POV MONICA
Senyum yang masih terus tersungging di wajah Leon, membuatku benar-benar merasa gerah. Gimana gak? Hari ini lagi-lagi dia menandaiku dengan banyak sekali tanda merah.
"Makanlah yang banyak, agar cepat sembuh! Biar kita segera bisa balik pulang. Melakukan itu di kamar mandi, tak ada enak-enaknya sama sekali." Ucapnya masih dengan senyum sumringahnya.
Ingin sekali kusumpal mulutnya dengan kaus kaki yang bau yang udah sebulan gak dicuci. Entah kenapa, dia dengan begitu entengnya mengatakan hal yang sangat memalukan itu. Mukaku benar-benar terasa panas, memerah karena malu. Tapi dia masih saja terus menggodaku.
"Leon kamu tidak pulang. Istirahat dirumah saja sana! Aku takut entar kamu ikutan jatuh sakit kalau kelamaan nungguin aku disini." Kataku padanya, Sungguh aku benar-benar ingin mengusirnya, karena aku sudah terlalu risih dengan semua perlakuannya.
"Aku tak selemah itu, Monic! Aku tuh tak mudah sakit cuma gara-gara hal kayak gini doank." Ucapnya menyombongkan dirinya sendiri.
"Kamu harus pulang dan istirahat, Leon, supaya besok bisa berangkat kuliah dengan tubuh fit." Aku masih keukeuh, ingin segera mengirim makhluk itu untuk segera pulang.
"Aku masuk kuliahnya nanti saja, kalau kamu sudah pulang ke rumah." Jawabnya dengan wajah cuek.
"Kamu mau bolos kuliah lagi?" Tanyaku dengan membelalakkan mata, karena sejak aku masuk rumah sakit, dia tak pernah masuk kuliah.
"Yupz kamu benar. Tapi aku sudah ijin kok, kalau aku lagi njagain kakak aku yang masuk rumah sakit. Yaahh.. sebenarnya agak bohong-bohong dikit sih."
"Bohong? Jadi kamu gak ijin beneran?" Tanyaku merasa ambigu dengan ucapannya.
"Ijin kok. Cuman aku bilangnya karena nungguin kakak yang sakit. Tapi yang sakitkan, pacar aku. Iya kan, Monic?" Wajahnya menatapku penuh harap.
"Aahhh... Sejak kapan aku jadi pacarmu?" Tanyaku sewot.
"Kenapa kamu tanya hal yang sudah terlihat sangat jelas. Bahkan hubungan kita lebih jauh dari kata pacaran. Kita sudah sering tidur bersama. Bahkan kita tadi juga mandi bareng. Kamu gak lupa kan?" Ucapnya tanpa sungkan. Yang membuatku dengan sigap, langsung membekap mulutnya agar bungkam.
Kepalaku celingak celinguk ke kanan dan kekiri, aku takut kalau ada yang dengar ucapan Leon tadi. Setelah memastikan tak ada yang mendengarnya, langsung kulepaskan telapak tanganku dari mulutnya.
"Astaga, Leon. Kamu mau ada yang mendengar ucapanmu?" Tanyaku sembari berbisik.
"Biarin saja, memangnya kenapa?Emang betul kan, apa yang aku katakan tadi." Jawabnya cuek bahkan tanpa menurunkan nadanya.
Kurasa, aku harus mengutuk Monica asli. Gara-gara ulahnya sampai sekarang aku tak bisa lepas dari jeratan nafsu Leon. Dan hanya bisa pasrah mendengar omongannya yang buntut-buntutnya selalu menjurus ke arah itu itu saja.
Ahhh..Lebih tepatnya aku harus mengutuk diriku sendiri, yang membuat pengaturan cerita yang aneh seperti ini.
Saat aku sedang menyesali hidupku yang terus berada dalam jeratan Leon, Tiba-tiba saja ponselku berbunyi, ada pesan masuk. Kulihat sang pengirimnya, ternyata pesan dari Arga. Dengan cepat akupun langsung membalas chatnya.
"Dari siapa?" Tanya Leon padaku. Begitu dia melihatku selesai membalas chat seseorang dengan bersemangat.
"Arga." Jawabku. Mata Leon langsung membelalak lebar.
"Mau ngapain dia chat kamu?" Ucap Leon sambil merebut ponsel dari tanganku, dan langsung memasukkannya ke saku kemejanya dengan gerakan cepat. Membuatku melongo menatap ponselku yang tiba-tiba dicurinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/282288773-288-k251455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Leon!!
FantasiaAku??? Entahlah siapa aku? Dan darimana asalku? Aku tak punya sedikitpun ingatan tentang itu. Saat aku terbangun dari tidurku, semua memanggilku dengan nama Monica. Apakah itu memang identitasku sebenarnya? Aku sendiri merasa tak yakin akan hal itu...