Part 3

9.7K 1K 5
                                    

POV LEON

Aku masih berdiri ditempat memandang sampai mobil wanita itu menghilang dari hadapanku.

Monica Diaz. Wanita yang sangat kubenci. Wanita iblis berhati kejam, wanita yang terus melecehkanku dan menyiksaku semenjak dua tahun yang lalu.

Yahh.. kehidupan kelamku dimulai sejak dua tahun yang lalu. Semenjak para malaikat penolongku, yaitu pasangan suami istri Antonio Diaz dan Marina Diaz, tewas karena kecelakaan lalu lintas.

Mereka berdua meninggalkan seorang putri yaitu Monica Diaz. Hingga secara langsung Monica menjadi satu-satunya pewaris tunggal yang menguasai kerajaan bisnis Diaz Corp setelah kedua orangtuanya meninggal.

Aku tak memiliki hak sebagai pewaris, karena aku hanyalah anak angkat dari keluarga Diaz. Aku diadopsi oleh keluarga ini saat usiaku masih 7 tahun. Sebelumnya aku hanyalah seorang anak Yatim-piatu disalah satu panti asuhan di pinggiran kota Canae.

Monica yang menjadi pewaris tunggal nyaris membuat bangkrut perusahaan karena hobi foya-foyanya. Dia tak memiliki pengalaman bisnis sama sekali dan hanya bisa menghamburkan uang. Bahkan karena ulahnya saat ini, Diaz Corp terlilit banyak hutang dan nyaris bangkrut.

Bagiku, Monica hanyalah seorang wanita gila yang menjijikkan dengan segala nafsu binatangnya. Setiap kali bersamanya, ingin rasanya aku menghabisinya segera. Bahkan kini tujuan hidupku cuma satu melenyapkan Monica dari dunia ini dan kembali membangkitkan kejayaan Diaz Corp, yang hancur ditangannya.

Namun keanehan terjadi 3 hari yang lalu. Aku merasa dia mulai terlihat sangat aneh. Setelah dia menyiksaku malam itu, sebelum kami bercinta. Tiba-tiba saja tubuhnya mengejang hebat. Namun dengan sengaja aku tak memanggilkan dokter untuknya bahkan aku langsung meninggalkan kamarnya begitu saja. Bukankah jika dia mati, semuanya akan jadi lebih mudah bagiku.

Sayangnya dia tak mati. Sebagai seorang iblis jahat, mungkin Tuhan masih memberinya waktu untuk bertobat. Di pagi harinya, dengan anehnya, dia tak mengingat siapa namanya. Bi Emi sampai ketakutan, karena bukan hanya namanya yang dia lupa, tapi juga semuanya. Bahkan dia tak mengingat semua hal buruk yang pernah dilakukannya padaku.

Dia berubah menjadi sosok yang berbeda. Aku merasa Monica yang sekarang bukanlah Monica yang aku kenal dulu. Karena aku tahu dengan pasti watak dan karakter Monica itu seperti apa.

Monica asli selalu melihatku bagai seekor binatang kelaparan yang sedang bertemu dengan mangsanya. Tapi yang ada dihadapanku saat ini, adalah wanita yang berbeda, dengan tubuh yang sama.

Dia lebih perhatian dan lembut kepadaku. Dia juga sangat cerewet mengenai hal-hal kecil, tidak lagi masa bodoh seperti biasanya. Cara memandangnyapun berbeda. Ada banyak cinta yang kulihat dimatanya saat dia melihatku, bukan hanya birahi semata.

Apakah ini hanya akal-akalan barunya saja? Aku takkan pernah terpengaruh. Tujuan awalku tetap sama. Menyingkirkan Monica dan menguasai Diaz Corp. Perusahaan keluarga orang tua angkatku.

Aku berbalik, melangkahkan kaki menuju kampus. Tatkala seorang pengganggu datang.

"Hai, Leon!" Seseorang tiba-tiba menepuk bahuku dari belakang dan mulai berjalan mensejajari langkahku.

Dia adalah Akeyla Arista Orlando, teman sekampusku. Dia mahasiswi paling populer di kampus kami. Tidak hanya cantik dan kaya, tapi dia juga cerdas. Tidak seperti seseorang wanita yang sangat kukenal, yang hanya dikuasai oleh nafsu semata.

Huhh, aku mulai kesal dengan diriku sendiri. Bahkan di saat seperti inipun,  aku masih saja memikirkan si wanita iblis itu. Mungkin karena perubahan sikapnya yang sangat tiba-tiba, memberiku dampak yang sangat luar biasa.

"Hai, Leon, kenapa diam saja?"

"Hemmm."

"Cuman hemmm?"

"Terus suruh ngomong apa?"

"Wowww, hebat! Kau bisa mengucapkan empat kata padaku. Ini sungguh hal yang luar biasa."

"Berisik!" Teriakku.
Ku hentikan langkahku, diapun ikut berhenti.

"Sebaiknya menjauhlah dan jangan ganggu aku!" Ucapku padanya dengan nada dingin sambil pergi menjauh darinya.

"Bagaimana aku bisa menjauh. Jika kau sudah membuatku tergila-gila padamu." Teriaknya dari belakang, membuat semua orang yang lalu lalang didekat kami, langsung menoleh.

"Dasar sinting!" Balasku, tak peduli.

Sudah bukan rahasia lagi, jika Akeyla selalu mengejarku. Tapi sungguh aku tak pernah tertarik padanya. Aku bahkan muak dengan semua tingkah konyolnya yang terus mencoba menarik perhatianku.

"Wooww, Pangeran Leon menolak ncess Akeyla lagi." Cerocos Kino yang tiba-tiba muncul disampingku, dan langsung merangkul pundakku.

Kino adalah salah satu sahabatku selain Marco. Perawakannya tinggi kurus dengan rambut hitam agak keriting. Kulitnya putih dengan mata agak sipit. Kino juga memiliki bibir yang tipis, mungkin karena itulah dia tipikal orang yang doyan omong. Dan diantara kami bertiga, dialah yang paling tak punya malu.

"Diam kau!" Bentakku sambil melirik ke arahnya dengan malas.

"Wow...wow... Wow, Pangeran es batu kita sedang marah nih. Takuut!" Ujar Kino dengan wajah mengejek. Yang membuatku langsung menghadiahinya dengan sebuah tonjokan keras di perutnya.

"Awwwhhhhh, sakit broooo!" Rintihnya. Namun aku tak peduli dengan teriakan lebainya dan kembali melanjutkan langkahku dengan santai. Kinopun menyusulku dengan setengah berlari.

"Aku heran padamu, Leon! Apa matamu sakit katarak atau bagaimana sih? Akeyla, ratu kecantikan di kampus kita, sampai tergila-gila padamu, namun kamu terus mengabaikannya." Ucap Kino sambil mengelus perutnya yang sakit karena habis terkena tonjokanku

"Sudahlah. Aku gak minat pacaran saat ini. Kalau mau pacari saja dia." Ujarku cuek.

"Gue mau, Leon! Tapi dianya yang gak mau."

"Derita lo!" Ujarku sambil tersenyum sinis memandangnya.

Akeyla memang cantik. Tapi dia masih kurang sensual dan menarik dibanding .... M O N I C A!!!

Aahhhh, tiba-tiba aku mulai membayangkan tubuh menggoda Monica serta sentuhan-sentuhan liarnya padaku. Sesaat jantungku berdesir. Dan tanpa sadar aku menelan ludahku sendiri.

"Oh tidak... tidak... tidak! "Aku memukul kepalaku sendiri. Berusaha menyadarkan akal sehatku yang tadinya hendak terbang bebas. Kino yang  berjalan disampingku sampai menghentikan langkahnya dan malah menatapku dengan aneh.

"Kamu salah minum obat, Leon?" Tanyanya dengan ekspresi bingung. Namun aku tak meresponnya.

Aku sedang kalut dengan perasaanku sendiri. Aku mulai kehilangan akal sehatku. Kurasa saat ini aku sudah mulai gila. kubuang jauh-jauh pikiran mesumku.

Semua ini karena wanita kejam itu. Wanita itu telah berhasil menguasai hati dan pikiranku. Dasar Monica Brengsek!

*****

Jangan lupa klik bintangnya, yaa!!

Goodbye, Leon!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang