POV PENGARANG
Ruang keluarga Diaz tampak ramai sekali meski hanya ketambahan satu anggota baru saja, yaitu Arga.
Arga dan Leon terus terlibat cek cok berkepanjangan, yang membuat kepala Monic nyaris meledak. Diskusi yang seharusnya dilakukan untuk membahas urusan pekerjaan jadi melenceng jauh, cenderung menyangkut masalah pribadi dua orang pria yang saling membenci itu. Semua itu lagi-lagi dipicu sikap cemburu tingkat akut yang ditunjukkan terang-terangan oleh Leon kepada Arga.
"Anda belum waktunya terjun ke dunia bisnis ini. Kenapa anda tidak belajar mata kuliah anda saja dengan serius dan tak usah mencampuri urusan pribadi kami!" Arga tak segan meluapkan ketidaksukaannya atas sikap mengintimidasi Leon kepadanya.
"Oh, jangan meremehkan kemampuanku. Aku sangat pandai dalam mempelajari hal baru. Dan aku sangat yakin jika nanti aku berada diusiamu aku pasti bakal lebih hebat darimu, dan untuk urusan pribadi yang menyangkut segala hal tentang Monic, aku wajib ikut campur." Ujar Leon tegas.
"Tapi sayangnya, aku tidak berminat mengajari orang yang tak kompeten namun sombongnya gak ketulungan." Tolak Arga mentah-mentah.
"Monica bahkan jauh lebih tidak kompeten dibandingkan denganku. Tapi kau mau mengajarinya." Protes Leon tidak terima atas penolakan Arga.
Muka Monica langsung terlihat masam, dia yang sejak tadi hanya diam dan jadi pendengar saja, namanya ikut dibawa-bawa dalam perdebatan sengit itu, apalagi dianggap tidak kompeten oleh Leon.
"Dimataku, Monic sangatlah istimewa. Aku sangat kagum dengan kepribadiannya. Semangat dan kerja kerasnya sangatlah luar biasa. Dia begitu totalitas dalam membangkitkan kembali perusahaan kita yang sudah terpuruk dan nyaris bangkrut." Ucap Arga sambil melayangkan tatapan lembut ke arah Monic.
Wajah Monic langsung berubah sumringah mendengar Arga yang memujinya setinggi langit. Namun tak begitu halnya dengan Leon. Dia terlihat semakin kesal
"Mungkin mata kamu itu sudah rabun, jika menganggap wanita kejam macam Monica itu istimewa. Dia hanya wanita jahat yang tak punya hati dan suka menginjak-injak perasaan dan harga diri orang lain." Omel Leon kesal.
"Apa?" Wajah Monica terlihat tidak terima. Ingin sekali dia mendamprat Leon, namun urung dilakukannya. Karena itu pasti akan sangat melukai harga diri Leon.
Siapa sih pria yang mau dimarahi oleh wanita yang dicintainya didepan mata kepala saingannya sendiri. Harga diri Leon bakalan terjun bebas. Monica sadar, menghadapi Leon yang cemburu bukanlah hal yang mudah. Hati Leon terlalu sensitif jika berhubungan dengan segala hal yang menyangkut dirinya.
"Sebenarnya aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kalian berdua. Namun bisakah kalian berhenti bertengkar agar kita bisa segera melanjutkan diskusi." Monic menatap Leon dan Arga bergantian, dia sudah tak tahan dengan pertengkaran dua pria dihadapannya. Yang terus-menerus melibatkan dirinya.
Leon dan Arga sudah mengibarkan bendera perang sejak pertama kali mereka bertemu.
"Leon, jika kamu hanya ingin mengacau segeralah kembali ke kamarmu dan istirahatlah. Namun jika kau ingin belajar, kau boleh tetap disini, bersama kami!!" Ucap Monic tegas pada Leon.
Sesuai prediksi Monic, Leon masih terdiam ditempat dan tidak beranjak pergi. Bukan karena keinginan kuatnya untuk belajar, namun lebih ke sikap posesifnya, yang tak membiarkan Monic, hanya berduaan saja dengan Arga.
"Dan untuk Arga, sungguh, aku mengharapkan bantuanmu untuk membimbing Leon." Pinta Monic yang wajahnya mulai terlihat lelah dan frustasi.
Arga yang tak tega akhirnya mengangguk dan mencoba tersenyum, meski masih ada kekesalan di wajahnya. Membuat senyum Monic kembali terbit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Leon!!
FantasyAku??? Entahlah siapa aku? Dan darimana asalku? Aku tak punya sedikitpun ingatan tentang itu. Saat aku terbangun dari tidurku, semua memanggilku dengan nama Monica. Apakah itu memang identitasku sebenarnya? Aku sendiri merasa tak yakin akan hal itu...