Part 18

6.2K 727 0
                                    

POV MONICA

Aku melihat Leon yang sedang menyantap lahap nasi goreng yang baru aku beli dari gerobak yang mangkal di depan apartemen tadi. Saking lahapnya, dia sampai tak menyisakan sebutir nasipun, seluruh sayurannya pun habis dilahapnya.

'Entah, sudah berapa hari bocah itu gak makan? Sampai kelaparan seperti ini.' Batinku.

Tak terasa senyum langsung terbit di wajahku.

"Enak gak?"

"He em." Ucapnya sambil menuju ke tempat sampah dan membuang bungkus nasi gorengnya. Kemudian dia kembali duduk berhadapan denganku

"Darimana kamu tahu kalau aku tinggal disini?" Tanyaku padanya

"Aku mengikutimu."

"Kapan? Waktu aku pulang kerja tadi?"

Leon mengangguk.

"Apa kau gila? Terus kamu berdiri diluar pintu nyaris setengah jam?"

"Yaa, mungkin lebih dari setengah jam. Bahkan aku sudah menunggumu di luar kantormu sejak aku pulang kuliah dan sudah sejak seminggu yang lalu, aku terus mengikutimu sampai kesini."

"Astagaa, benarkah? Terus kenapa kau tak langsung menemuiku?"

Mendengar perkataan Leon, aku sangat terkejut. Aku tak pernah menyangka jika pria didepanku saat ini, ternyata segila dan senekat itu, bahkan dia telah jadi penguntitku selama seminggu terakhir.

"Aku menunggu diluar pintu dan Kuharap kau mau pulang sendiri tanpa harus aku jemput. Tapi kelihatannya harapanku sia-sia. Jadi  aku sengaja menemuimu, dan akan membawamu pulang sekarang juga."

"Leonnnn?!" Ucapku tak percaya.

"Ooh.. yaa, Jika kau takut hantu, rampok atau pembunuh, ngapain kamu tinggal disini sendirian. Lagian mana ada,  jika salah satu yang kau takuti itu tiba-tiba bertamu padamu malam-malam. Terus mereka  akan mengaku dan menjawab. 'Ya, nona, aku hantu'. Atau 'permisi, saya perampok'. Atau malah bilang 'Tolong bukain donk aku pembunuh nih!!' Gak da yang bakal jawab kayak gitu." Omel Leon panjang lebar dengan ekspresi yang serius.

Terus terang aku sangat  geli dengan ucapan Leon. Dan membuatku  tertawa terbahak-bahak.

Leon adalah seorang pria yang sangat irit bicara, menakutkan dan dingin di awal perjumpaan kami, dan lihatlah sekarang, dia sedang ngomel panjang lebar dihadapanku.

"Menurutmu aku lucu?" Tanya Leon bete.

"Sedikit." Jawabku masih tertawa sambil menghapus air mata disudut mataku saking gelinya.

Leon terus memandangku lekat-lekat yang membuatku mau gak mau harus segera menghentikan suara tawaku.

"Kenapa kau kabur dari rumah, Monic?" Tanyanya lagi saat tawaku berhenti.

"Aku gak kabur kok." Kilahku

"Terus kenapa kamu tiba-tiba pindah kesini."

"Itu....?" Aku kebingungan harus menjawab apa pada pertanyaannya.

"Apa kau ingin menjauhiku? Apa salahku. Kenapa kau tiba-tiba menghindariku, Monic?" Sorot matanya yang menatapku tajam seakan telah menembus jantungku. Dan meninggalkan rasa sakit disana.

Goodbye, Leon!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang