Mohon maaf sebelumnya, karena ada sedikit masalah dengan aplikasi wattpadnya, tiba2 partnya loncat2 gak karuan. Makanya tadi sempat aq unpublish beberapa part, untuk ngurutin kembali part yang amburadul.
Sebagai ganti permintaan maafku, hari ini "GOODBYE,LEON!!" akan triple up. Makasih banyak atas dukungannya yaaa!!!
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏*************
POV MONIC
Setelah harus menjalani 3 hari rawat inap dan 2 hari istirahat di rumah. Ini adalah hari pertama, aku kembali bekerja.
Sebagian tugasku sudah di handle oleh Arga. Arga juga bela-belain bolak-balik rumah sakit, hanya untuk meminta tanda tanganku. Yang tentunya tidaklah mudah untuk Arga, karena dia harus menghadapi Leon dulu sebelum akhirnya diizinkan oleh Leon untuk bertemu denganku. Dan tentunya masih dibawah pengawasan Leon.
Leon tak mengijinkan aku dan Arga hanya berdua saja di dalam satu ruangan. Leon juga mengharuskan agar Arga menjaga jarak denganku sejauh 1 meter. Untungnya kini cobaan Arga sudah berakhir, dia tak perlu lagi berurusan dengan Leon. Makhluk tampan nan super dingin yang selalu mempersulitnya.
Walau sudah dibantu Arga sedemikian banyaknya, tetap saja pekerjaan yang kini ada dihadapanku, masih menumpuk sangat banyak.
"Dengan kerjaan segini banyaknya, bukannya sembuh, bisa-bisa aku makin sakit dan harus balik ke rumah sakit lagi nih." Gerutuku sambil memijat pelipisku karena pening, memandang pekerjaanku yang menumpuk, membuat aku langsung kehilangan semangat dan moodku langsung memburuk.
Arga yang mendengar gerutuanku hanya tertawa.
"Itu belum seberapa, Bu. Di mejaku masih ada dua tumpukan kertas, setinggi ini." Tangan kanan Arga berada didepan dadanya, dan tangan kirinya dia letakkan didepan keningnya.
Tubuhku langsung lemas.
"Bolehkah aku pulang awal?" Ujarku memelas.
"Tentu saja, siapa yang bisa melarang Bu Monic pulang lebih awal. Lagian ibu juga baru saja sembuh, jadi jangan terlalu dipaksa tubuhnya. Tapi jangan salahkan saya, jika besok kantor ibu akan berubah jadi lautan kertas." Aku menelan ludah dengan kasar. Perkataan Arga yang tadinya menyejukkan hatiku namun buntut-buntutnya malah terdengar menjadi sebuah kata ancaman.
"Kau mengancamku?" Tanyaku kesal.
"Bukan mengancam, tapi memberitahu." Ujar Arga tersenyum puas menyaksikan penderitaanku.
Siang ini seperti biasa aku dan Arga sedang berdiskusi tentang proyek kami yang baru jalan. Namun kali ini diskusi kami terasa canggung dan kaku. Bagaimana tidak. Ada sepasang mata yang terus melihat ke arah kami dengan tatapan mengancam. Siapa lagi kalau bukan Leon.
Sebenarnya pagi inipun Leon sudah berniat bolos kuliah lagi. Dengan alasan mau membantu pekerjaanku di kantor. Namun tentunya aku larang meski dia mengeluarkan sejuta alasan. Dengan cemberut diapun menuruti kata-kataku.
Begitu kuliahnya selesai, bukannya pulang ke rumah, dia malah datang ke kantor dan terus mengawasi gerak-gerikku dengan Arga.
"Sebaiknya diskusi kita dilanjut besok saja, bu. Saya sungguh tak nyaman bekerja di bawah pengawasan adik Bu Monic." Bisik Arga.
"Jangankan kamu. Aku juga sama." Aku menjawabnya dengan nada berbisik pula.
Leon memandang kami dengan wajah curiga.
"Sebenarnya ibu bayar berapa sih dia, sampai dia rela jadi bodyguardnya, bu Monic. Dia terlihat dingin dan menakutkan." Arga bertanya masih dengan suara berbisik dan muka bete.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Leon!!
FantasyAku??? Entahlah siapa aku? Dan darimana asalku? Aku tak punya sedikitpun ingatan tentang itu. Saat aku terbangun dari tidurku, semua memanggilku dengan nama Monica. Apakah itu memang identitasku sebenarnya? Aku sendiri merasa tak yakin akan hal itu...