54 - Untitled

390 55 4
                                    


Subjudul menyusul. Meng Ara masih bingung, part ini absurd soalnya.

.

👣👣👣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👣👣👣

Malam minggu kali ini menjadi malam paling menyesakkan bagi Vano. Cintanya yang tak terbalas membuat suasana hatinya menggila. Saking gilanya, Vano bisa merasakan ada semacam beban berat yang terus menekan dadanya tanpa henti. Sesak sekali. Demi meredam rasa sakitnya, cowok itu memutuskan menghibur dirinya di salah satu nightclub yang ada di pusat kota.

Saat ini Vano sedang duduk seorang diri di meja bartender. Tanpa pikir dua kali, cowok itu langsung meneguk segelas bir yang baru saja disajikan oleh pramutama bar. Ia seolah tak peduli bahwa sepulangnya nanti ia akan dimarahi ayahnya -Profesor Husein yang terhormat.

Vano memberi isyarat pada bartender untuk mengisi kembali gelasnya. Gelas kedua ini membuat kesedihan Vano sedikit berkurang karena tergantikan pusing yang mulai menjalar. Saat akan meneguk bir untuk yang ketiga kalinya, tangan Vano langsung dicekal oleh tangan seorang perempuan.

"Siapa lo?" Vano bertanya lantaran keadaan nightclub yang kurang pencahayaan, ditambah kepalanya sudah pening duluan sebelum melihat sosok di sampingnya.

"Gue, Risti." Cewek itu langsung mengambil tempat duduk di samping Vano.

Vano akhirnya dapat mengenali orang itu. Setelahnya, ia memilih diam tanpa minat melakukan percakapan lebih lanjut.

"Tumben mabuk. Ada masalah?" tanya Risti sembari merebut gelas bir dari tangan Vano, lalu menenggaknya sedikit.

Tak menanggapi pertanyaan Risti, Vano justru balik bertanya. "Gimana perasaan lo waktu gue pernah tolak lo mentah-mentah?"

Risti terlihat berpikir sebentar. "B aja. Gak ada yang perlu ditangisi karena gue tau kalo di dunia ini masih banyak cowok yang lebih baik dari lo," dusta Risti. Kenyataannya, Risti sempat galau selama satu bulan karena Vano tidak pernah meliriknya, dan hanya menyukai Ruwi. Tapi, itu hanyalah menjadi masa lalu. Risti sekarang sudah bisa move on dan menjalani hidup dengan bahagia.

"Kenapa, kok tiba-tiba tanya soal itu," tanya Risti. Detik kemudian, ia mulai mencurigai sesuatu setelah melihat keadaan Vano yang begitu kacau.

"Lo abis ditolak Ruwi?" tebak Risti yang sialnya tepat.

Wajah sedih Vano langsung memasang senyum sekilas. Cowok itu hanya bergumam sebagai jawabannya.

"Seorang Vano ditolak? Wow~ impressive!" ucap Risti kaget disertai nada mengejek. Tapi, tak lama kemudian dia menyesal. Bisa-bisanya ia setega itu pada cowok sedang patah hati.

"Udahlah, mau bagaimana lagi, lo gak bisa memaksa Ruwi buat membalas perasaan lo. Titik terbaik untuk mencintai seseorang adalah membiarkan dia bahagia, meski kebahagiaan yang dia dapat nanti berasal dari orang lain." Risti mencoba berbicara serius.

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang