👣👣👣Minggu, 12.00
Meja-meja kafe terisi penuh oleh pelanggan di siang itu. Para pelanggan terlihat menikmati fenomena hujan sembari menyeruput kopi hangat. Seperti minggu sebelumnya, tak ada lagi waktu istirahat untuk pekerja kafe karena pelanggan silih berganti memasuki kafe yang terletak dekat kampus itu.
Setelah selesai mencatat pesanan meja nomor sembilan, Ruwi langsung menyambangi meja nomor tujuh saat melihat pelanggan baru duduk di sana. Cewek itu segera menuju coffee bar untuk memberikan catatan pesanan itu pada salah satu barista yang bekerja.
"Meja nomor satu." Kata Vano seraya menaruh secangkir kopi hangat di nampan Ruwi.
Ruwi berjalan ke arah meja yang dituju. "Selamat menikmati, semoga harimu fun setelah datang ke kafe Vun." Ruwi tersenyum ramah saat mengucapkan slogan andalan kafe kepada pelanggan yang duduk seorang diri itu.
Setelah dua jam berlalu, kafe tak seramai sebelumnya. Hanya ada beberapa mahasiswa yang tetap tinggal di meja sembari serius berdiskusi mengenai tugas kuliah, proposal acara, atau hal lainnya. Para karyawan kafe pun bergantian ke rest area untuk makan siang, setelah waktu istirahat mereka harus ditunda tadi.
"Ruwi, aku udah selesai nih. Sekarang kamu makan siang sana," kata Dian.
"Oke, kak. Kalo gitu tolong antar pesanan meja nomor lima, ya."
"Siap."
Dari tempatnya berdiri, Vano langsung menyusul saat melihat Ruwi memasuki ruang istirahat. Ia sengaja mengundur waktunya agar bisa beristirahat bersama Ruwi --gadis yang ia taksir itu.
"Ruwi." Panggilnya agar cewek itu tahu keberadaannya. Ia pun mengambil tempat duduk di samping Ruwi yang tengah sibuk membuka nasi box yang sudah disediakan kafe.
"Lo udah sembuh?" Vano bertanya. Ruwi menjawabnya dengan anggukan, karena ia tahu Vano tengah menatapnya.
"Syukur, deh." Vano menatap lega. "Nih, makan yang banyak biar gak sakit lagi." Lanjutnya sambil memindahkan dua sendok penuh nasi miliknya ke box milik Ruwi.
"Ih, gak usah, punyaku udah banyak." Ruwi berusaha mengembalikan nasi itu, tapi Vano berhasil menjauhkan kotaknya dari jangkauan Ruwi.
"Makan yang banyak, ya. Gue suka cewek tembem kayak lo." Vano menampilkan senyum terbaiknya saat Ruwi menatapnya cemberut.
Mereka saling bertatapan sebentar sebelum deringan telepon milik Ruwi membuat tatapan mereka terputus secara sepihak.
Alis Ruwi bertautan saat melihat nomor tak dikenal meneleponnya.
+62 810-xxxx-1004
Calling ...Tanpa pikir panjang, Ruwi langsung memencet tombol hijau, lalu menempelkan benda putih itu ke telinga kanannya.
"Halo."
"..."
Tidak ada jawaban apapun yang didengar Ruwi di seberang sana. Ia hanya mendengar suara keramaian yang entah dimana. "Halo? Ini siapa?"
Telepon dimatikan mendadak sebelum Ruwi mengatakan 'halo' untuk ketiga kalinya.
"Siapa?" Tanya Vano.
"Gak tau, salah sambung kali," jawab ruwi seraya mengedikkan bahu.
"Yaudah, cepat dimakan keburu jam istirahat habis."
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER - Beside Me [REVISI] ✔
OverigBagaimana jika setiap aktivitasmu diawasi oleh seseorang yang tak dikenal? Hidup Ruwi menjadi lebih tidak tenang setelah pria misterius selalu mengikutinya. Namun, STALKER yang selalu mengawasi Ruwi ini berbeda. Apa yang membedakannya dengan stalker...