lakukan? Lepasin gak!" Ucap ku dengan kesal. Baru beberapa hari yang lalu dia berjanji gak akan ganggu aku lagi. Lihatlah yang dilakukannya kini. Dia benar-benar sudah melupakan janjinya dengan sangat cepat.
"Monic, aku sakit."
"Haa, Apa? Kau sakit?"
Aku sangat terkejut. Masih terngiang diingatanku, betapa sombongnya dia tempo hari, yang mengatakan kalau dia itu kuat dan gak gampang jatuh sakit. Dan lihatlah dia kini...
Leon menempelkan keningnya, ke keningku. Keningnya memang terasa panas. Dia menatapku dengan tatapan sendu.
"Kepalaku pusing, hidung tersumbat, aku juga sariawan dan radang tenggorokan. Aku juga sedikit demam." Ucapnya kemudian sambil menyenderkan kepalanya di bahuku.
Dia mengatakan semua keluhan sakitnya seolah aku ini dokter yang bisa menyembuhkan penyakitnya.
"Astaga, kenapa penyakit orang sekampung kamu borong semua, Leon!" Ucapku prihatin sambil mengelus rambutnya lembut.
Kini bukan hanya kepalanya yang menyender di bahuku, tapi kedua tangannya pun, dia lingkarkan ke pinggangku.
"He em, aku benar-benar merasa lemas." Ucapnya memelas. Nafas panasnya menerpa leherku.
Kutangkupkan kedua tanganku ke pipinya, dan memandang lekat-lekat wajah Leon. Pipinya terasa panas. Wajahnyapun ikutan memerah karena demamnya, bukan hanya itu, matanya juga berair dan bibirnya kering. Ini adalah kondisi Leon paling memprihatinkan dibanding kondisinya saat menjemputku pulang dari apartemen tempo hari.
Kugandeng tangannya menuju tepi ranjang dan memintanya duduk disana. Sekali lagi, kusentuh keningnya dengan telapak tanganku. Dia memang tak lagi bohong. Dia beneran demam. Aku melangkah keluar untuk mengambilkannya obat, namun tanganku malah ditariknya.
"Mau kemana?" Tanyanya menahan tanganku.
"Ambil obat untukmu."
"Jangan lama-lama." Ujarnya merengek bagai seorang bocah yang takut ditinggal ibunya.
"Iya." Ucapku tersenyum sambil mengacak rambutnya gemas.
Tak lama kemudian, aku sudah kembali membawakannya obat dan segelas air minum.
"Minumlah! " Pintaku lembut dan tanpa banyak protes dia meminum obat yang kuberi.
"Istirahatlah, aku akan menjagamu." Ucapku setelah menaruh gelasnya di atas nakas dan membenarkan letak selimutnya.
"Monic mau kemana?" Tanyanya saat melihatku mau beranjak pergi.
"Tidur di sofa. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa memanggilku." Ucapku.
"Aku sungguh merasa lemas, aku tak punya tenaga untuk memanggilmu ataupun berjalan ke arahmu. Jadi bisakah kau menemaniku tidur disini." Pintanya. Lagi-lagi dengan wajah memelas.
Aku terdiam, tak menjawab permintaannya. Terus terang, aku masih takut, kalau dia berbuat macam-macam padaku.
"Aku sedang sakit. Tubuhku terlalu lemah untuk melakukan hal-hal macam itu. Aku gak kan macam-macam sama kamu. Aku cuma pingin kamu merawatku sampai aku sembuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Leon!!
FantasyAku??? Entahlah siapa aku? Dan darimana asalku? Aku tak punya sedikitpun ingatan tentang itu. Saat aku terbangun dari tidurku, semua memanggilku dengan nama Monica. Apakah itu memang identitasku sebenarnya? Aku sendiri merasa tak yakin akan hal itu...