Part 4

9.1K 1.1K 4
                                    

POV LEON

Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa 3 bulan sudah berlalu. Akupun mulai terbiasa dengan segala perhatian dan keributan yang selalu diciptakan oleh Monica.

Aku yang biasanya lebih menyukai ketenangan, kini mulai terbiasa mendengar segala celotehan gak jelasnya.

Dia adalah manusia paling berisik sedunia, bahkan tingkat keberisikannya mengalahkan tingkat kebawelan Akeyla dan si tukang kompor Kino Alonso, Sahabatku. Namun anehnya, aku menyukainya. Terkadang aku ikut tersenyum mendengar celotehan gilanya. Dan tanpa kusadari perlahan demi perlahan aku mulai mendekat kearahnya.

Setelah makan malam, aku menemani Monic menonton televisi. Hal yang sebelumnya tak pernah aku lakukan. Meski dia kerap memaksaku. Karena sebelumnya aku lebih memilih untuk menghindar darinya.

Aku kira dia akan menonton sinetron yang membosankan kayak biasanya, hingga aku sudah menyiapkan sebuah buku yang bakalan aku baca untuk mengusir rasa bosanku. Sungguh diluar dugaan, acara yang dia tonton kali ini adalah MOTOGP.

Aku jadi bertanya-tanya. Sejak kapan dia suka acara balapan kayak gini. Sudah hampir setengah jam aku masih terus diabaikannya, karena dia  lebih fokus menatap layar televisi tanpa menghiraukan aku sama sekali.

Setelah beberapa putaran, terjadi kecelakaan di salah satu lintasan dengan tikungan tajam. Beberapa pembalap yang terpeleset saling bertabrakan dan tumbang di jalan. Membuat Monic langsung berdiri sambil berteriak histeris.

"Auuuwwwhhhhh, pasti sakit deh aahhhhh!!" Teriaknya kencang, tak mempedulikan bagaimana efek teriakannya itu bagi kesehatan telinga dan jantungku.

Aku yang dibuat kaget olehnya, secara spontan langsung melotot memandangnya. Sementara dia masih fokus ke layar kaca melihat Balapan yang sempat dihentikan sementara karena proses evakuasi.

Sungguh aku benar-benar diabaikannya. Kemana perginya sosok Monic penggoda yang tak pernah diam dan terus menggangguku dengan sentuhan-sentuhan liarnya, setiap kali  aku ada didekatnya.

Menyadari aku terus melihat tajam ke arahnya, dia langsung bersikap sok jaim. Dan kembali duduk dengan anggun.

"Ehemmm... ehemmmm. Bagaimana kuliahmu tadi, Leon?" Tanyanya yang memergokiku terus memandang kearahnya dalam diam.

"Biasa saja." Jawabku sedikit kesal.

Entah kenapa tiba-tiba saja aku merasa sangat kesal untuk alasan yang tidak aku ketahui. Aku kembali fokus membaca buku, dan sesekali melihat ke arah Monic, saat dia kembali berteriak heboh.

Tangan Monic mencomot sebuah kue coklat yang ada didepannya. Namun matanya masih tak bisa lepas dari layar kaca. Aku terus memperhatikan semua gerak geriknya.

"Kau suka sekali acara kayak gitu? Sejak kapan?" Tanyaku penasaran.

"Bukannya aku memang suka acara balapan sejak dulu. Atau jangan-jangan, aku yang dulu gak suka nonton acara kayak gini?" Dia malah bertanya balik padaku dengan ekspresi bingung.

"Aku rasa demikian."

"Benarkah? Tapi aku suka acara kayak gini kok."

"Kenapa?"

"Hehehehe." Monica malah nyengir lebar.

"Buat cuci mata, Leon. Pembalapnya ganteng-ganteng dan keren abis sih." Ujarnya jujur sambil tersenyum senang.

Entah kenapa tiba-tiba aku kembali didera rasa kesal. Ku tutup buku yang sejak tadi kubaca karena konsentrasiku sudah pecah. Sementara dia masih fokus ke layar kaca. Menatap dengan pandangan memuja. Tanpa menghiraukan aku yang saat ini menatap tajam ke arahnya.

Goodbye, Leon!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang