Part 17

6K 778 2
                                    

POV MONICA

Awalnya aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi Arga, setelah pernyataan cintanya semalam. Namun pagi ini, dia bertindak biasa saja seolah tak terjadi apa-apa. Itu sungguh membuatku lega.

Bahkan selama tiga hari terakhir keberadaan kami disini, kami sangat disibukkan dengan banyak meeting penting dengan para investor asing.

Aahhh.., Lelah yang berakhir berkah. Para investor itu akhirnya bersedia berinvestasi di perusahaan kami. Senang pastinya.

Aku sedang berkemas, bersiap pulang. Saat Arga masuk ke kamarku.

"Kau sudah selesai berkemas?" Tanya Arga sambil mengecheck ke seluruh ruanganku. Sebelah tangannya terlihat sudah menarik sebuah koper trolly miliknya yang lumayan besar.

"Iya, sudah."

"Coba, check sekali lagi, adakah yang ketinggalan?" Pinta Arga padaku.

"Aman!" Jawabku sambil tersenyum.

"Baguslah, ayo turun!" Ajak Arga

"Ayo!" Aku menyusulnya berjalan dibelakangnya.

Kini kami berdua sudah berada di dalam mobil Arga, menempuh perjalanan pulang. Sepanjang perjalanan, lebih banyak kuhabiskan dengan tidur dan tidur. Aku bagai seekor beruang yang tengah mengalami hibernasi. Sungguh aku merasa sangat lelah.

Aku hanya terbangun saat kami tiba direst area, untuk makan dan mandi dan selanjutnya, selama perjalanan aku tidur kembali. Namun Arga tidak berkomentar apapun, padahal biasanya dia langsung nyeplos seenak jidatnya, jika ada tindakanku yang menurutnya salah.

"Monic, aku antar kamu pulang kemana nih?" Tanya Arga saat kami sudah sampai di perbatasan kota Baxten.

"Ke kantor saja dulu. Aku mau ambil kunci apartemen disana. Kata Cindy, Sudah dititipkan ke pos security." Jawabku.

"Baiklah." Ucapnya sambil melajukan mobilnya ke arah kantor.

"Apa jawabanmu." Tanya Arga tiba-tiba.

"Terimakasih." Sahutku. Aku kira dia sengaja meminta ucapan terimakasih karena sudah mengantarkanku.

"Jawabanmu terimakasih?"

"Kau sudah membantuku jadi aku harus mengucapkan terimakasih, bukan?" Jawabku.

"Bukan jawaban itu."

"Terus jawaban yang mana?" Tanyaku bingung.

"Jawaban atas pernyataan cintaku empat hari yang lalu."

Aku sungguh sangat kaget. Karena sebenarnya aku sudah melupakannya.

"Aku kira kau sudah lupa. Aku juga mengira kalau waktu itu kau hanya bercanda." Jawabku.

"Bukannya lupa, tapi aku memberimu waktu. Lagian soal perasaan, mana berani aku buat bahan bercandaan." Ujarnya sedikit kesal.

"Apakah waktuku sudah habis? Apakah aku harus menjawabnya sekarang?" Tanyaku khawatir.

"Tergantung jawabanmu. Kalau diterima ya harus jawab sekarang. Kalau ditolak..... Eh... Jangan ditolak dulu, aku kasih kau waktu tambahan untuk berpikir." Arga tampak malu, dia tak berani melihat mataku.

Arga yang ada dihadapanku saat ini tidak terlihat seperti Arga yang biasanya, yang selalu tampil percaya diri dan tak pernah menundukkan kepala.

"Hahahaha.. Apakah kamu juga tak yakin aku akan menerimamu sebagai kekasihku?" Aku tak bisa menahan tawa melihat ekspresi wajahnya.

Goodbye, Leon!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang