Part 13

7.6K 848 7
                                    

POV MONICA

Aku terus terombang-ambing dalam pusaran cahaya putih. Aku sudah pasrah dengan takdir tragis yang harus ku alami.

Mungkin ini memang jalan hidupku. Aku mungkin sudah mati  di duniaku sendiri dan kemudian ditakdirkan mati juga secara tragis di dunia asing ini.

Perlahan pusaran putih yang mengombang-ambingkanku, menghilang. Tubuhkupun sudah kembali tenang.

Aku ingin membuka mata. Tapi aku takut,  mungkin saat ini  diriku terlempar ke tengah medan perang saat perang sedang berlangsung pada jaman penjajahan. Atau bisa juga tubuhku terpental jauh di jaman prasejarah, bertemu makhluk-makhluk purba  mengerikan yang siap mencabik-cabikku kapan saja.

Aku sungguh takut. Kutajamkan telingaku untuk meneliti suasana sekeliling. Sunyi dan tenang. Dengan perlahan,  kuberanikan diri membuka mata.

Dan disinilah aku, berada di ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat. Ada jarum infus yang menancap di punggung tangan kananku.

Disamping ranjangku ada Leon yang sedang tertidur lelap diatas kursi, kepalanya diletakkan diatas ranjang ku, dengan beralaskan tangan kirinya sebagai bantal. Sementara tangan kanannya menggenggam erat tangan kiriku.

Pada akhirnya aku kembali ke sini. Kembali bertemu dengannya. Bertemu dengan orang yang ditakdirkan akan menghabisi nyawaku.

Saat melihat wajah tenangnya yang sedang tertidur lelap, aku mulai teringat akan takdir buruk yang menantiku. Aku mulai berpikir keras,  mencari cara untuk menyelamatkan hidupku. Karena mungkin aku sudah tak bisa kembali ke tubuh asliku yang sudah terbujur kaku.  Dan mulai saat ini, aku benar-benar sudah menjadi Monica yang seutuhnya. Aku harus menyelamatkan hidupku. Aku harus menjauhi Leon. Segera menjauhinya. Untuk menghindari takdir tragisku.

Dengan perlahan kulepaskan tangannya dari genggaman tanganku sepelan mungkin. Namun sialnya, hal itu justru malah membuatnya terbangun.

Perlahan matanya mulai terbuka menampilkan mata hitam kelamnya yang saat ini terlihat sangat menakutkan untukku.

"Kau sudah sadar? Syukurlah!" Leon langsung memeluk tubuhku erat begitu melihatku terbangun. Membuatku tercekat.

"Aku sungguh tak peduli, saat ini kau Monica yang mana. Monica yang kejam atau Monica yang kucinta. Yang kutahu pasti,  saat ini  kau baik-baik saja. Aku sangat ketakutan. kau mengalami hal yang buruk. Jika itu benar-benar terjadi, aku tak bisa memaafkan diriku sendiri!" Ujar Leon penuh penyesalan.

"Maaf!" Ucapku. Karena aku tak tahu lagi kata apa yang layak aku ucapkan untuknya. Haruskah aku katakan 'Leon, tolong jangan bunuh aku!!" Hatiku sungguh merasa sengsara.

"Dasar bodoh, akulah yang seharusnya minta maaf. Aku sudah meminta dokter untuk mengechek seluruh tubuhmu. Aku khawatir kamu punya penyakit aneh dan berbahaya yang sulit disembuhkan. Karena ini bukan pertama kalinya kau mengalami hal ini. Bahkan sekarang ini jauh lebih parah dari kala itu. Aku akan memastikan kamu sembuh. Percayalah padaku. Kamu pasti sembuh, aku tak kan membiarkanmu sesuatu yang buruk menimpamu. Tak akan." Ucap Leon sambil masih memeluk tubuhku erat.

Oohh.. itu adalah kata-kata termanis yang diucapkan seorang pembunuh kepada orang yang akan dibunuhnya.

Bukankah jika aku mati, dia harusnya bahagia. Dia tak perlu melumuri tangannya dengan darahku. Aku hanya bisa terdiam kaku didalam pelukan sang malaikat mautku.

*******

Pagi ini saat terbangun, kulihat Leon masih setia menjagaku. Bisa dibayangkan rasanya dijaga oleh seseorang yang kau ketahui akan menghabisimu dimasa depan. Hanya kengerian saja yang bisa kurasakan.

Goodbye, Leon!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang