POV LEON
Malam ini aku harus makan malam sendirian. Kutatap kursi makan didepanku, tempat biasanya dia duduk. Rasanya seperti ada yang mengganjal dihatiku, aku merasa ada sesuatu yang kurang. Aku mulai terbiasa dengan suara berisiknya yang selalu menggangguku. Ketidak hadiran wanita itu membuat suasana rumah menjadi sunyi.
Ada saja pertanyaan yang selalu dia lontarkan saat bersamaku. Soal bagaimana kuliahku, tugas, ulangan, dosen atau hal menarik apa yang kualami selama dikampus. Pokoknya dia memaksaku untuk terus berbicara. Sangat menyebalkan jika harus menjawab semua pertanyaannya.
Sudah jam 09.00 malam, dia belum juga sampai di rumah. Haruskah aku menjemputnya? Ah... tidak, dia tidak memintaku. Apa yang akan dipikirkannya, jika aku tiba-tiba muncul di hadapannya.
Aku masuk ke kamar, mencoba untuk tidur namun aku tak bisa. Aku malah berjalan mondar mandir kayak orang bingung. Kulihat ke arah kalender, ada lingkaran merah disana. Itu adalah sebuah tanda jika hari ini adalah waktu kami tidur bersama. Namun sejak pengusiran yang dilakukannya padaku dari kamarnya beberapa bulan yang lalu, dia tak pernah memintaku untuk menemaninya tidur lagi. Padahal aku mulai mengharapkan kesempatan itu.
Jam 10.54. Dia baru sampai dirumah.
Kudengar pintu depan dibuka, mesti dengan perlahan. namun aku bisa mendengar suaranya. Apalagi saat ini sudah larut malam. Jadi suara sekecil apapun pasti dapat terdengar oleh telingaku.Ingin sekali aku keluar dan langsung mengomelinya. Kenapa dia pulang selarut ini? Apa saja yang dilakukannya? Membayangkan dia menghabiskan waktu bersama pria lain, membuat hatiku mendadak kesal.
Setengah jam telah berlalu. Aku masih berkutat dengan bukuku di dalam kamar. Namun tak ada satu katapun yang nyantol diotakku. Berbagai pikiran buruk kalau dia telah berselingkuh di belakangku membuatku sangat frustasi. Ini tak bisa kubiarkan. Aku harus menanyainya langsung. Dengan kesal kuletakkan buku yang sejak tadi kubaca, dan aku beranjak menemui dia.
Sesampainya didepan pintu kamarnya, aku malah mematung ditempat. Timbul keraguan untuk mengetuk pintunya.
Apakah dia sudah tidur? Apakah kedatanganku bakalan mengganggu istirahatnya? Aku takut dia akan marah padaku dan mengusirku lagi.
Tapi aku tak peduli. Kecemburuan telah menguasai diriku. Perlahan kubuka pintu kamarnya yang tak terkunci. Monica terlihat sudah tertidur lelap di ranjangnya.
Dengan perlahan kudekati wanita itu. Suara nafasnya terdengar pelan dan beraturan. Aku mengambil posisi duduk didekat ranjangnya. Kupandang dirinya dari dekat. Semakin lama menatapnya, jantungku semakin berdegup kencang tak beraturan. Ya, Tuhan, begitu sempurnanya kau ciptakan iblis ini. Aku memujanya, aku mendambanya dan aku menginginkan dirinya.
Wajah cantiknya tampak tenang. Kusentuh pipinya dengan lembut, ada sesuatu dari dalam diriku yang mendorongku untuk mencumbunya. Kusibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Oh, sial! Lihatlah lekuk tubuhnya yang menggairahkan. Berulangkali aku menelan ludahku, menahan semua nafsu yang mulai menguasaiku.
Aku memposisikan diriku berbaring disampingnya, dengan tubuh kami saling berhadapan. Kupandang kelopak matanya yang terbingkai dengan bulu matanya yang lentik dan panjang, masih menutup rapat.
Kubelai rambut panjangnya dengan lembut. Sentuhan-sentuhanku perlahan turun ke lehernya yang jenjang. Mataku fokus pada dada besarnya yang mengintip dari gaun malamnya yang tipis, membuat nafsuku kian tak terkendali.
Dan entah keberanian yang datang dari mana, dengan perlahan aku mulai menanggalkan pakaiannya dan hanya menyisakan pakaian dalamnya. Kurasa Monica sangat kelelahan sampai dia tak menyadari semua pergerakan nakalku dan tatapan liarku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Leon!!
FantasíaAku??? Entahlah siapa aku? Dan darimana asalku? Aku tak punya sedikitpun ingatan tentang itu. Saat aku terbangun dari tidurku, semua memanggilku dengan nama Monica. Apakah itu memang identitasku sebenarnya? Aku sendiri merasa tak yakin akan hal itu...